Chapter 2

3.2K 287 10
                                    

Selamat datang di story aku😙
Semoga suka.

Hayo kalian readers ke berapa? Pertama? Kedua?

Happy reading!

.
.
.

Hidung tingginya...
Bibir tebalnya...
Tubuh tinggi yang sempurna...
Alis yang menawan...
Tatapan yang bisa menghipnotis siapa saja..

Dia sempurna.

Aish, aku menutup buku yang sedari tadi ku baca. Mana ada seorang pria dengan kesempurnaan seperti itu. Jika pun ada, Ia mungkin seorang aktor terkenal.

Jujur, aku tidak pernah jatuh cinta hingga sekarang. Lagi pula tidak ada yang mau mencintai perempuan gemuk sepertiku, bukan? Makanan jauh lebih menarik daripada sebuah hubungan yang dibangun atas dasar cinta.

Heol, itu membosankan dan tidak membuatmu kenyang tentunya.

"Hyerim-ah, sepertinya kita tidak bisa mengerjakan tugas dari Shin ssaem hari ini.  Penyakit Ibu kambuh dan Ia akan dibawa ke rumah sakit siang ini."

Kim Dami, sahabat dan teman satu-satunya yang berteman cukup lama denganku tanpa memandang kekurangan yang aku miliki.

"Ah arraseo, kau harus pergi ke rumah sakit. Apa boleh aku ikut denganmu untuk menjenguk Ny. Kim?"

Dami tersenyum hangat. "Tentu saja. Kau boleh menjenguknya dan kita akan pergi bersama."

"Tunggu, apa Ny. Min tidak akan marah jika kau tidak pulang tepat waktu?" sambungnya.

Dami sepertinya lupa bagaimana sifat Ibu. Ia tidak akan memperdulikanku jika aku pulang terlambat maupun tidak. Ia akan lebih mementingkan pekerjaannya daripada harus mengurusku.

"Tenang saja. Ibu sedang sibuk di kantornya." ucapku sembari tetap menampilkan senyum palsuku.

***

Matahari hampir menghilangkan cahayanya sore ini. Keadaan rumah sakit sangat ramai. Banyak suster yang berlalu lalang dengan langkah buru-buru. Beberapa orang juga tengah menjenguk keluarganya yang sedang sakit.

Aku berjalan berdampingan dengan Dami. Kaos hitam polos membungkus tubuhku. Dami meminjamkan baju bibinya agar aku tidak memakai seragam sekolahku terus-menerus. Ia tau jika aku tidak akan nyaman memakai seragam itu di rumah sakit nantinya. 

"Kau tunggu disini sebentar. Aku akan menanyakan kepada petugas dimana ruang Ibu dirawat."

Aku menoleh dan mengangguk. Dami segera berlalu menuju petugas resepsionis. Aku mendudukkan tubuhku di kursi tunggu yang tak jauh dari tempatku berdiri.

Ku ambil beberapa camilan dari dalam tas. Diperjalanan menuju rumah sakit, aku sempat membeli beberapa camilan untukku makan. Aku belum makan apapun selain roti selai coklat tadi pagi. Kantin sekolah pun dalam keadaan renovasi yang artinya aku harus bisa menahan rasa laparku hingga pelajaran sekolah telah usai.

Sepertinya untuk beberapa hari ke depan, aku akan membawa bekal dari rumah agar aku tidak kelaparan di sekolah. Itu tidak terlalu buruk.

"Yah, dia masih berusia 10 tahun dan memiliki riwayat penyakit kanker di otaknya. Sulit menanganinya karena induk kanker sudah menyebar luas dalam tubuhnya." Aku menghentikan kunyahanku saat tak sengaja mendengar seorang dokter dan suster yang terlibat perbincangan didepan pintu ruang pasien.

Hatiku merinding. Kenapa anak sekecil itu harus memiliki penyakit yang sangat parah? Sedangkan diusia mereka pada umumnya, mereka bisa bermain, bermanja dengan orang tuanya, dan tertawa lepas di taman bermain tanpa memikirkan apapun.

I'm Perfect - Kim Seok Jin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang