06 Tumbal

52.8K 743 12
                                    

Ahmad menggeleng melihat belanjaan putrinya. Ia pikir Viona mengikutinya kekota untuk apa, ternyata semua demi kain-kain ini.

"Nak, kau benar-benar membeli itu semua?" Viona nyengir lalu mengangguk. Karna melihat ayahnya yang seperti tak senang, ia dengan cepat bertingkah manja dengan memeluk lengan sang ayah.

"Vio sayang bapak~" Mengecup pipi kanan ayahnya, lalu berlari memasuki mobil mereka tanpa menunggu balasan dari pria baya itu.

Ahmad tersenyum lembut lalu menyusul putrinya kemobil mereka. Anak buah ahmad disuruh mengurus barang-barang belanjaan putri cantiknya itu.

*********
Sesampainya dirumah mereka disambut oleh Ratih dan kepala dusun, pak Jojo ayah Tian. Viona yang melihat pamannya langsung menyapa sopan.

"Sore paman, Apa kabar?"

"Baik nak, Kau sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik," Mengusap kepala Viona. Ia sudah menganggap gadis ini sebagai putrinya. Ahmad mendekat lalu menyapa temannya.

"Kau disini. Aku ingin memberitahumu sesuatu, tapi sepertinya kau butuh istrahat, kau terlihat lelah," pak Jojo menatap serius pada temannya sekaligus iparnya itu.

"Aku tak apa, ayo keruang kerjaku. Bu, siapkan kopi," Ahmat berbalik menuju ruang kerja, diikuti pak Jojo dibelakang.

*****
Viona menghempaskan tubuh lelahnya dikasur empuk itu. Menutup mata untuk sedikit beristirahat sebelum mandi. Namun tangan kekar nakal meremas lembut dadanya.

"Akh~ Apa yang kau lakukan Akh.. Van?" Viona mendesah tak kala tangan itu semakin gencar melakukan aksinya. Akvan menyeringai senang melihat wanitanya seperti ikan kekeringan yang membutuhkan air.

"Aku sedang memijatmu. Bukannya kau sangat lelah sayang?" Viona sangat ingin memukul kepala pria diatas tubuhnya ini. Sudah ia pastikan, Akvan pasti sengaja memancing gairahnya.

"Akh ahh~~ Hentikan sayang. Sakith~" Saat Akvan memasukkan tangannya kedalam bra wanitanya, ia tak segaja agak meremas keras disana. Mengecup kening Viona dengan penuh perasaan sebagai tanda maaf.

"Kenapa ini seperti lebih besar?" Akvan memang merasa bersalah namun tidak menghentikan aksi mesumnya. Ini sangat membuat ketagihan. Semua yang ada di diri Viona adalah candu baginya.

Pipi Viona merona saat Akvan menangkup seluruh dadanya dengan tangan besar dan kasar pria itu. Menggigit bibir untuk berupaya menahan desahan yang akan lolos. Jangan sampai orang di luar kamar mendengar.

"Akh~van hentikankan. Ini masih sore, aku tak ingin bapak dan ibu tahu kau disini," Viona membelai rambut lebat Akvan lembut agar bayi besar itu tak cemberut.

"Tenanglah sayang. Bahkan jika kau ku buat menjerit tak akan ada yang mendengarmu. Kau tau kenapa, karna yang akan bercinta denganmu adalah aku," Berbisik seduktif ditelinga Viona serak.
Lidah panjangnya keluar lalu menjilat disana.

"Stthh~ Akh.. Van. Kau Iblis Sialan yang sangat menggoda," Akvan terkekeh mendengar perkataan Viona. Tangannya masih berkerja sejak tadi tanpa meninggalkan benda empuk yang sudah terekpos tanpa kain. Entah sejak kapan Viona bertelanjang dada yang jelas Akvan mulai melumat benda menonjol itu.

Desahan dan geraman saling bersahutan dalam satu irama. Ranjang berderit nyaring saat hentaka demi hentakan Akvan layangkan. Suara Viona serak karna sejak tadi mendesah tanpa henti. Akvan benar-benar iblis yang selalu haus akan tubuhnya. Sial, ia pasti akan berjalan aneh lagi besok.

*******

Diruang kerja.

Kedua pria itu sedang berdiskusi saat mendengar geraman dengan sosok tinggi besar tiba-tiba muncul disana. Pak jojo dan Ahmad segera menunduk untuk menyambut iblis itu, Ia adalah Akvan dengan wujud iblisnya. Tubuh besar tinggi berbulu dengan jejak keringat disana, tentu saja ia baru saja selesai berolahraga dengan ratunya. Setelah sang calon istri tertidur lelap ia segera pergi menemui manusia ini.

"Aku yakin Jojo sudah memberitahumu semuanya," Akvan menyeringai kejam saat ia menatap rendah manusia yang menunduk dibawah kakinya. Baginya hanya Viona yang tidak rendah diantara mereka semua.

"Tuanku. Hamba takut Viona akan..."

"Kau hanya perlu membayanya keistanaku malam ini. Ingat, aku tak menerima penolakan Ahmad," Ahmad gemetar mendengar titah tuannya. Ia hanya menunduk tak dapat menyelamatkan putrinya.

Biasanya raja iblis gunung manimbung memang meminta tumbal setiap 1 tahun sekali, namun itu bayi bukan gadis seperti Viona.

"Tu..Tuanku, Bisakah aku meminta keringanan. Istri dan hamba hanya memiliki Viona sebagai putri. Bisakah kami menghabiskan Beberapa hari saja bersamanya," Ahmad berkeringat dingin saat aura gelap mengelilinginya. Geraman murka membuat kedua pria itu semakin menanamkan kepala mereka merapat kelantai.

"Akvan kau dimana?" Suara serak Viona terdengar dalam benak Akvan, ia menghentikan aura mematikan tadi.

"Aku bilang aku tak menerima penolakan," Akvan menghilang setelah memberi peringatan pada dua pengikutnya itu. Ahmad ambruk setelah kepergian tuannya. Jojo menepuk bahu Ahmad prihatin.

"Maaf, aku tak bisa melakukan apa-apa untuk membantumu," Ahmad menggeleng pasrah. Ia sangat tau tabiat Tuan mereka, bengis dan tanpa ampun. Jika mereka mencoba melawan bukan hanya mereka yang akan lenyap namun seluruh desa akan terkena getah atas pembangkangan mereka.

"Putriku Viona maafkan bapak nak," Ahmad meratap saat merasa putus asa. Ratih yang sejak tadi mendengar percakapan kedua pria itu dibalik pintu, berdiri kaku dengan tubuh gemetar. Apakah tuan mereka akan menumbalkan putrinya.

Air matanya jatuh saat tidak dapat menahan sesak didadanya. Viona adalah putri satu-satunya dan sekarang ia akan kehilangannya. Tidak, tidak ada yang boleh mengambil putrinya darinya.

Tak peduli apa, ia akan membantu putrinya meninggalkan desa ini secepatnya. Menguatkan diri untuk berdiri tegap saat bersiap menjalankan rencananya sebelum malam tiba, ia akan membawa Viona pergi jauh.

*******
Dikamar Viona.

"Dari mana? Setelah buat aku lelah sekarang pergi tak tau kemana?" Akvan terkekeh melihat calon istrinya yang cemberut. Mendekati ranjang yang menjadi saksi bisu akan keganasan membantai Viona tadi. Merapikan anak rambut yang bandel lalu diselipkan ketelinga Viona.

"Maaf sayang. Ada sesuatu yang perlu ku urus tadi. Oh iya, aku memiliki kejutan untukmu sebentar malam." Akvan bergabung dengan Viona dibawah selimut wanita itu. Mendekap tubuh halus Viona lembut sesekali mengecup pipi dan kening Viona.

Mendongkkan menatap mata hitam namun sesekali berwarna merah darah saat-saat tertentu seperti jika sedang marah atau kenikmatan diatas tubuhnya.

"Apa ada masalah?" Tanya Viona khawatir. Akvan mendekat lalu melumat bibir Viona gemas.

"Hanya beberapa pembangkang yang tak ingin mengikuti perintah," Jawab Akvan santai. Viona tersenyum lembut saat mengelus rahang tegas Akvan.

"Mata merahmu indah."

Mata Akvan membulat. Menatap lama Viona sebelum memeluk erat tubuhnya, menyembunyikan wajahnya diceruk leher wanitanya. Viona yang kaget akan reaksi tiba-tiba Akvan sedikit memekik.

"Kau tak takut? Maaf, kadang aku tak dapat mengontrol emosiku dengan baik," Bergumam lembut disana membuat sensasi geli bagi Viona karna nafas hangat Akvan yang kadang terkena kulitnya.

Viona terkekeh saat mendengar ucapan Akvan yang konyol. Saat tahu Akvan iblis saja ia tak peduli, mengapa ia harus takut sekarang. Satu-satunya kekhawatirannya sekarang adalah ayah dan ibunya, tentu saja.


******
Tbc

My Lord DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang