SoL 7

2.2K 275 28
                                    

Kebersamaan singkat nya bersama Julian rupanya mampu membuat mood Lena semakin membaik. Jul ternyata sosok yang begitu mengayomi sekaligus pendengar yang baik, itu yang bisa Lena tangkap lewat pertemuan dan obrolan singkat mereka.

Lena bahkan tahu kalau Jul ternyata menyukai gadis pengurus taman di rumah nya yang sayang nya begitu membenci dirinya karena posisi Jul yang terlahir sebagai anak orang berada. Bagaimana perjuangan Jul untuk berusaha merebut hati Naomi, wanita pujaannya, bahkan sanggup membuat Lena menitikkan air mata.

Lena berandai, apakah suatu saat Alan akan menatap dirinya seperti saat Jul menceritakan Naomi, dengan pandangan menerawang jauh yang penuh akan cinta dan ketulusan. Namun lagi-lagi, hanya senyum getir yang bisa Lena tunjukkan karena nyata nya, sampai kapanpun Alan adalah milik Lala, sahabatnya.
Dan haram hukum nya bagi Lena untuk menghancurkan persahabatan mereka bertiga.

Sama hal nya dengan Lena, Jul pun seolah menemukan teman baru yang begitu klik dengannya. Lewat percakapan singkat mereka, Jul baru mengerahui bahwa gadis secantik Lena rupanya bertepuk sebelah tangan akan cinta nya pada sosok sang sahabat. Jul bahkan ingin sekali menghajar lelaki yang ia ketahui bernama Alan itu lewat cerita dari Lena yang seolah memperlakukannya seperti kekasih.

"Jadi kamu masih tetep mau stuck sama itu cowok brengsek?"

Lena memukul pelan lengan Jul selepas ucapan frontal cowok itu. "Hati nggak bisa dipaksa, Jul. Seberapa keras pun aku berusaha, tapi kalo hati mau nya tetap di Alan, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi."

Jul menatap prihatin sekaligus iba pada Lena. Bahkan dari sekali tatap saja, Jul sudah bisa memprediksi bagaimana cinta nya Lena pada sosok bernama Alan itu.

Jul lantas merentangkan tangannya, membuat Lena mengernyit bingung. "Kalo kamu lelah, saya siap jadi tempat kamu bersandar, Len. Saya pendengar yang baik kok."

Sesaat Lena ternganga sebelum akhirnya mendekat pada Jul dan memeluk tubuh lelaki itu dengan pelan. Kedua nya terdiam lama di dekat taman perumahan Lena yang untung nya siang ini mendung.

Jul mengusap lembut naik turun punggung Lena yang kini bergetar di sertai isakan lirih dari perempuan bermata sipit itu.

"Rasanya sakit banget, Jul. Sakit setiap lihat dia sama sahabatku. Aku bahagia buat mereka, tapi aku juga nggak bisa mengontrol diriku sendiri buat berpura-pura buta sama semua nya. Aku mau berhenti, tapi nggak bisa." isak Lena putus asa.

Jul hanya diam, tidak mengucapkan satu patah kata pun. Namun tangannya tidak pernah berhenti mengusapi punggung Lena, seolah memberi pasokan energi untuk sosok rapuh Lena.

"Aku seputus asa ini, sampai minta sama Mama buat dikenalin ke anak temennya."

Pengakuan Lena baru saja tentu membuat Jul syok bukan main. Jadi, acara perjodohan berkedok temu kangen ini karena permintaan Lena?

"Kamu pasti bercanda."

"No, I'm not." geleng Lena yang kini sudah melepas pelukan Jul dan menyeka bulir air mata di pipi chubby nya.

"My God." bisik Jul terkesima. "Saya nggak nyangka kalo ini atas permintaan kamu. Kamu perempuan yang luar biasa, Len." kekeh Jul sambil menepuk-nepuk puncak kepala nya dengan lembut.

"Luar biasa desperate maksud kamu." cibir Lena namun tak ayal tetap tertawa geli.

"Mungkin kalo saya belum tau gimana kamu, saya pasti ngira nya juga kamu desperate banget. Tapi setelah tau gimana kamu dan apa yang terjadi sama kamu, saya nggak akan kasih cap itu, Len. Kamu hanya perempuan yang sedang berusaha menata hati."

Ucapan halus dari Jul begitu menyerap di setiap sisi tubuh Lena. Ucapan itu sarat akan dukungan dan juga pengertian. Mata Lena di buat memanas oleh ucapan Jul yang bagi nya terlalu manis.

Lalu tanpa aba-aba, gadis dua puluh lima tahun itu kembali menubruk tubuh Jul hingga nyaris terjengkang karena kuat nya pelukan Lena. Kembali, gadis itu terisak sedih sekaligus haru. "Boleh nggak sih kalo kamu aku culik aja dari Naomi?" isak Lena yang justru memancing tawa dari Jul.

"Sorry sweetheart, tapi tubuh dan hati saya sepenuhnya punya Naomi." kikik Jul geli yang di sambut gerutuan dari Lena.

Di tengah kedekatan mereka, tiba-tiba tubuh Lena terhuyung ke belakang karena tarikan kencang. Wajahnya menubruk benda keras dengan aroma yang familiar. Alan!

Dengan cepat Lena mendongak dan mata nya bersirobok dengan rahang Alan yang kini tampak mengeras menahan amarah.

"Siapa lo?" geram Alan dengan suara rendah yang terdengar mengerikan. Mata yang biasa teduh itu kini berkobar penuh ancaman.

"A-Alan, dia..."

"Hai, saya Julian. Saya calon kekasihnya Lena." di luar dugaan, setelah memotong ucapan Lena, Jul justru mengatakan kalau dirinya adalah calon kekasih Lena. Apa-apaan ini?!

Lena melotot ngeri menatap Jul yang di balas kedipan penuh arti oleh lelaki itu. Lena menelan saliva nya susah payah. Mata nya kini melirik ke samping, menemukan raut wajah Alan yang sudah sepenuhnya menggelap penuh amarah.

"Calon pacar? Jangan mimpi! Lena itu pacar gue!" bentak Alan kasar dengan tangan yang memeluk posesif pinggang Lena.

Lena tentu saja terkejut bukan main. Sedang Jul tersenyum simpul.

"Oh ya? Tapi maaf, setau saya, Lena tadi bilanh kalo dia masih single. Saya juga single, jadi wajar kan kalo saya bilang saya calon pacarnya Lena? Dia perempuan yang luar biasa menarik."

Ucapan Jul semakin memantik api amarah dari Alan. Pelukan posesif tangan kekar nya kini berganti dengan mencengkeram kerah leher pakaian Jul. "Hati-hati sama ucapan lo! Sampai kapanpun, jangan pernah lo berani buat berharap dapetin Lena karena dia itu milik gue!" ucap Alan final dengan disertai pukulan kuat yang bersarang di rahang Jul.

"Jul!" Lena berteriak histeris melihat tubuh Jul yang kini terbaring di aspal dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah akibat kuat nya hantaman dari Alan.

"Len, jangan pikirin dia. Ayo pulang." bentak Alan dengan menyeret tubuh Lena yang sedang berusaha mengecek Jul.

"Lepas, aku mau lihat keadaan Jul." Lena berontak. Ia berusaha sekuat mungkin melepas cengkeraman kuat Alan yang sesungguhnya menyakiti pergelangan tangannya. Namun itu tidak penting saat ini.

Dan ketika usaha nya berhasil, Lena dengan cepat berjongkok dan memapah Jul. "Astaga Jul." Lena terisak melihat kondisi Jul yang bibir nya mengeluarkan darah akibat pukulan Alan yang sepertinya tidak main-main itu. Tidak banyak memang, tapi tetap saja membuat perempuan seperti Lena menangis.

"Sshh." Jul meringis merasakan usapan lembut di sekitar bekas pukulan Alan. "Saya nggak apa-apa, Len." ucap nya berusaha menenangkan Lena yang tampak sangat syok.

"Nggak, kamu sakit. Kita pulang sekarang Jul. Kamu berdarah." racau Lena sambil mengalungkan lengan Jul di bahu nya, membantu Jul agar bisa kembali berdiri.

"Len..."

"Diem di situ atau aku bersumpah bakal benci kamu seumur hidup, Lan." sergah Lena dengan nada dingin dan mata yang memerah.

Ancaman Lena ternyata berefek banyak bagi Alan. Lelaki itu tampak menegang dan kemudian menggeleng dengan raut takut nya. "No, jangan pernah benci aku, Len." bisik lelaki itu sendu.

Lena mengacuhkan ucapan Alan. Ia memapah tubuh Jul yang tinggi menjulang untuk kembali menuju ke rumah nya. Gadis itu melewati Alan dengan tatapan tetap lurus, namun satu bisikan darinya mampu membuat tubuh Alan membeku seketika.

"Aku kecewa sama kamu, Lan."

⬜⬜⬜

Nah loh Lena nya kecewa tuh😫 bau bau bakal ada yang stress nih😝

Sorry lama up. Baru kemarin selesai uts dan baru hari ini aku menikmati libur singkat abis uts😂 maklumin ya dears.

Sorry typos.

15 November 2019

Xylinare.

Slice of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang