"dor! Baca apa lu. Seru amat" kata CandraCandra ingin tahu apa yang aku baca sampai- sampai hendak menarik sampul bukuku. Aku menangkis tangan Candra. Tak mau Candra melihat buku yang ku baca.
Candra masih saja melakukan berbagai cara untuk melihat sampul buku itu. Aku kembali menangkisnya. Percuma saja, kekuatan Candra lebih besar dari pada aku. Alhasil, Candra berhasil mengambil bukuku.
"bahasa isyarat" baca Candra
"buat apa Kana? Lo kan gak bisu" kata Candra
"ih, emang harus orang tuna wicara aja yang baca itu? Aku juga penasaran" elakku
"ah ga asik lu Kana!" lengos Candra sambil melemparkan buku itu ke mukaku
Aku melotot. Hendak mengejar dan menjitak kepala Candra. Tapi Candra lebih dulu keluar dari toko. Hari ini aku kerja lagi, kembali mengumpulkan uang untuk menutupi kebutuhanku.
"Ndra! Sini geh" kataku
"mo ape?" tanyanya
"sini ih" bujukku lagi
"iya iya" jawab Candra malas
"belanja keperluan fotokopi yuk, biar kita jalan-jalan. Aku putek Ndra" ajakku
"yee si kutu, ngomong aja pengen ditraktir" kata Candra
Aku nyengir. Menyombongkan deretan gigi putihku. Candra menjawel pipiku gemas. Aku merajuk.
Senja mulai menyemburatkan warna jingga. Menggelayut pada gedung-gedung perkotaan. Awan putih mulai berpendar-pendar. Lanskap yang indah.
Candra menutup toko, sesuai janji tadi siang ia akan mengajakku belanja keperluan fotokopi. Aku menaiki motornya. Kami mulai memulai perjalanan. Candra biasa membeli keperluan di sebuah pusat perbelanjaan karena disitu ada cabang dari bos kami.
"alhamdulillah sampe" kataku sambil melepas helm
"Yuk Ndra masuk" ajakku
"bentar mau dandan" jawabnya sambil merapihkan rambut di kaca spion
"dah ah dah ganteng pangeran" kataku sambil menarik tangannya memasuki pusat perbelanjaan
Aku dan Candra mulai mengelilingi tempat itu. Melihat satu dua toko. Terkadang aku mengajak Candra masuk ke dalam toko kosmetik karena aku hendak membeli sesuatu. Alhasil, Candra lebih menunjukkan muka masamnya.
Sampailah kami di toko yang menjual keperluan alat tulis. Candra langsung memberikan list belanja ke pelayan toko. Kayaknya pelayan toko sudah akrab dengan Candra.
"eh Ndra! Sapa tuh? Cewek lo? Cantik amat" kata salah satu pelayan toko
"kenalin ini Kana. Temen kerja gue" kata Candra
"Kana" kenalku sambil menjulurkan tangan
"Kevin" kata pelayan itu
Pelayan itu usianya kayaknya seumuran denganku. Kevin terlihat ramah, ia memang hebat dalam berbisnis. Ia pandai menarik perhatian seseorang melalui kata-katanya. Terkadang juga Kevin melontarkan lelucon yang membuat kami terpingkal. Aku suka sekali dengan peristiwa itu.
Selesai sudah belanja keperluan fotokopi. Aku dan Candra bergegas pulang karena sudah malam. Candra izin ke toilet sebentar. Aku juga ikut karena dari tadi tertawa membuat aku ingin ke toilet. Aku keluar terlebih dahulu menunggu Candra keluar.
Aku menengok ke sekeliling. Sampai aku menemukan seseorang yang hendak menuju kesini. Adam rupanya. Aku membuang muka, pura-pura tidak melihat. Tidak berhasil, Adam langsung menepuk bahuku. Aku otomatis menghadapnya. Aku nyengir.
Adam menggerakkan jarinya berusaha membentuk kalimat. Aku tahu maksud Adam, karena beberapa kali aku baca buku itu.
"emm habis belanja" ujarku
Capek aku menerjemahkan kalimat Adam. Aku memutuskan untuk mengambil kertas dan pena.
"sendirian?" tulisnya
"sama temen" jawabku
"tuh temenku" kataku saat Candra menghampiri aku dan Adam
"Candra, kenalin ini Adam. Adam, ini Candra" kenalku
Adam hanya tersenyum kemudian mengangguk dan pergi berlalu. Candra menatap Adam dengan heran.
"udah yuk pulang" ajakku sambil menarik tangan Candra
Aku dan Candra hanya diam di sepanjang perjalanan pulang. Aku tidak tahu apa yang membuatnya membeku seperti itu.
"Ndra! Ada lampu sorot" tunjukku
"ada pasar malem dekat sini Kana" jawab Candra
"kesana yuk, aku yang bayar" tawarku
Candra langsung membelokkan motornya menuju pasar malam itu. Aku dan Candra suka sekali ke pasar malam dan pasar-pasar lainnya. Jadi, aku langsung memutuskan mentraktir Candra di pasar malam agar tidak ngambek terus.
Sampai di pasar malam, aku menggapit lengan Candra. Tak mau berpisah dengannya langsung aku giring ke abang yang menggelar permainan tembak air.
Jadi permainan ini ialah menembak kaleng agar roboh berantakan dengan menggunakan tembakan yang diisi air. Yang dapat merobohkan sempurna kaleng itu bakal dapat boneka atau hadiah lainnya dari si abang. Aku dan Candra suka sekali permainan ini.
"ahh lu Kana, sok sok an bilang suka maenan gini, tapi lu kalah terus dari tadi" ejek Candra
"biarin" sebalku
Capek aku kalah terus dengan Candra, aku mengalah dan mengajak Candra ke permainan selanjutnya. Pukulan-pukulan zombie. Aku paling suka dengan permainan itu. Kami mulai memukul zombie-zombie yang muncul. Saking semangatnya, aku tidak sengaja memukul tangan Candra.
"anjir! Sakit Kana!" kaget Candra
Aku tidak peduli. Aku lebih gemas dengan zombie itu. Aku terus memukul zombie-zombie sampai permainan selesai. Aku menang.
"nih kangge mbak manis iki" kata Abang penjual
"asyikkk. Matur suwun" jawabku kesenangan
"bisa basa jawa juga lur" kata Candra sambil mengacak puncak kepalaku
"bisa dong! Kan papah orang Jawa. Hufft" sebalku
Candra menarik pergelangan tanganku hendak mengajak ke permainan selanjutnya. Kami menelusuri satu persatu permainan di pasar malam. Terkadang aku menang, terkadang aku kalah. Skor Candra lebih hebat daripada aku.
"Ndra! Ajakin gue liburan dong" rengekku ke pundak Candra
"nih liburan" jawab Candra
"aku tendang kamu tinggal nama Ndra!" jawabku sebal
Aku dan Candra sedang berada di puncak bianglala. Kurang lengkap rasanya bila ke pasar malam tetapi tidak menaiki wahana satu ini. Tetapi yang asli sih, dompet aku sudah meraung minta diisi. Jadi, cukup segitu saja aku mentraktir Candra.
"mau liburan kemana?" tanya Candra
"kemana aja deh. Yang penting budget murah" jawabku
"mau ikut gue? No budget!" Jawab Candra sambil menekan setiap kata No Budget
"kemana?" tanyaku penasaran
Kira-kira Candra akan mengajak Kana kemana ya??
Jangan lupa vote dan komen
I love you 💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkadam
Teen FictionGadis periang yang memulai kehidupannya dengan memiliki masalah bersama orang-orang yang dicintainya