Chapter 34

1.1K 125 0
                                    

.
.
.

Setelah hampir dua jam kami melakukan penerbangan, kami pun kembali mencari taksi menuju rumahku.

Pikiranku tidak bisa berpikir jernih saat taksi yang aku tumpangi mulai berjalan. Aku menggigit kuku jariku gugup dan ternyata Jimin sedari tadi memperhatikan gerak gerikku yang aneh itu.

"Kenapa?"

Aku menggeleng. "Nanti langsung ke rumah ya. Tidak usah mampir kemana-mana."

"Baiklah. Tapi, aku harus membeli sesuatu untuk Bibi Shin. Aku akan mengantarmu ke rumah lalu aku akan pergi ke toko kue sebentar."

Sendiri? Mana mungkin aku membiarkannya sendiri. Jimin sudah rela menemaniku ke Korea dan mau mengantarkanku ke rumah. Dan aku membiarkannya pergi seorang diri? Aku tidak sejahat itu tau.

"Tidak. Aku akan menemanimu membeli kue. Hanya sebentar, kan?"

Jimin tertawa kemudian mengacak rambut depanku gemas. Sedangkan aku hanya mengerucutkan bibirku kesal. Tentu saja, penampilanku sudah berantakan saat berangkat dari Jepang tadi dan ditambah Jimin yang mengacak rambutku.

"Aish, jangan mengacak rambutku, aku tidak akan tersipu malu. Kau pikir aku masih muda?!" ketusku sambil merapikan kembali rambutku.

"Ei, kau memang masih muda. Dua puluh dua tahun itu masih cukup muda. Lagipula, kau hebat diusia yang cukup muda itu, kau sudah bisa mendirikan restaurant sukses."

Mendadak Jimin meringis saat aku memukul lengannya. Jimin berhasil membuatku tersipu malu karena ucapannya.

"Wah, wajahmu memerah." ejek Jimin dengan wajah sok polosnya.

"Park Jimin!"

***

"Jim, kue jahe ini sepertinya cocok untuk Bibi Shin." Jariku menunjuk salah satu kue yang berbentuk boneka kecil.

"Bibi tidak suka kue jahe. Rasanya pedas, katanya."

Aku mengangguk mengerti. "Sayang sekali, padahal kue itu enak."

"Kau mau membelinya?"

"Tidak. Aku harus berhemat untuk masa depanku."

Jimin berdecak disampingku. "Yak, uangmu banyak, tidak perlu menghemat lagi. Lagipula, kau belum makan dari pagi tadi, kan? Aku akan membelikannya untukmu."

"Hei, tidak usah. Aku tidak lapar, Jim."

Jimin tetap menunjuk kue jahe itu pada pegawai toko, untuk membelinya. Aku menarik napas mengingat sikap Jimin yang keras kepala.

Kemudian lelaki itu menerima sebuah bungkus kotak yang aku yakini berisi beberapa kue jahe sambil tersenyum manis pada pegawai perempuan itu.

Astaga, Jimin. Jangan membuat pegawai itu tersipu malu. Dasar lelaki buaya!

Tiba-tiba Jimin menyerahkan kotak itu kepadaku, lebih tepatnya memaksa agar aku menerimanya. "Makanlah selagi hangat."

"Gomawo." Aku membuka kotak itu dan mengambil satu buah kue jahe kemudian menyuapkannya pada mulut Jimin. "Buka mulutmu." pintaku.

"Tidak mau! Kue itu pedas." Jimin malah merapatkan bibirnya saat aku akan memasukkan kue itu ke dalam mulutnya.

"Yak, tidak lebih pedas dari ttaebokki yang kau makan kemarin. Rasa pedas ini hanya berasal dari jahe. Cepat buka mulutmu!"

Percayalah, aku ingin tertawa melihat ekspresi wajahnya yang lucu.

"Sungguh?" Aku mengangguk pasti. Kue jahe memang sedikit pedas tapi bisa membuat tubuhmu menghangat karena jahe yang telah dicampur ke dalam adonan kue itu.

I'm Perfect - Kim Seok Jin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang