Part -8-

2.7K 124 0
                                    

"Sekarang, Regan."

"Yeah babe," Regan terkekeh geli menatap wajah cemberut Ara.

"Kau terus mengulur waktu untuk menjelaskan! Cepatlah Regan, atau kusuruh saja Sam yang bicara padaku." ucap Ara memalingkan wajahnya.

Regan tersenyum miring lantas melihat kearah Sam yang tengah bermain dengan Hana. Sam hanya menghendikkan bahunya dan tersenyum kala melihat kepada Hana.

"Sam?"

"Yes Mam."

Regan mengernyit tajam menatap Sam. Memberi tanda bahwa dia yang akan menjelaskan semuanya, Sam cukup diam.

"Sayang, ayo kita kekamar, aku akan menjelaskan dikamar saja. Sam, jaga putriku. Dan jangan ganggu privasiku." Sam tertawa geli melihat tingkah posesif Regan.

"Yes Bos!"

Regan menganggukkan kepalanya. Dengan pelan ia menuntun Ara untuk berlalu kekamar. Tapi sebelum itu tiba-tiba Hana berdiri dan memeluk kaki Regan, membuat Ara dan Sam menatap heran begitupun dengan Regan yang bingung.

"Yes, my baby girl." Regan berjongkok dan memegang bahu Hana. Mengusap lembut pipi chubby anaknya itu.

"Ayah."

"Iya sayang, ada apa? Ada sesuatu yang kamu inginkan."

"Hana, biarkan Ayah sama Bunda dulu ya. Hana main sama Paman saja ya. Please.." Hana mengerjapkan matanya memandang Ara yang menatapnya penuh harap.

"Sayang?"

"Regan."

Sam menghembuskan nafasnya, kalau bukan dia yang memisahkan antara ibu dan anak ini maka perebutan siapa yang berhak memiliki Regan tidak akan selesai. Sam lantas menggendong Hana dan tersenyum pada Regan dan Ara.

"Aku akan membawa Hana jalan-jalan di taman. Nikmati quality time kalian, dan cepatlah. Regan kita masih banyak pekerjaan dikantor." ujar Sam dan lalu membawa Hana bersamanya.

Sekarang, Ara meringis pelan menyadari kata-kata nya yang sangat menunjukkan bahwa ia merasa tersaingi oleh Hana, hanya untuk berduaan dengan Regan. Ara memalingkan wajahnya yang memerah, membiarkan Regan menggenggam tangannya dan mereka pun berlalu kekamar.

Dikamar, sudah lima menit Ara dan Regan berdiam diri. Ara yang merasa kesal karena Regan tak kunjung bicara padanya, dan Regan yang merasa senang menatap wajah cemberut Ara.

"Lima tahun yang lalu ..."

Flashback on

"Cepat! Cepat!" diantara banyak orang yang berlalu lalang dilorong rumah sakit, seorang pria dewasa tengah berlari mengikuti para suster yang mendorong kursi roda dan disana juga seorang pria yang sekiranya seumuran dengannya.

"Maaf tuan, anda bisa menunggu diluar, dokter akan menanganinya." Sam menghela nafasnya, saat dorongan kecil dari suster membawanya keluar dari ruangan ICU. Sam menarik kuat rambutnya, jas hitamnya yang sebelumnya rapi dengan bunga disaku nya kini sudah kusut dan beraturan, bahkan bunganya pun sudah hilang entah dimana.

Sam duduk dibangku dekat pintu, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, dan terus berdoa semoga saja Regan bisa selamat dan baik-baik saja didalam sana. Sungguh Sam tidak menduga hal ini akan terjadi secara tiba-tiba, yang awalnya Regan sangat baik-baik saja, kini pria itu lemah bahkan sampai tak sanggup untuk membuka suaranya.

Padahal, hari ini adalah hari terbesar untuknya, dimana hari ini adalah hari pernikahan nya yang sudah ia siapkan sejak lama. Sam merasa bersalah, sangat bersalah karena ia tak bisa menghubungi Ara ataupun keluarga yang lain. Sungguh Sam sangat membenci pikiran dari tuannya itu. Bahkan Regan sudah menyiapkan segalanya, pria itu sudah tahu bahwa ia akan seperti ini.

Cklek!

Sam berdiri segera mendekati dokter yang menangani Regan. Dokter itu tersenyum dan menyuruh Sam untuk mengikutinya kedalam ruangan.

"Untuk saat ini Regan perlu dirawat terlebih dahulu, kondisinya sangat lemah dan tak memungkinkan untuknya melakukan aktivitas apapun. Apa kau sudah menghubungi keluarganya?" Sam terdiam menatap dokter yang sedang mencoret-coret dikertas putih. Dokter itu mengernyitkan dahinya lantas tak mendapatkan jawaban Sam.

"Mereka tidak mengetahui kondisinya dok. Ini sudah keputusannya, saya yang akan merawatnya. Tolong semua yang dibutuhkan tuan saya dipindahkan saja ke mansion nya. Jangan dirumah sakit ini, tuan saya tidak menyukai baunya."

"Tapi apa kau bisa Sam. Kondisinya sangat lemah sekali, detak jantungnya pun tak seperti orang normal pada biasanya, aku takutkan ada luka didekat hatinya, mungkin saja luka itu sudah lama tetapi baru bisa diketahui saat sudah menyebar diarea jantung dan lainnya. Kau lihat netra matanya, aku sudah cek ada sedikit efek samping yang sudah timbul dimatanya, ia akan melihat jelas hanya kalau pada minggu pertama, selanjutnya minggu kedua dan ketiga penglihatannya akan sedikit kabur bahkan tidak mengenali objek." terang dokter yang membuat Sam cukup terdiam lama.

"Aku hanya memberikan saran, sebaiknya untuk sementara biar Regan dirawat disini dulu, agar kalau terjadi apa-apa rumah sakit akan sigap menanganinya. Sabar saja, tetapi apa aku boleh bertanya?"

"Dokter mau bertanya tentang apa?"

"Bukannya hari ini pernikahan Regan,"

"Ya, memang. Dan aku yakin pestanya sudah bubar, dan tentunya keluarga Ara pasti sangat membenci Regan bahkan orang kota juga pasti akan menjauhinya. Aku kasihan pada tuanku, seharusnya ia sudah menjadi suami saat ini, dan sudah menjadi ayah yang baik untuk Hana. Aku tak bisa bayangkan kalau aku menjadi Regan. Pasti sakit sekali sampai ulu hati." Sam menarik nafasnya, ia menatap dokter dan lalu tersenyum ia berpamit keluar dari ruangan dokter tersebut untuk menengok kondisi Regan.

Flashback off

Ara menggenggam erat tangan Regan, ia menggelengkan kepalanya dengan airmata yang terus bercucuran dipipinya. Regan tersenyum mengusap airmatanya dengan lembut ia berkata.

"I'm sorry, babe.."

"Kenapa kau tak bilang? Kenapa menutupinya sampai sejauh ini, Regan. Aku sudah, aku sudah berfikir macam-macam tentangmu. Coba kau beritahu aku, aku bisa merawatmu. Hiks, maafkan aku Regan." Ara terisak kencang memeluk erat Regan. Ara mengusap wajah Regan dan mengecupi berkali-kali sampai ia sesegukan dalam dada bidang pria itu.

"Sayang, hei kau tak mau mendengarkan dongeng ku lagi, hm." ucap Regan dengan senyumnya mengecup singkat bibir Ara.

"Sudah sore, Regan. Kita harus menjemput Hana, nanti malam saja melanjutkan okay." Regan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Oh iya, bagaimana dengan teman-temanmu. Aku rasa aku juga harus mendapatkan restu mereka kembali. Maybe, sedikit sulit." Ara tersenyum mengusap bahu Regan.

"Aku bersamamu, okay. Promise, do not leave me again."

"Yes Mam, i'm promise."


















《Don't COPY PASTE》
-+×÷<>

📚Salam Desember Dari Author📚

FOREVER MY WIFE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang