04 Menampakkan diri

63.9K 800 0
                                    

Sudah seminggu yang lalu kejadian ia mengintai kamarnya sendiri, namun tak ada yang ditangkap kamera yang sengaja ia pasang secara tersembunyi, membuatnya semakin kepikiran. Karna tak ingin terlalu berlarut-larut dalam memikirkan yang mungkin hanyalah mimpi, Viona mangalihkan fokus dengan mulai mendesain dikamarnya setelah sarapan.

*******
Ruangan itu sangat berantakan. Kertas-kertas berserahkan diatas lantai kamar dan kasur.

Tok.. Tok.. Tok
"Nak, bisa ibu masuk?" Suara Ratih terdengar dari luar kamar.

"Masuk aja bu. Tidak dikunci kok," ibu Viona, Ratih Melihat anaknya sedang dimeja belajar, dengan jari-jari lincah mencoret sana-sini diatas kertas.

"Desain lagi?" Ratih mendekat lalu mengelus kepala anak gadisnya. Ia melirik setiap sudut kamar yang sangat berantakan.

"Hmm, selain untuk ketemu ibu dan bapak disini. Aku juga butuh inspirasi untuk desain-desainku," Viona menghadap ibunya lalu memeluk perut wanita kesayangannya itu.

"Kau masih saja sangat manja," tukas Ratih tersenyum simpul.
"Jadi? Kapan kau akan kembali kejepang," Ratih mengelus lembut rambut panjang putrinya, lalu bertanya tanpa melepaskan pelukan erat Viona.

"Aku disini baru sebulan bu, Uda ngusir aja," Viona cemberut mendengar pertanyaan sang ibu.

"Loh, kapan ibu ngusir?" Ratih tertawa.
"Lanjutkan perkerjaanmu nak, ibu akan kerumah bibi Mia dulu," Viona mengangguk melepaskan pelukannya.

********
Tidak terasa sejak pagi hingga sore hari Viona tidak meninggalkan kamarnya. Ia bahkan tidak sempat makan siang karna terlalu fokus pada desainnya.

"Istrahatlah sayang!"

Suara berat itu mengagetkan Viona. Ia terdiam kaku dikursinya dengan nafas memburuh. Ia tidak mungkin salah dengar. Tiba-tiba hawa hangat menerpa leher jenjangnya. Namun bukannya takut Viona malah seperti menikmati.

"Istrahatlah aku tak ingin kau sakit!"

Viona mengangguk gugup mendengar perintah itu. Saat dirasa sudah tak ada tanda-tanda kehadiran "mahluk" itu, Viona memberanikan diri berbalik melihat setiap sudut ruangan ini. Tak ada tanda-tanda akan kehadiran mahluk lain.

"Demi tuhan aku tidak gilakan?" Viona bangkit lalu memutuskan menyidahi dulu pekerjaannya. Ia akan mandi dan sedikit beristirahat.

*********
Ditempat lain. Pria yang sedang duduk disinggasana-nya membuka mata perlahan menampakkan mata merah mengerikannya. Ia menyeringai senang karna wanitanya menjadi sangat penurut. Terkekeh saat mengingat kekonyolan wanitanya menaruh kamera karna penasaran dengan kegiatan mereka setiap malam, namun viona tidak tau saja jika peliharaan yang bernama Lilo-lah yang selalu berulah.

"Paman? Apa yang membuatmu tersenyum?" Zarfa atau Viona sering memanggilnya Lilo. Yah, mahluk kecil inilah yang pertama ditemukan Viona dalam keadaan terluka. Namun, digantikan oleh Akvan sang raja iblis gunung Manimbung. Gunung yang terkenal keangkerannya se-sulawesi.

"Kapan kau akan membawah ratu keistana?" tanya Zarfa ingin tahu.

Akvan dengan wujud tubuh iblisnya menyeringai kejam, "Secepatnya," tegasnya .

Zarfah terkekeh mendengar janji raja sekaligus pamannya. Bagaiman reaksi wanita itu nanti jika tau semuanya, ia sangat penasaran.

Setelah kepergian keponakannya, Akvan melirik singgahsana ratu yang tepat disamping singgasana yang didudukinya sekarang. Tempat itu kosong, namun tidak lama lagi akan diisi wanita cantik yang akhir-akhir ini sering menemaninya tidur.

"Kursi ini hanya untuknya," gumam raja Akvan.

******
"Pak besok bapak mau kekotakan? Aku ikut yah," Viona dengan kedua orang tuanya sedang bercengkrama diruang tamu setelah makan malam.

"Iya. Tumben mau ikut bapak?" Ahmad bertanya sambil melihat putri semata wayangnya.

Viona yang sedang duduk disingle sofa sambil memegang gelas susunya menjawab, "Vio, pengen beli sesuatu. Tapi pake uang bapak yah," dengan suara manja meminta pada sang bapak. Ahmad berpura-pura kaget.

"Astaga. Kau ternyata masih putri kecilku yang masih selalu minta uang jajan," Ahmad terbahak melihat wajah putrinya memerah entah karna malu atau kesal. Ratih hanya tersenyum melihat suami dan putrinya bercanda. Setelah lama berbincang Viona mengucek mata ngantunya. Ahmad yang melihatnya menepuk kepala anaknya lalu menyuruhnya beristirahat.

"Hmm. Vio tidur duluan ya," mengecup pipi kedua orang tuanya lalu melangkah kelantai dua menuju surga kecilnya yaitu kamar.

Clek..
Viona masuk lalu mengganti pakaiannya menjadi lingerie biru tua. Ia terlihat sexy dan menantang, dengan dada yang tercetak pas serta bokong indah yang berisi.

Saat menuju ranjang ia melihat seperti kabut asap gelap berbentuk anjing besar dan lama kelamaan memadat bentuk aslinya. Viona kaget refleks berlari kearah pintu. Tapi, sialnya pintu kamarnya tak bisa dibuka betapapun kuat ia mencoba.

"Sial mahluk apa itu" batin Viona menjerit.
Ia masih berusaha membuka pintunya tanpa menoleh kebelakang. Ia menjerit memanggil nama bapak dan ibunya, namun tak ada jawaban. Viona takut, tubuhnya gemetar sambil menutup mata indahnya rapat. Merapalkan do'a agar mahluk yang entah apa itu pergi.

"Apa yang begitu membuatmu takut sayang?" Suara berat yang Viona rasa perna mendengarnya tapi entah dimana. Anehnya membuat ia bernafas lega.

Tangang kasar itu mengelus leher Viona saat melihat bulir keringat disana. Viona entah mengapa memiringkan kepalanya seperti memberi akses lebih.

Akvan menyeringai senang saat merasa wanitanya tidak takut. Malam ini ia akan mengenalkan dirinya, lalu tentu saja akan melanjutkan dengan mengawini betinanya dalam keadaan sadar. Akvan harus sabar agar wanita ini tidak menolak.

************
Tbc

My Lord DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang