Viona menatap dengan takjub pada manusia didepannya, bagaiman tidak pria itu terbilang mahluk paling sempurna sepanjang ia hidup dibumi. Tubuh tinggi tegap, perutnya yang six pack, plus wajah tampan dengan mata hitam kelam lalu jangan lupakan bibir tipis merahnya. Astaga ia bisa menjadi makanan terlezat kupikir.
Wanita itu menggeleng, karna merasa kewarasannya mulai dipertanyakan. Ia tidak boleh terkeco Setampan apapun mahluk didepannya ini, ia masih tidak lupa bagaimana ia muncul tiba-tiba dikamar ini.
Mulai menenangkan degup jantungnya yang sejak tadi seakan menabrak dinding dadanya. Menghembuskan nafas perlahan lalu, menatap pria didepannya dengan tatapan tajam.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan dikamarku?" Tanya Viona beruntun.
Pria itu tersenyum manis saat berjalan mendekat kearah Viona yang membeku didepan pintu kamar. Karna tinggi keduanya berbeda, pria itu sedikit menunduk berbisik kecil ditelinga Viona.
"Menurutmu siapa aku? Tidakkah kau merasa mengenalku?" tangan pria itu dengan nakal membelai perut rata Viona nakal.
Sekuat tenaga wanita itu mendorong dada bidang yang tak terlapisi apapun itu agar menjauh. Demi tuhan, berdekatan dengan pria ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung dan jiwanya. Dan lagi, apa pria ini sangat miskin hingga tak mampu membeli baju. Ia hanya memakai celana pendek hitam selutut.
"Kau sangat tidak sopan tuan. Apa kau tak tau etikat bertamu? Gunakan baju lengkap dan sopan. Lalu gunakan pintu untuk masuk, bukan jendela," Viona mengomel geram.
"Lalu bagaimana jika orang tuamu bertanya? Haruskah kujawab jika aku fantasi liar anak mereka?" mata Viona membulat tak percaya. Jika dilihat dengan teliti pria ini memang yang selalu muncul didalam mimpi erotisnya. Bagaiman ia baru menyadarinya.
"Tidak! Aku pasti sedang bermimpi. Bagaimana bisa seperti ini," Viona meremas rambut panjangnya pusing. Ia terduduk dilantai tak mengerti, mengapa bisa hal seperti ini ada?. Pria ini pasti menipunya.
"Sayang, aku akan menjelaskannya dengan berlahan. Tapi, berjanjilah kau tak akan meninggalkanku" Akvan mendekap tubuh wanita itu dengan erat. Takut jika sang mempelai menolaknya, Viona mengangguk saja tak memiliki pilihan selain mendengar penjelasan pria ini.
Akvan menggendong Viona ala bridal style menuju ranjang. Mendudukkan Viona lembut lalu ikut mendudukkan bokongnya disana. Menatap mata Viona tajam lalu mulai menceritakan asal-usulnya, tanpa ada yang ditutupinya selain warga desa yang sebenarnya adalah pesuruhnya. Ia tak ingin wanita ini menganggapnya kejam.
*******
Dengan bibir atas berkedut karna menahan tawa sejak tadi. Viona merasa geli akan cerita pria yang memperkenalkan diri bernama Akvan. Bagaimana tidak, Akvan mengaku sebagai Raja Iblis yang tinggal digunung Manimbung dan mengatakan bahwa dirinya adalah pengatin wanitanya yang sudah ditetapkan sejak Viona kecil. Lalu, jangan lupakan juga ia mengaku bahwa ia Lilo peliharaannya."Oh benarkah? Aku tak tau jika ternyata bangsa iblis begitu tampan setara dengan para artis," Viona memegang perutnya tertawa lepas. Akvan yang melihat itu cemberut. Lalu ia berubah wujud secara tiba-tiba menjadi Lilo, tepat dihadapan Viona.
"Ahh!! Astaga mahluk apa kau?" Viona menjerit melihat Lilo yang duduk tepat dihadapannya.
"Bukannya jika aku tak membuktikan kau akan menganggap semua cerita tadi lelucon," dengan suara beratnya ia berubah kembali menjadi manusia utuh lagi.
"Oh astaga. Kau benar-benar Itu?" Viona heboh. Anehnya ia tak takut sama sekali. Sebelum menghambur mendekat saat beberapa pertanyaan ia layangkan.
"Apa kau punya sayap?"
"Tidak, Kami bangsa iblis bukan unggas"
"Ha? Bukannya difilm seperti itu yah?" Akvan menarik wanita cerewet itu kepelukannya yang posesif. Mengusap punggung terbukanya. Viona cemberut namun tak mendorongnya lagi seperti saat pertama bertemu. Untuk apa mendorongnya. Toh ia juga nyaman dengan posisi manja seperti ini.
"Kau tak marah padaku setelah semuanya?" Akvan bertanya lembut. Viona mendongkak melihat rahang tegas priannya, lalu mengusapnya lembut merasakan bulu kasar rahang itu. Akvan menutup mata menikmati.
"Aku marah sebenarnya. Tapi, entahlah aku juga menikmatinya" Saat Akvan akan mencium bibir pink itu. Ketukan dipintu kamar mengganggu momentnya. Menggeram seram dengan mata yang berubah berwarna merah darah akan meledakkan kepala siapapun yang berdiri dibalik pintu. Tapi semuanya dihentikan oleh kecupan disudut bibirnya, melirik pelakunya ternyata wanitanya.
"Jangan marah. Kembalilah seperti sebelumnya. Aku akan membuka pintu dulu" mengusap pipi pria itu sayang. Akvan hanya mengangguk patuh lalu berubah menjadi Lilo. Padahal jika Viona Sadar, bahkan siapapun yang melihatnya berada dikamar ini tak akan ada yang berani menegurnya, sebab dia lah penguasa disini.
*****
Dibalik pintu ahmad khawatir pada anak perempuannya itu saat mendekar pekikan Viona tadi.Clek.
Viona berakting mengucek mata ngantuk, lalu menguap kecil sebelum menyapa ayahnya."Ada apa bapak? Vio ngantuk nih," Ahmad yang melihat anak gadisnya baik-baik saja menghela nafas lega.
"Tadi bapak mendengarmu menjerit. Ada apa toh?" Viona memutar otak berfikir. Mencari alasan agar bapak tidak curiga jika anak gadisnya sedang bersama pejantannya didalam kamar ini.
"Vio tadi mimpi buruk pak," Menggigit bibirnya gugup saat melihat tatapan tanya ayahnya.
"Baiklah. Tidurlah lagi. Jangan lupa kunci jendelamu" setelahnya Ahmad menjauh. Viona merasa bersalah telah berbohong. Tapi ia tidak mungkin menceritakan tentang Akvan, kan?. Menutup pintu kamar lalu kembali kekasur empuknya.
Saat akan menutup mata lengan kekar itu melilit perutnya, dengan bibir tertarik indah Viona berguman tanpa membuka mata.
"Aku tadi menyuruhmu berubah bentuk loh"
"Aku dingin sayang" kata Akvan manja beralasan. Viona berbalik lalu balas memeluk lelaki besarnya. Walaupun tangan pendeknya tak sampai melingkari tubuh itu. Akvan dengan nyaman meletakkan kepalanya didada empuk Viona. Sesekali mengendus wangi wanitanya disana. Ini adalah tempat paling disukainya setelah liang senggama Viona, tentu saja.
*******
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lord Devil
RandomAda adegan dewasanya, Mungkin!! (21++) Hasil khayalan sendiri. tanpa menyalin cerita orang.