Chapter 11

1.6K 169 3
                                    

.
.
.

Sekuat tenaga aku menahan sudut bibirku agar tidak mengeluarkan suara tawa. Tepat di depanku, seorang pemuda yang pernah aku temui di bus, Park Jimin, tengah ditampar oleh seorang perempuan. Bahkan suaranya sangat keras ditelingaku.

Perempuan dengan balutan dress berwarna merah muda dengan tas yang menggantung di bahu kanannya. Perempuan itu berumur sekitar dua puluh tiga tahunan. Jelas, Ia adalah kekasih seorang Park Jimin. Sepertinya hubungan mereka harus berhenti sampai di sini.

Aku menutup mulutku kemudian berbalik ke lawan arah. Sebelum Jimin mengetahui jika aku melihat kejadian tersebut.

Dari yang aku lihat, Jimin memang memiliki pesona yang kuat hingga semua yeoja ingin berada di dekatnya. Dengan senyuman manisnya, juga mata sipitnya yang selalu menatap lekat lawan jenisnya. Seakan itu tulus dari hatinya. Jimin tau jika dirinya mempesona dan menggunakannya sebagai bahan untuk memenuhi keinginan yang Ia mau.

Sudah sangat lama dan aku baru bertemu lagi dengan Jimin. Terakhir kali di dalam bus saat itu. Begitu pula dengan Seokjin, Jungkook, dan Taehyung.

Jika dipikirkan, mengapa aku selalu terlibat sesuatu dengan seorang namja? Ah, jangan lupakan Namjoon.

Sudah sebulan lebih, aku tidak pernah melihat mereka. Entah aku yang memang sibuk dengan sekolahku karena sebentar lagi hari kelulusan atau memang mereka tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Bahkan aku belum bisa mentraktir Seokjin yang telah aku janjikan dulu. Suatu hari, pasti aku akan mentraktirnya. Aku tidak pernah mengingkari janjiku asal kalian tau. Uh, Aku jadi merindukannya.

Kim Seokjin, Ia pemuda yang tegas dan bijaksana. Melakukan tugasnya sebagai seorang dokter dengan baik, profesional dan lebih mementingkan keselamatan pasiennya daripada kepentingannya sendiri.

Hatiku selalu berdesir mengingat hal apa saja yang sudah Ia lalui. Menjadi Dokter tidak semudah kelihatannya. Seokjin selalu tersenyum saat bersama pasiennya, melayani mereka, menanyakan kondisi mereka dengan senyuman lebarnya. Namun, saat pekerjaannya telah usai, tangannya akan selalu memukul punggungnya yang terasa pegal.

Jika kau bertanya, mengapa aku bisa mengetahuinya. Aku akan menjawabnya dengan kalimat sederhana. Seokjin tipe orang seperti itu meski aku tidak mengenalnya sedari kecil, tapi aku cukup lama memperhatikannya.

Setelah mengenalnya, Seokjin sangat berbeda. Ia konyol bahkan bisa dibilang tidak waras. Ia akan tertawa kencang meski lelucon yang dilontarkan tidaklah lucu. Mungkin Seokjin hanya ingin menghargai sang pencipta lelucon tersebut.

Seokjin adalah lelaki yang penakut. Ia takut pada hal-hal aneh. Saat mendengar suara aneh pun, Ia dengan panik membalikkan tubuhnya ke asal suara. Seokjin sangat mudah terkejut.

Aku tersenyum mengingat wajahnya yang sepintas terngiang di kepalaku. Huh, aku tidak mengharapkan apa-apa. Aku hanya ingin sukses dengan hidupku. Mencari pekerjaan sesuai kemampuanku, membantu Ibu di dapur untuk memasak, menyaksikan Yoongi berjalan di altar pernikahan dengan balutan jas putih di tubuhnya dan masih banyak hal yang ingin aku lakukan lagi. Aku tidak ingin menikah terlebih dahulu. Sudah aku bilang, hubungan sepasang kekasih sangatlah rumit, itu membosankan. Akan lebih baik jika aku menghabiskan hidupku hanya dengan makan, kkk. Ibu akan mengusirku jika aku melakukannya.

Gerbang sekolah sudah menyambutku di depan. Aku mengeratkan mantelku kemudian menjejalkan tanganku ke dalam saku mantel. Aku jadi teringat Seokjin yang pernah melakukan hal yang sama.

Musim dingin telah tiba, sesuai dengan perkiraanku sebulan yang lalu. Salju pertama turun seminggu setelah aku keluar rumah bersama Ibu untuk berbelanja pakaian. Tidak, aku bukan tipe perempuan yang membuang-buang uang hanya untuk membeli barang yang aku mau. Aku hanya membeli beberapa potong baju yang sekiranya cocok dengan tubuhku yang sekarang. Kau tau, pakaian lamaku sangat longgar jika aku kenakan kembali.

I'm Perfect - Kim Seok Jin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang