Sarang bertanya cemas dan di balas gelengan untuk yang kesekian kalinya oleh Yoobin.
Helaan nafas kasar terdengar di beberapa penjuru ruangan.
Acara pemberkatan tinggal 30 menit lagi sedangkan pengantin wanitanya menghilang entah kemana.
Pagi tadi Sarang di buat darah tinggi begitu memasuki ruangan yang di gunakan Irene untuk bersiap-siap kosong dan hanya menyisakan gaun pengantin di atas meja.
Keluarga Kim sudah berada di ruangan, sama-sama cemas menanti kabar tentang Irene. Mereka berdo'a supaya Irene di palingkan hatinya dan mau kembali ke tempat pemberkatan. Sedikit banyak mereka mengerti kenapa Irene kabur setelah diberi tahu oleh Sarang.
Di tengah kecemasan, pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang wanita muda yang kebingungan di depan pintu.
Ingin masuk tapi ragu karena mendapati ruangan berisi kebanyakan orang asing walaupun di sana ada sosok ibu dan adiknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak Suzy!"
Yoobin berlari menghampiri Suzy.
"Kenapa baru kesini?" Ujar Yoobin manja. Akhirnya dia punya tempat berbagi kesulitan.
"Kakak ada kelas mengajar, gak bisa maen tinggal begitu aja." Jawab Suzy. Matanya menjelajah, menatap canggung beberapa orang yang berada disisi lain ruangan dan yang terakhir matanya bertemu pandang dengan Sarang.
Sepertinya ibunya diambang batas kesabaran. Terlihat dari bagaimana tangannya mengepal dan juga wajah memerah.
"Lepaskan dulu binnie. Kakak harus bicara dengan ibu. Lebih baik kamu lihat kondisi tamu." Suzy mengurai pelukan Yoobin di tubuhnya, lalu berjalan mendekati Sarang setelah melihat adiknya berjalan kesal keluar.
Begitu sampai di depan sang ibu, tangannya menjulur meraih tangan mengepal Sarang dan memeluknya guna memenangkan.
"Tenang Bu. Kita bicarakan dulu sama yang lain gimana jalan terbaiknya. Kak Irene kirim pesan tadi, katanya bilang ke ibu maafin kakak." Suzy tersenyum kecil menatap ibunya setelah menguraikan pelukan.
"Kakak mu itu loh, bisanya bikin sakit kepala ibu aja." Keluh Sarang.
"Sekali-kali Bu, biasanya aku yang suka bikin ibu sakit kepala."
"Benar, sadar diri juga anak ibu ini." Sarang mencubit hidung Suzy gemas.
"Terus gimana cara ibu bicara sama keluarga Kim? Sama tamu undangan? Belum lagi ada para wartawan. Ibu malu Zy."
"Makanya kita bicarakan baik-baik dengan keluarga Kim, juga minta maaf atas keputusan kakak. Moga aja mereka bisa terima."
Sarang menghela nafas berat. "Rasanya ibu ingin menyusul ayah aja sekarang." Sarang mengurut pelipisnya kuat.
"Hush, gak boleh ngomong gitu. Entar aku, binnie sama kakak gak punya siapa-siapa lagi." Tegur Suzy.
"Sekarang lebih baik kita bicara sama keluarga Kim." Usulnya
Sarang menarik nafas panjang sekali sebelum menggenggam tangan Suzy dan berjalan mendekati tempat keluarga Kim.
Terlihat Kim Sora dan suaminya duduk di sofa sedangkan empat pria muda sedang mengobrol di dekat jendela.
Suasananya suram sekali. Terlihat keluarga Kim sudah lesu seakan sudah tau endingnya seperti apa.
"Maaf mengganggu, tapi sepertinya kita harus bicara." Ucap Sarang mengundang atensi semua mata.
*****
Tau hal gila apa yang pernah terjadi selama 28 tahun Suzy hidup. Tidak lain dan tidak bukan melainkan hari ini. Rasanya ingin teriak saja jika dia tidak mengingat dimana dia berdiri sekarang.
Tidak ada lagi yang namanya sabar, rasanya dia ingin menyesali keputusannya untuk datang ke pernikahan kakaknya yang sialnya sekarang malah jadi pernikahan dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kan
Jangan kaget
Suzy juga kaget begitu mendengar celetukan ide pria pucat beberapa jam yang lalu.
"Dari pada dibatalkan, bukankah lebih baik kalau pengantin wanitanya di ganti saja? Setuju Suzy-shi?" Suzy mengangguk.
Jelas kalimat pria itu ambigu. Suzy setuju itu dengan ucapan meng-gan-ti pengantinnya bukan setuju dia yang jadi peng-gan-ti. Yang lebih sialnya lagi semua anggota keluarga setuju.
Dan sekarang disinilah dia berada, duduk kelelahan di kursi pengantin, sendiri. Untung saja mereka tidak mengundang banyak tamu. Suzy lelah harus berpura-pura tersenyum bahagia dan menyambut ramah setiap tamu. Dia lelah secara fisik juga psikis.
Ingatkan saja, jika nanti kakaknya kembali dia ingin marah sepuasnya.
Merasa bosan, matanya menatap ke sekeliling ruangan yang tinggal tersisa keluarganya dan keluarga Kim.
Ah dan suaminya juga ada disana. Duduk sendiri di kursi tamu dengan ekspresi wajah yang,,, entahlah, Suzy merasa kasihan melihatnya. Jujur saja dibandingkan mengasihani dirinya Suzy lebih kasihan lagi melihat pria itu.
Mulai dari perjodohan, ditinggal calon pengantin perempuan, dan sekarang harus menikah dengan wanita yang lebih asing lagi. Bukankah itu sangat menyedihkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entahlah akan seperti apa kehidupan pernikahannya. Suzy tidak ingin membayangkan nya sekarang. Ada banyak yang harus dia urus setelah semua ini terjadi.