Tok tok tok
"Masuk!"
"Bos? Waktunya beristirahat, sudah jam 12 malam." pria yang duduk di kursi kerjanya itu dengan pelan bergerak bangkit dari duduknya dan lantas berjalan kearah pintu dengan bantuan dari pengawal pribadinya.
Sam merapihkan selimut hingga menutupi sebagian badan dari tuannya. Ia pun lantas tak beranjak dan duduk dikursi dekat sisi ranjang.
"Kenapa Bos tidak beritahukan yang sebenarnya kepada mereka?" Regan mengernyitkan dahinya. Menatap kearah luar jendela kamarnya, dari dalam kamar terlihat jelas langit yang gelap tanpa bintangnya.
"Sam, tolong lanjutkan pekerjaanku. Besok mesti aku pakai untuk melengkapi data meeting. Oh ya, tolong kau juga hubungi cabang JPMorgan untuk membantu memberikan 20% saham kepada FrGold."
"Bos?"
"Sam. Aku perlu istirahat. Atau kau mau aku kembali bekerja?" Regan menatap dingin kepada Sam. Dengan menghembuskan nafasnya berat Sam lantas bergerak mengerjakan perintah dari tuannya. Sesaat Sam meninggalkan kamar dan berlalu keruangan kerja Regan.
Hiks
"Aku tak bermaksud meninggalkan mu. Aku hanya takut kau meninggalkan aku setelah kau tahu tentang kondisiku.."
Regan menutup kedua matanya dengan menumpukan kedua lengannya diwajahnya. Pria yang dengan sejuta ketegaran nya itu menangis disunyi temaram kamarnya.
🍃🍃🍃
"Kau yakin akan pergi?" seorang gadis tertawa kecil dengan menganggutkan kepalanya, ia tersenyum lalu berjongkok didepan putri kecilnya sedikit merapikan jepitan rambut anaknya itu.
"Ayo sayang, saling Nenek dan Tante.." anak perempuan itu menurut dan langsung mencium punggung tangan Made dan Anjel. Anjel berdecak pelan menatap wajah adiknya yang sangat jauh berbeda dari tiga tahun lalu, jauh dari kata ceria meski senyuman terus hadir menghiasi bibirnya itu. Tapi tak pernah tulus. Setulus sebelum pria itu meninggalkan nya.
"Kak, aku titip Mom. Aku pasti akan kembali, aku janji. Setelah nanti Hana berusia 12 tahun aku akan mengajaknya kesini lagi."
"Kami selalu menunggumu, Ara. Biar kau tak jadi pergi pun kami akan sangat senang." imbuh Made dengan wajah sedih menatap pada anaknya itu. Gadis kecilnya.
Ara menggelengkan kecil kepalanya, "Tidak, Mom. Aku harus pergi, aku tak bisa terus disini dan meratapi kehidupanku. Aku tak bisa terus disini, mengingat dia dan mengingat kisah masa laluku yang menyedihkan. Aku harus pergi untuk melupakan semuanya. Aku harap kalian mengerti," ucap Ara dengan masih tersenyum menegarkan dirinya dan juga hatinya.
"Kami mengerti, sangat mengerti, Ara. Nah, keponakan tante, jangan nakal ya sama bunda..jagain bunda, okay." Hana tertawa kecil dan mengacungkan jempol tangannya pada Anjel. Mereka tertawa dan seketika terkejut dengan kedatangan Kiya yang berlari dengan mengeret-eret koper nya menuju kearah Ara dan Hana.
"Aku kira kalian sudah meninggalkan aku.." ucap Kiya dengan wajah lelah menatap Ara dengan cemberut nya.
"Kiya, mana mungkin kau akan tertinggal. Aku dan Hana menunggumu, benarkan sayang."
"Benar, Aunty. Nanti kalau kami tinggalkan, Aunty akan menangis." Kiya melototkan kedua bola matanya mendengar ucapan dari bibir mungil Hana. Dengan gemas Kiya langsung menggendongnya dan menggelitiki perut Hana, membuat gadis berusia 5 tahun itu tertawa nyaring karena merasa geli.
"Sudah sudah, Kiya. Nanti di-Hana tidak mau makan." kata Ara yang dengan langsung Kiya menurunkan Hana dan menggenggam tangan kecilnya.
"Yasudah Mom, Kak Anjel. Kami berangkat dulu. Tunggu kami ya 7 tahun lagi."
"Oh, cucuku. Doakan umur Mom panjang ya nak, dan bisa menimang cucu-cucu Mom yang lain dan juga melihat Hana. Cucu kesayangan Mom." Ara hanya tersenyum simpul menganggukkan kepalanya.
Setelah beberapa menit sesi perpisahan mereka, akhirnya Ara, Hana dan Kiya pun menaiki mobil yang sudah dipesan oleh Ara untuk menuju bandara. Di perjalanan Ara tak bisa lepas dari degup jantungnya yang terus memompa cepat entah kenapa.
Ara menoleh kesamping melihat Kiya yang terlelap bersama Hana dipangkuan nya. Temannya itu benar-benar menjaganya dan Hana, sekarang Ara harus bisa melupakan kejadian pahit masa lalunya. Dan menemukan kembali kebahagiaan nya.
"I want to hate you, Regan. But, I can not .."
Kiya melihat Ara yang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Hatinya sedih sama sakit saat melihat temannya itu menangis dalam diam terisak hanya karena satu laki-laki yang sudah menorehkan luka 2 tahun yang lalu.
"Aku akan membunuhnya untukmu, Ara." Ara tersentak kaget mendengar desisan Kiya yang sangat terdengar di telinganya.
"Apa yang kau bicarakan, Kiya? Jangan pernah lakukan hal itu."
"Ara.."
"Aku bisa, aku bisa melupakannya. Aku bisa...." Kiya menarik Ara kedalam pelukannya, memeluk tubuh bergetar Ara. Kiya menatap keluar jendela mobil, matanya memanas memandang kedepan.
🍃🍃🍃
Sam menuangkan air di gelas kaca dan meletakkannya dinampan bersama dengan piring dan sebutir obat disana , dengan langkah pelan ia lalu berjalan menuju kamar Regan. Tanpa mengetuk pintu kamar tuannya itu, Sam langsung masuk dan melihat Regan yang sedang berdiri dibalkon kamar dengan shirtless.
"Bos. Sarapan dulu, baru minum obatmu." Regan menolehkan kepalanya dan lantas membalikkan badannya, berjalan mendekati Sam. Dengan satu kali gerakan Regan mengambil gelas dan obatnya tanpa menghiraukan makanannya ia pun langsung meneguk air bersama dengan obatnya.
Sam hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Lagi-lagi seperti itu. Kapan sembuhnya."
《Don't COPY PASTE》
+-×÷<>📚Salam Kenal Dari Author📚
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER MY WIFE (END)
Romance(Cerita Mini Novel) Kehidupannya lantas berubah saat ia tak menemukan sesosok yang berdiri diatas altar dan menyambutnya. Sementara sesosok itupun bersembunyi dibalik dirinya, merasakan rasa sedih juga kesakitan tanpa ia ketahui. Mampukah ia menjaga...