Masa Kebucinan - Zane

36 6 0
                                    

Zane pov

Hari ini kita kembali lagi dengan Bu Vivin. Wali kelas sekaligus guru matematika yang lumayan kufavoritkan. Walau mereka berkata Bu Vivin killer, tapi bagiku,Bu Vivin adalah malaikat.

Aku memang sangat semangat jika pelajaran matematika dimulai. Rasanya, otakku langsung bekerja dengan mulus jika melihat susunan angka yang tertera di buku. Tapi mohon jangan tanyakan Bahasa Inggris, lebih baik aku tidur atau keluar di jam pelajaran itu.

“Baiklah semuanya, kemaren kita sudah mempelajari Limit Trigonometri, jadi untuk lebih melatih kalian, ibu akan memberikan kalian beberapa soal, semuanya tulis soalnya ya..”

“Baik Bu..”

Aku mengambil buku tulisku dan segera menulis soal. 1 soal, 2 soal, 3 soal, dan ternyata sampai 30 soal. Melihat banyaknya soal ini, diriku sempat ingin malas, tapi tidak apa-apa, 30 soal ga akan terasa kalau ngerjainnya fokus dan semangat.

“Ok, soal-soalnya boleh dikerjakan sendiri ataupun diskusi dengan teman, tapi, diskusinya ga boleh ribut, kalau ribut, langsung ibu kick keluar dari kelas ini”

“Ok bu…”

“Zane, Zane..”

Seseorang memanggilku dari sebelah sana. Kuarahkan pandanganku padanya, dan ternyata itu Kyle. Sekarang dia melambai-lambaikan tangannya padaku.

“Diskusi yuk, gue ga ngerti yang ini..” ucapnya.

Awalnya aku agak kaget ya, ga biasanya Kyle ngajak diskusi, soalnya Kyle agak malas ngerjain soal matematika.

“Yaudah, ayo sini, malas kesana” jawabku.

Padahal tadi aku sudah bertekad untuk mengerjakan ini sendirian, tapi karena yang ngajak itu doi, ya gapapalah diskusi aja.

“Zane,  Lo diskusi bareng Kyle?” tanya Fiona yang menjadi teman sebangkuku.

Aku menganggukkan kepalaku.

“Acie.. yaudah gue pergi ya, takutnya ganggu hihi..” goda Fiona sambil meninggalkan bangkunya.

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi kata-kata Fiona itu. Aku bucin, tapi ga mau terlalu nunjukin, soalnya aku ga kayak Valery.

Kyle datang dan langsung mengambil tempat di sebelahku. Aku melihatnya dan dia langsung menorehkan senyum yang manis padaku. Kalian pasti tau apa yang kurasakan, sebenarnya pipiku sudah mulai memanas, tapi untungnya tidak sampai level merona.

“Yaudah, mana yang ga ngerti?” tanyaku.

“Ini nih..”

Dia menunjukkan soal nomor 15. Dengan sekali tatap, aku langsung bisa mengerjakannya di bukuku, tentunya dalam kurun waktu1 menit kurang, jawabannya sudah dapat.

“Udah selesai, gimana?”

Kyle diam. Dia malah menatapku heran. Mungkin antara bingung dan terkejut.

“Bentar bentar, gue masih belum ngerti yg ini, coba ajarin pelan-pelan..” katanya.

Kuambil lagi pulpenku lalu kuulang cara mengerjakannya secara perlahan walaupun sekarang sedang deg-degan karena dia sangat serius memperhatikannya. Kyle juga kadang menatapku, dia gatau kalau jantungku sekarang udah mau meledak saking menggebu-gebunya.

“Ohhh… gitu toh” Kyle senyum.

“Makasih ya” sambungnya lalu dia mulai mengerjakan soal miliknya.

Dan aku pun juga begitu.

Besoknya, pelajaran yang sangat menjadi beban padaku pun dimulai. Ya, pelajaran bahasa Inggris. Aku gatau kenapa otakku lemot sekali saat pelajaran ini. Padahal Laurie, Cleo, Fiona dan Valery sangat semangat mempelajari pelajaran ini. Entah kenapa diriku malah berbeda.

Bucin's Here - TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang