6

14 5 0
                                    




Fajar menyingsing
Tak lupa suara ayam berkokok tanda pagi hari,
Jam menunjukkan 06.00 pagi

Gadis itu telah bangun dari bunga tidur nya
"Hoaammm" ucap nya seraya mengucek-ngucek matanya dan meregangkan otot - otot nya

Karena hari ini adalah hari Sabtu,
Ais bisa lebih bersantai dan menikmati weekend nya bersama ibu nya.

"Kok haus yak" sambil memegang tenggorokannya

"Minum dulu ahh, baru mandi" ia turun dari ranjang nya menuju ke dapur

Gadis itu pun pergi ke dapur untuk membasahkan urat-urat tenggorakannya yg kering.

Saat Ais menuruni tangga
Mata nya tertuju pada seorang wanita yg tengah pingsan di ruang tengah dengan posisi tergeletak bersimbah darah di pergelangan tangannya.

Ais yang menyadari hal itu langsung berteriak.

" Ibu......" Dengan cepat Ais menghampiri ibunya.

Tak ada jawaban dari ibu nya
Di tepuk-tepuk nya pelan pipi ibu nya itu

"Bu... Bangun Bu" Ais yang panik dengan keadaan ibunya hanya bisa menangis sambil menggoyang-goyangkan tubuh ibunya yang terkulai lemas itu

Masih tak ada tanda-tanda ibunya bangun
Ais kembali ke kamarnya mengambil kunci mobil nya dan membawa ibu nya ke rumah sakit.

***

Tuhan tolong jangan ambil nyawa nya sekarang.
Jika engkau menginginkan sebuah nyawa, ambil saja nyawaku

Ku mohon, berikan ia kesempatan untuk bisa tersenyum bahagia.
Kalau bisa nyawaku di pertaruhkan demi nya
Aku rela dan ikhlas

Aku yang tengah panik di UGD duduk menunggu kabar dari dokter
Sambil ku berdoa sesekali
Air mata ini mengalir deras seakan-akan tak mau berhenti.

Ku menyeka kasar air mataku berharap bisa tegar menghadapi pernyataan dokter tapi malah semakin berembes butiran-butiran hangat ini.

Ku masih setia menunggu kabar nya yang kian membuat ku cemas
Berharap ia akan baik-baik saja.

Tak lama kemudian dokter datang dengan raut wajah yg tak bisa ku mengerti.

"Dok gimana keadaan ibu saya?" Tanya ku cemas

Dokter itu hanya menundukkan kepala.

"Dokter jawab pertanyaan saya" ucapku dengan nada yang meninggi.
Memecahkan keheningan diantara kami
Menggema di ruangan ini
Aku yang tengah cemas dan panik menunggu pernyataan nya membuatku sedikit jengah

"Tolong jawab pertanyaan saya dok" ucap ku serak dengan pilu

"Maafkan saya, saya sudah berusaha semaksimal mungkin
Anda terlambat membawanya,
Ibu anda telah meninggal,
Urat nadi ibu anda putus dan itu membuat pasokan darah nya tak mengalir ke otak nya" jelas dokter itu

Bagai tersambar petir disiang bolong
Ribuan jarum menusuk hati ku
Dada ku sesak
Sakit tapi kasat
Perih tak tertahankan buliran itu semakin berembes deras
Tubuhku kaku mematung menatap pintu UGD  mendengar pernyataan itu

Dokter telah pergi meninggalkan ku seorang diri

Aku tak sanggup melihat nya terkujur kaku

Ada rasa penyesalan di diriku
Lalu segera ku menuju ke ruang UGD membuka pintu nya

Ku temukan wajah itu ditutupi kain
Lalu ku bukakan kain itu terlihat wajahnya yang begitu pucat dan kaku dengan damai
Tenang sekali

"Mengapa Bu?
Mengapa ibu meninggalkan Ais seorang diri
Ais takut sendiri Bu, tak ada lagi yg bisa menjadi mentari untuk Ais Bu, semua gelap tak ada pelita disini
Ais takut gelap bu"
Tangis ku pecah di hadapannya
Memegang tangannya yang dingin

Rasanya ini mimpi buruk yang ia alami
Tapi terasa nyata untuk dijadikan sebuah mimpi
Jika waktu bisa ia putar
Ia ingin tahu kejadian apa yang terjadi sama malaikat tak bersayap nya itu
Rasanya sangat tak ikhlas menatap kepergiannya
Sungguh,
...



Huaaaaaaaaaaaaaaaaa
Jan lupa vote 🙈
Comment dung klo suka💙
And share Yee💌

Byee👋😊

-Ay

Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang