0.1 Meet

5.6K 219 20
                                    

"Bun, Bila berangkat dulu ya" Suara seorang gadis cantik yang sedang berlari menuruni anak tangga memenuhi ruangan. Seorang gadis yang sedang memakai seragam lengkap, rambut hitam panjang yang terurai, dan tas gendong yang ia sampaikan di sebelah pundaknya.

"Sarapan dulu Bil" Balas sang Bunda yanh masih setia menyiapkan sarapan roti untuk putri semata wayangnya.

Dia adalah Bila. Nabila Chloe Azzahra, anak semata wayang dari seorang ibu tunggal. Bunda Tiara. Seorang gadis yang sedang duduk di tingkat dua sekolah menengah atas.

"Bila udah telat Bun"

"Engga yaaa, kamu ini punya sakit maag. Tar udah kambuh, malah nangis-nangis"

"Seriusan Bun, Bila udah telat"

"Engga Bil, Bunda bilang engga ya engga. Harus sarapan, tar biar Bunda yang anterin kamu sekolah sekalian Bunda berangkat kerja"

Mau tidak mau Nabila berjalan menghampiri Bundanya yang ada di meja makan, memberenggut dengan kesal. Bagaimana ia bisa sarapan dengan tenang saat jam masuk sekolah tinggal dua puluh menit lagi.

"Sarapan yang bener, gapapa sedikit juga. Yang penting perutnya gak kosong"

"Iya Bun"

"Bun, nanti pulang sekolah Bila mau ketemu Ayah"

Bunda menatap Nabila sekilas lalu mengangguk tersenyum.

-----*-*-----
"Ayah, yang tenang disana. Ayah tenang aja, Bila bakal jagain Bunda. Ayah harus bahagia ya karena disana Ayah sehat, engga sakit-sakitan lagi kaya disini. Yah, doain Bila supaya Bila bisa bahagian Bunda, supaya Bila bisa banggain Bunda. Ayah... Bila pulang dulu ya? Nanti kapan-kapan Bila mampir lagi" Nabila, gadis itu tengah mengusap sebuah papan yang bertuliskan nama Ayahnya.

Nabila mengalihkan pandangannya saat indera pendengarnya mendengar suara tangisan yang tidak terlalu jelas.

Di sebelah kanannya, ada seorang lelaki yang sedang menangis tepat di depan sebuah gundukan. Nabila meneliti orang itu, seragam yang dikenakan lelaki itu berantakan, dan... Punggung tangan kanannya mengeluarkan darah.

"Jangan nangis, kata Bunda anak cowo itu harus kuat" Perkataan Nabila membuat lelaki tadi berhenti menangis dan mengusap air matanya.

"Nangis karena kepergian seseorang itu boleh, tapi jangan sampe ngebuat yang udah pergi itu jadi gak tenang"

Nabila mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya dan membalutnya di tangan lelaki yang terluka itu. Sedangkan lelaki tadi hanya menatap Nabila dalam diam, memperhatikan setiap pergerakan Nabila, dan setiap inchi dari wajah cantik Nabila.

"Kalo luka lagi harus cepet diobatin, jangan di diemin" Setelah berkata seperti itu, Nabila berjalan menjauhi lelaki itu, pergi ke arah luar tempat pemakaman.

Sedangkan lelaki itu terus menatap Nabila sampai Nabila hilang dari pengelihatannya.

Nabila berjalan pelan, setelah dari pemakaman, ia tidak langsung pulang. Tapi dia mampir ke toko buku untuk membeli beberapa novel yang disukainya.

BUG BUG BUG

Suara pukulan dan rintihan membuat Nabila memberhentikan langkahnya, dia melihat ke arah kanan, satu orang pemuda yang sedang bertengkar dengan segerombolan pemuda lainnya.

"Keroyokan heh?" Nabila tidak habis pikir, mereka semua itu masih pelajar tapi malah saling adu jotos, ditambah sikap pengecutnya karena berani mengeroyok satu orang.

Nabila bersembunyi dan mengeluarkan ponselnya, dan memencet ikon berwarna merah yang ada tanda panahnya.

NGIUNG NGIUNG NGIUNG NGIUNG

My Possessive Boyfriend (Part Of Possessive)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang