10. LAHIRNYA GANTAS

119 11 3
                                    

Happy Reading!! Sebelum baca jangan lupa divote ya. Hehe😂 Follow yuk bagi yang belum! 😁💛

Ridal memasuki gudang yang sudah menjadi basecamp teman-temannya. Yang dijadikan sebagai tempat tongkrongan atau sekedar membahas hal penting dengan teman-temanya. Dengan pencahayaan yang minim dan sedikit berantakan membuat tempat itu jarang dikunjungi orang-orang. Apalagi jalan menuju gudang tersebut cukup sepi.

Ridal menaruh ranselnya, membuka seragam beserta kaos hitam polos yang menempel ditubuhnya. Sehingga memperlihatkan dada bidang beserta bagian tubuhnya yang atletis.

Ridal memasang sarung tinju dikedua tangannya, dan menghampiri samsak yang tergantung disana. Ia menghela nafas lalu meninjunya dengan tenaga yang ekstra. Begitu terlihat semangat dan serius.

Setelah beberapa menit, keringat didahinya mulai bercucuran, namun hal tersebut membuat ketampanannya kian bertambah.

Pintu gudang itu tiba-tiba terbuka. Ridal melihat segerombol temannya datang, tetapi sama sekali tidak ia gubris.

Ghavin, Aksen, Fatah, Fajrin, dan Rion mulai memasuki gudang. Nampak Rion yang berjalan paling belakang terlihat takjub dengan tempat ini. Karna ia baru pertama kali datang kemari. Walaupun keadaan tempatnya berantakan namun Rion menyukainya.

"Gila!! Ni tempat keren amat. I was amazed" ucap Rion yang memandangi berbagai macam coretan ditembok.

"Jelas, basecamp kitaa!" sahut Aksen bangga.

Ghavin melihat Ridal yang sedang meninju samsak. Sudah ia duga, pasti Ridal tidak pulang tapi mengunjungi tempat ini. "Udah gue duga, lo pasti kesini Dal".

Ridal tidak menanggapi, ia justru malah meninju samsaknya dengan dua kali lebih keras. Ghavin pun membiarkan Ridal fokus dengan kegiatannya itu. Mungkin Ridal masih larut dalam emosinya, pikirnya.

Rion mendaratkan pantatnya disofa. "Akhirnya bisa madol juga. Jadi sabeb dah dari pelajaran".

"Tuhan bersama jiwa-jiwa yang santuy. Lagian blenger gue ama pelajaran. Apalagi sekarang pelajaran mtk, makin bengkak aja ni otak" ucap Fajrin.

"Masih mending otak lo cuma bengkak. Otak gue, bisa-bisa nyatu ama darah" bantah Aksen.

"Asem amat si ni mulut. Nyebat apa nyebat!!" ajak Ghavin.

"Siap mamang" sahut Rion yang mengeluarkan satu bungkus rokok beserta korek dari dalam saku celana abu-abunya.

Mereka pun memulai rutinitasnya itu. Dari mulai membakar, menghisap, hingga menghembuskan asap rokok dari paru-parunya.

"Emosi amat Dal romannya? Kasian tuh samsak nya. Kalo dia hidup pasti udah tumbang kali" ujar Ghavin yang sesekali mengeluarkan asap rokok dari lobang hidung dan mulutnya.

"Peran samsak emang gitu anakku. Jadi makin cinta deh aku" balas Aksen yang menunjukkan gelagat seperti banci.

"Gue geli".

"Udah Dal istirahat dulu. Gue tau lo lagi kesel, tapi jangan nurutin ego mulu kali. Kasian lo nya, pasti cape kan?!" ucap Ghavin.

Ridal memberhentikan aktivitasnya. Napasnya terengah-engah. Ia mengambil handuk dari dalam ransel hitamnya. Dan mengelap keringat diwajah serta badannya. Lalu ia menenggak sebotol air mineral. Jakunnya yang bergerak naik turun itu terlihat begitu mempesona, mungkin para kaum hawa akan langsung jatuh kedalam lubang hatinya yang amat dalam begitu melihatnya.

"Nyebat Dal?!" Ujar Fatah menawarkan Ridal. Dan dibalas dengan anggukan kepala.

"Baru juga ngeluarin keringet bang, udah ditawarin ngundang penyakit aja" tegur Fajrin pada Fatah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE POSSESSIVE ICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang