About Dream pt.1

47 7 3
                                    

"katakan mimpimu dan kau akan segera meraihnya."

"benarkah? Tapi siapa dirimu?"

"saya? Saya pemilik alam mimpi. Cukup katakan permintaanmu dan akan saya kabulkan."

"tidak, saya tidak percaya."

"beruntunglah kau bersama tujuh orang denganmu telah bertemu denganku."

"saya tidak peduli, saya tidak percaya pada anda. Biarkan saya bangun."

"katakan keinginanmu terlebih dahulu, anak muda. Dan saya berjanji akan mengembalikan anda."

"saya--



"saya ingin punya uang banyak !"

"saya ingin berkeliling dunia dengan mobil yang dapat melaju seperti angin !"

"saya ingin lebih menguasai kemampuan drone saya !"

"saya ingin memiliki pesawat ciptaan saya sendiri !"

"saya ingin dihargai dan menjadi yang paling pintar !"

"saya ingin hidup tanpa gunjingan orang lain, tolong !"



"apa kau mendengarnya anak muda? Hanya kau yang belum mengucapkan permintaanmu."

"permintaan macam apa itu? Tidak berguna."

"menurutmu, tapi jika menurut mereka itu suatu hal yang sangat penting?"

"saya tidak peduli."

"lalu katakan apa yang menurutmu penting."

"saya..."

"katakan."

"saya ingin hidup bebas."

.
.
.

"sial. Mimpi apa aku barusan?"

Seorang pemuda yang baru bangun tidur itu langsung terduduk dengan rambut acak berwarna hitam miliknya.

Matanya menelisik ke penjuru kamar bercat putih tersebut.

"KAK DOY !" teriaknya sedetik kemudian yang langsung diiringi derap langkah kaki dari luar.

Cklek.

Nampak seorang pemuda berumur sekitar tiga tahun lebih tua darinya itu membuka pintu empunya kamar dengan tatapan penuh tanya.

"masih pagi ! Kenapa teriak teriak sih, Hendery?!" tanyanya bingung dengan alis yang bertaut dan kening yang berkerut.

"aku semalam mimpi aneh." jawab Hendery dengan wajah polosnya.

Pemuda yang paham maksud lelaki yang selama 19 tahun ini ia sebut sebagai adiknya itu langsung berjalan mendekati ranjang milik Hendery untuk sekadar mendengar cerita konyol yang sudah jengah ia dengarkan.

Ya, setiap kali Hendery bermimpi apapun bahkan sekonyol apapun mimpi itu, ia harus mendengarkannya.

Hendery hanya takut ia akan lupa dengan yang menurutnya 'asyik sekaligus aneh'  Hendery takut akan yang namanya 'deja vu.'

"katakan." ucapnya.

Sementara Hendery yang antusias, langsung membenarkan posisi duduknya untuk menghadap sang kakak yang telah duduk di tepi ranjangnya.

"aku semalam bertemu pemilik dunia mimpi."

'omong kosong lagi.' pikir kakaknya.

"lalu dia memintaku untuk mengatakan satu keinginan." lanjut Hendery.

Kakaknya memasang wajah jengah. Berbanding terbalik dengan adiknya yang nampak sangat serius.

"lalu apa yang kau katakan padanya?" tanya sang kakak malas.

"aku ingin hidup bebas." jawab Hendery dengan wajah polosnya.

Dugh !

"YAK ! KAK DOYOUNG KENAPA MALAH MEMUKULKU SIH?!" racau Hendery seraya mengelus kepala belakangnya akibat pukulan yang ia terima dari sang kakak.

"kau bodoh."

"hah? Aku benar..."

"KAU BODOH !"

"KAKAK YANG BODOH !"

"KAU, DONKEY !"

"HEY, RABBIT !"

"ah udahlah, gak guna debat sama kamu. Intinya kamu mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak penting." lerai pemuda yang bernama Doyoung itu seraya hendak melengos pergi dari kamar Hendery.

"tapi itu memang hal yang aku inginkan dari dulu ! Aku ingin bebas ! Aku ingin hidup seperti layaknya laki laki diluar sana ! Bukannya dikurung didalam rumah !"

Teriakan Hendery membuat langkah Doyoung terhenti dan menoleh kearahnya.

"hah?"

Mata Doyoung menyitip mendengar penuturan Hendery.

"apa dah? Aneh kamu, kak." ucap Hendery seraya mengusak rambutnya.

"kamu yang aneh. Memang selama ini siapa yang mengurungmu?" tanya Doyoung yang sekarang sudah berkacak pinggang.

Hendery yang mendengarnya langsung melotot.

"hah?"

"apa lagi?"

"aku aja baru dibolehin keluar pas ngikutin acara pembukaan bandara baru. Itu aja karena pesan mendiang papa. Coba kalo papa gak ngasih pesan itu, ya mungkin--

"ngomong apa sih kamu? Papa gak ngasih pesan apa apa sebelum meninggal. Toh emang kamunya juga gak pernah dikekang dalam rumah ! Ngaco kamu tuh, cuci muka dulu sana ! Ini nih yang semalem habis keluar rumah nonton balap motor, pulang pulang pas mau subuh. Ngelantur !" omel Doyoung yang sekarang malah menyilangkan tangannya didepan dada, memandang Hendery intens.

"hah?"

"hah heh hah heh ! Udahlah, cepetan mandi. Kakak tunggu dibawah, udah kakak buatin sarapan. Ntar anterin kakak belanja."








October, 2019

See The Vision - WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang