Chapter 14

1.3K 162 0
                                    

.
.
.

Kami telah tiba di rumah sakit.

Seokjin pamit untuk menyelesaikan urusannya dan menyuruhku untuk menunggunya, terserah aku ingin menunggunya dimana asal tidak keluar dari rumah sakit karena udaranya sangat dingin, katanya.

Aku memasukkan kedua tangan ke dalam jaket tebal nan panjang yang tengah aku kenakan, semakin malam rasanya semakin dingin.

Aku menyesal tidak pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengganti seragamku. Meski rok yang aku kenakan tidak begitu pendek, tetap saja udara dingin membuat tulang kakiku ngilu.

Langkah demi langkah membawaku hingga aku bisa berada di depan ruang tunggu. Aku mendaratkan bokongku pada salah satu tempat kosong. Pengunjung, ah lebih tepatnya para keluaraga tidak begitu banyak yang datang dari perkiraanku. Apakah karena salju yang turun membuat mereka tidak bisa datang?

Aku mengedikkan bahuku kemudian mengeluarkan earphone dari dalam saku kanan jaket, aku mulai memutar lagu yang akhir-akhir ini sering aku putar, Epiphany - Jin BTS.

Selain karena Ia adalah penyanyi yang aku suka, arti dari setiap kata lagunya hampir sama dengan prinsip yang telah aku jalani selama ini. Akulah yang harus aku cintai di dunia ini, diriku yang bersinar serta jiwaku yang berharga meski tidak begitu sempurna, namun inilah diriku yang sebenarnya.

Tidakkah kau pun ingin mencintai dirimu sendiri? Maka, lakukanlah. Setidaknya, kau akan bisa mengenal dirimu lebih baik lagi.

Tanganku spontan melepas earphone yang menancap di kedua telingaku saat pandanganku tak sengaja melihat lelaki yang sepertinya aku kenal.

"Namjoon-ssi!"

Ada apa dia kemari? Apakah penyakit Ny. Kim kembuh lagi? Oh, aku mohon jangan lagi. Aku tidak ingin melihat Dami bersedih seperti saat terakhir kalinya.

Aku menghampirinya. "Ada apa kau kemari? Apa Ny. Kim baik-baik saja?" tanyaku yang sedari tadi mengusik pikiranku.

Namjoon tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang dalam. Ah, jangan disaat seperti ini. "Ibu baik-baik saja. Aku hanya mengantarkannya untuk berkonsultasi dan semua berjalan sesuai harapan. Kau sendiri?"

"Oh, aku? Aku sedang menunggu seseorang."

"Keluargamu?" Aku menggeleng. Bukannya pamer, tapi Ibu dan Yoongi tidak gampang sakit begitu pula denganku. Paling parah pun hanyalah sakit demam.

Namjoon juga mengangguk. "Aku ingin pergi ke kantin, apa kau ingin ikut?" ajaknya.

Mataku berbinar mendengarnya. Tentu saja aku tidak akan menolak. Sedari tadi perutku memang lapar, sementara Seokjin belum juga menampakkan batang hidungnya. Kau pernah dengar istilah 'udara dingin membuatmu mudah lapar'? Aku mempercayainya sekarang, sungguh.

Aku berjalan disampingnya. Mungkin Namjoon akan membeli makanan untuk Ny. Kim. Ah, aku lupa bertanya kepadanya, apakah Dami juga disini.

Kami melangkahkan kaki berdampingan memasuki kantin rumah sakit. Aku bingung akan pergi ke mana, maka dari itu, aku hanya mengekor di belakang Namjoon.

Namjoon memberhentikan langkahnya di depan kedai bubur ayam. Sedangkan penjual tengah sibuk menghitung beberapa bungkus bubur ayam yang dibeli pelanggan dengan menggunakan kalkulator.

"75000 won" saut Namjoon membuat penjual bubur ayam menoleh.

Penjual itu lantas terkekeh pelan melihat Namjoon. Sepertinya mereka saling mengenal. "Namjoon-ah, kau selalu saja datang di saat yang tepat." ucapnya kemudian beralih kepada pelanggannya. "Semuanya 75000 won."

I'm Perfect - Kim Seok Jin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang