SPECIAL CHAPTER

4.9K 272 61
                                    

Wanita itu menatap lurus ke arah pepohonan rindang yang tampak teduh di bawah langit mendung. Suasana sejuk seperti ini selalu menjadi kesukaannya dari dulu. Jiwa nya selalu damai setiap mendung hitam menaungi kota tempat nya menetap kini.

Wanita itu tersenyum sambil memejamkan mata saat sapuan lembut angin membelai pipi nya. Gesek bunyi dedaunan yang beradu dengan angin menambah syahdu nya sore hari di bulan November.

"Hei, kenapa di luar sendirian hm?" kedua mata nya sontak terbuka saat sebuah sapaan lembut serta lingkupan hangat lengan kekar memeluk tubuhnya.

Wanita itu terkekeh sambil menyandarkan kepala di lengan liat lelaki yang tengah memeluknya. "Emang nggak boleh?" goda nya.

Lelaki itu menggerutu sambil mengeratkan pelukannya. "Nanti kamu kedinginan. Aku nggak mau kamu dan baby kita kenapa-kenapa." sungut nya kesal namun berbanding terbalik dengan usapan lembut jemari nya yang kini menari di atas perut buncit sang wanita.

Wanita itu tersenyum melihat usapan sayang dari jemari kekar lelaki yang kini berstatus suaminya. Ia menindih jemari sang suami dengan jemari nya sendiri, mengikuti gerak tangan suaminya yang memutar lembut.

Kedua nya hening, meresapi momen yang menurut mereka sangat spesial ini. Tidak ada kebahagiaan yang bisa menandingi saat ia bisa bercengkerama bersama sang suami dengan diiringi usapan lembut di tempat sang jabang bayi meringkuk nyaman saat ini.

Usapan kedua nya terhenti saat untuk pertama kalinya, sebuah tendangan lembut terasa di tangan mereka, juga tercetak jelas di kaus yang wanita itu gunakan.

Sang suami langsung memutar langkah nya untuk kemudian berlutut di depan perut sang istri, menatap takjub pada perut yang kini terdapat tonjolan-tonjolan saat bayi mereka menendang.

Lelaki itu menatap sang istri dengan raut terkejut sekaligus haru. "Sayang.." bisiknya.

Wanita itu sama takjub dan terharu nya. Air mata bahkan sudah menggenang di sudut mata almond nya yang cantik. "Dia nendang. Anakku bisa merasakan kehadiran kita." lirihnya haru.

Sang lelaki mengangguk bahagia. Ia mengecup perut buncit itu dengan perasaan bahagia. "Anak kita, sayang." ralat nya pada ucapan sang istri baru saja.

Wanita itu tersenyum sendu. "Anak yang terpaksa kamu akui, kan?"

Suasana haru langsung berubah ketika tatapan sang suami menghunus tajam pada netra wanita yang kini sudah menjadi bagian pengisi hatinya. "Jangan mulai lagi, Lena." desis lelaki itu tajam. Oh Tuhan, ia benci jika percakapan ini kembali terulang.

Wanita yang tidak lain adalah Lena itu lantas mengusap rahang lelaki yang sudah beberapa bulan ini menikahi nya. "Kamu lelaki paling baik yang pernah aku kenal, Jul." bisiknya.

Lelaki yang ternyata Jul itu lantas merebahkan kepalanya di atas paha Lena dengan tubuh yang ia dudukkan di atas rumput halaman rumahnya. Lena tersenyum dan menarikan jemarinya di surai lebat dan lembut milik suaminya.

"Jangan memujiku setelah kamu berani membicarakan hal tadi. Kamu tau kalo aku tulus menikahi kamu. Nggak ada paksaan atau apapun. Aku sayang sama kamu Len. Itu yang perlu kamu catat." ucap nya lembut dengan mengecup sekilas paha istri nya yang kini semakin menggemuk karena kehamilannya.

"Aku juga sayang sama kamu, Jul." balasnya dengan senyum mengembang. "Tapi cinta kamu tetep ke Naomi kan?" tanya Lena yang kini terlihat khawatir.

Jul tersenyum. Dengan cepat ia kembali menegakkan kepala nya dan menatap lembut sang istri. "Iya sayang. Kamu tenang aja. Cintaku tetep buat Naomi." jawab Jul penuh pengertian.

Ia mengerti betul kalau pernikahan nya bersama Lena hanya sebatas pernikahan pengalihan, pengalihan perasaannya dari Naomi, sedangkan Lena mengalihkan rasa cinta tak terbalasnya dari Alan yang beberapa bulan lalu resmi mempersunting Lala sebagai istrinya.

Slice of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang