SoL 1

6.2K 347 12
                                    

"Len, lo udah siap-siap kan?"

Lena yang kini sedang mencari pakaian di lemari pun berteriak membalas ucapan sang sahabat melalui sambungan telepon yang di mode loudspeaker.

"Iyaaaa, ini gue habis mandi, La. Sabar, gue lagi milih baju." gerutu Lena gemas akan ucapan Lala.

"Gue cuma ingetin aja Len. Yakali aja lo lupa kalo hari ini Alan balik dari Aussie."

Gerakan tangan Lena yang sebelumnya tengah memilah milah pakaian seketika terhenti ketika bibir Lala menyebut nama Alan. Senyum tipis terkesan sendu tersungging di bibir Lena. Alan....

Nama itu bagaikan buah simalakama bagi Lena. Buncahan rasa menggebu bahagia, rindu sekaligus sakit langsung menyergap relung hati nya.

Sudah begitu lama hatinya terpaku hanya pada Alan. Alan nya yang baik, Alan nya yang perhatian, Alan nya yang penuh kasih, dan Alan nya yang memilih menjadikannya tempat berkeluh kesah tentang hati lelaki itu. Awal dari sebuah rasa sakit yang Lena miliki karena curahan hati pertama Alan yang mengatakan kalau lelaki itu mencintai Lala.

"Len? Hei lo masih denger gue kan?"

Lamunan Lena buyar. Ia menghela napas panjang dan berusaha menyunggingkan senyum semanis mungkin kendati sebulir air mata berhasil lolos dari pelupuk.

"Gue denger kok. Ini lagi milih baju."

"Ck, udah pake aja kaos kaya biasa. Jangan ribet-ribet. Ntar yang ada Alan malah ngolokin lo."

Kembali, senyum getir terbit di bibir Lena ketika mendengar ucapan sekaligus tawa geli Lala. Jujur, ia sakit hati mendengarnya. Imej tomboy seolah disematkan paten oleh Alan dan Lala pada dirinya hanya karena Lena yang lebih nyaman mengenakan setelan jeans plus kaos ketimbang sebuah dress cantik seperti yang biasa Lala pakai.

"Lo udah sampe mana?" Lena akhirnya memilih mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ini udah masuk portal depan. Gih buru. Gue nggak mau kelamaan. Keburu kangen."

"Oke." hanya itu, dan Lena pun memutus sepihak sambungan telepon mereka. Lala melangkah menuju meja rias untuk meletakkan ponsel.

Ia mengamati tubuhnya melalui kaca di meja rias. Tubuh yang memang sedikit lebih berisi jika dibandingkan dengan tubuh milik Lala yang tinggi semampai bak model. Mata nya yang sipit seolah semakin menambah kadar minus dalam dirinya. Mata nya hanya segaris yang akan hilang jika ia tersenyum.

Dari keseluruhan, Lena hanya bisa membanggakan rambut serta warna kulitnya yang begitu cantik. Rambut lurus panjang dengan kulit kuning bak gadis asia timur.

"Gue cantik, dan gue cinta diri gue." bisik Lena menguatkan dirinya. Ia lantas tersenyum lebar dan segera meraih pakaian yang sebelumnya ia campakkan di atas ranjang.

⏺⏺⏺

"Duh Alan mana sih kok belum keliatan juga?"

Lena hanya menatap acuh pada Lala yang kini gelisah memandang kesana kemari mencari keberadaan Alan.

Mereka berdua sedang mengunjungi fast food dan Lena memesan burger ekstra keju serta cola. Lala memilih tidak memesan apapun karena ia tidak mau tubuh nya melebar karena junk food berkalori tinggi itu.

"Ya sabar aja sih La. Ini juga masih lima menit dari jadwal. Ntar kan juga dateng." sahut Lena mencoba sabar dalam hati.

"Lagian lo sih kelamaan dandan. Kan gue udah bilang jangan kelamaan. Lo cuma tugasnya nemenin gue. Nggak perlu heboh Lenaaaa." gerutu Lala, kebiasaannya menyalahkan orang lain jika sedang dilanda cemas. Sifat yang sudah berulang kali coba Lena maklumi kendati rasa sakit hati kerap kali muncul jika ucapan pedas Lala tertuju padanya.

"Sorry." lagi, Lena memilih mengalah. Tak mau memancing perdebatan dengan sahabat nya sejak bangku sekolah menengah pertama.

"Besok la...Alaaannn!"

Lena nyaris merasa putus leher karena betapa cepat kepala nya berputar mencari sosok yang nama nya di teriakkan heboh oleh Lala.

Di sana, dengan menggendong sebuah ransel hadiah dari Lena dua tahun lalu, sosok Alan menyongsong mereka- lebih tepatnya Lala, dengan wajah yang sangat sumringah.

Dua tahun tidak bersua, rupa nya Alan tidak berubah. Ia masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu. Hanya warna kulitnya saja yang terlihat makin kecoklatan yang justru menambah daya pikat Alan meroket drastis.

"Hei." Lena melihat bagaimana Alan menyapa lalu mendekap penuh cinta pada Lala yang kini juga memeluk tubuh kekar Alan dengan manja.

Lagi, hati Lena terasa nyeri melihat love birds di hadapannya yang tampak tidak canggung mengumbar kemesraan.

Lena kira, kehadirannya tidak terlihat, namun anggapannya tertepis seketika saat mata Alan menumbuknya. Alan tersenyum begitu lembut padanya, nyaris membuat Lena menangis karena merasa betapa kejamnya Alan yang hanya bisa mengiming-imingi nya dengan sebuah senyum.

"Nggak kangen sama aku hm?" tanya Alan dengan merentangkan tangannya yang langsung saja diterjang Lena dengan sebuah pelukan sarat akan kerinduan. Lena bahkan sudah menitikkan air mata ketika Alan mengecup puncak kepala nya. Lagi-lagi dengan penuh kelembutan.

"I miss you. So much." bisik Lena disela suara nya yangp parau.

"Me too. Aku bener-bener kangen peluk badan empuk kamu, Len." balas Alan yang dihadiahi pukulan pada punggung kekar nya. Lelaki itu tertawa begitu lepas yang amat di sukai oleh Lena.

"Oke oke, cukup acara pelukannya." tubuh Lena seketika terpisah dari pelukan hangat Alan karena tangan Lala yang menarik tubuhnya lumayan kuat. Ah rupa nya Lala cemburu.

"Sayang, pulang yuk. Aku pengen kangen-kangenan sama kamu." pinta Lala dengan nada merengek manja.

Alan tersenyum lembut pada Lala. "Nanti ya sayang. Aku mau pulang dulu. Kangen masakan Mama."

Lala yang mendengarnya cemberut, namun tak ayal tetap mengangguk. "Dateng ya, jangan sampe lupa." ancam Lala dengan mata mendelik. Alan terkekeh sambil mengangguk.

"Iya sayang. Jangan melotot gitu ah. Aku sama Lena pasti dateng kok."

Mendengar ucapan Alan, baik Lena maupun Lala sama-sama melotot kaget.

"Eh? Aku nggak ikut." tolak Lena seketika.

"Ihh masa Lena ikut sih? Kita kan mau kencan, sayang." tolak Lala merajuk.

"Tapi sayang..."

"Aku nggak ikut, Lan. Aku ada acara bikin kue sama Mama nanti siang." tambah Lena cepat begitu melihat Alan yang akan membantah ucapan mereka.

Alan mendesah pelan. "Oke, hari ini aku sama Lala. Tapi besok, kita bertiga kumpul bareng ya?"

Lena hanya bisa mengangguk pasrah. Kumpul bersama? Seperti nya Lena harus bisa melatih kembali kekuatan hati nya sebelum acara kumpul bersama yang ia yakini akan sukses mencerai beraikan kesehatan hatinya.

⬜⬜⬜

Komentarnya?

27 Oktober 2019

Xylinare.

Slice of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang