Happy Reading!
.
.
.Dua hari setelah Yoongi pergi, aku tidak bisa memungkiri jika aku sudah sangat merindukannya. Terutama makanan buatannya. Aku menarik napas saat Ibu baru saja masuk ke dapur. Entah apa yang harus aku lakukan. Aku dan Ibu selalu canggung.
Ibu berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan beberapa sayuran yang ada disana. "Pagi." sapanya.
"Pagi juga, eomma." Ibu mulai mengupas bawang putih dan bahan-bahan lainnya. Tangannya dengan lincah memotong sayuran. Bukannya aku tidak mau membantu, tapi sepertinya Ibu bisa mengatasinya sendiri dengan cepat tanpa bantuanku.
Sebenarnya aku ke dapur untuk membuat sarapan. Aku juga bisa memasak meski tidak selezat masakan Yoongi. Namun, Ibu tiba-tiba saja muncul dan memasak semuanya.
"Hyerim-ah, coba kau cicipi ini." Aku terkejut karena sedari tadi aku melamun.
Tanganku mengambil sendok dan mulai mencicipi masakannya. Aku mengangguk sembari menatapnya. "Lumayan."
Ibu menarik napasnya pelan namun aku masih dapat mendengarnya. "Maafkan, Ibu. Masakan Ibu tidak seenak masakan buatan Yoongi, kan? Tapi, setidaknya kau bisa makan ini untuk mengganjal perutmu saat Ibu bekerja."
"Ibu tetap bekerja, Di hari libur?"
Ibu mengangguk. "Libur tanggal merah hanya untuk remaja, tidak untuk seorang pekerja. Ibu akan pulang terlambat seperti biasanya."
Aku hanya bisa memakluminya. "Kau sarapanlah dahulu." ucapnya. "Tidak, aku nanti saja. Aku pergi ke kamar dulu."
Ini adalah pertama kalinya aku dan Ibu berbincang bersama. Sudah sangat lama aku tidak berbincang panjang dengan Ibu seperti ini.
Bolehkah aku menangis? Entah apa yang merasuki Ibu pagi ini. Ibu terlihat berbeda.
Dengan perlahan, ku langkahkan kakiku meninggalkan dapur. Masih dengan ekspresi bingung.
Mendadak aku berubah menjadi seorang yang sangat bahagia di dunia ini. Aku berharap Ibu tetap seperti ini dalam jangka waktu yang panjang tentunya.
Aku membayangkan jika keluargaku bisa lengkap. Dengan aku, Ibu, Yoongi, dan.... Ayah. Pasti sangat menyenangkan.
Ayah, aku tidak tau dimana dia. Saat aku lahir pun, aku tidak pernah melihatnya. Aku tidak pernah menanyakan perihal Ayah kepada Ibu dan Yoongi. Aku takut, mereka akan bersedih nantinya. Marga yang aku gunakan pun adalah marga Ibu, 'Min'. Aku sama sekali tidak tau tentang Ayah. Biarlah aku hidup dengan Ibu dan Yoongi saja, tanpa seorang Ayah. Itu sudah cukup bagiku. Dami pun tau jika aku tidak memiliki seorang Ayah, sama seperti dirinya. Maka dari itu, Ia sangat mengerti bagaimana sensitifnya aku jika berbicara tentang seorang Ayah.
Aku sebenarnya berharap tidak akan menceritakan ini kepada banyak orang. Karena aku tidak ingin merasa orang lain menganggapku menyedihkan, padahal aku bahagia dengan hidupku. Masalah terberat sudah pernah aku lewati sendiri, jadi aku tidak perlu khawatir mengenai masalah yang akan datang kepadaku nantinya. Karena aku akan menghadapinya.
***
Sangat membosankan berada didalam rumah. Jadi, aku keluar rumah untuk sekedar berjalan kaki. Tidak perlu jauh, aku hanya akan berjalan sampai aku lelah.
Ibu sudah berangkat sewaktu aku berada didalam kamar.
Kedua kakiku bergerak lincah dengan kedua tangan yang memutar pelan. Jalanan terasa sangat sepi, padahal jam sudah menunjukkan angka 7. Mungkin mereka tengah memasak atau sarapan di rumahnya masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Perfect - Kim Seok Jin (END)
Fanfiction[COMPLETED] "Apakah kekuranganku penting bagimu?" Min Hyerim, seorang gadis yang tanpa sengaja bertemu dengan seorang dokter saat Ia menjenguk Ibu sahabatnya yang sedang sakit di rumah sakit. Dari pertemuan awal itu, mereka berdua selalu bertemu dan...