6.GUGUP

90 11 0
                                    

Ridal menginjakkan kaki di rumahnya. Berjalan kedalam rumahnya. Saat sampai diruang tamu, Ridal mendengar keributan yang berasal dari kamar orangtua nya. Ia segera berjalan menuju ke sumber suara, dan melihat kedua orangtua nya sedang bertengkar.

"KAMU GAK USAH IKUT CAMPUR!! INI URUSAN SAYA. MENDING KAMU FOKUS SAJA NGURUS ANAK-ANAK!!," bentak Tino--ayah Ridal pada Nitta dengan suara yang cukup keras.

Nitta  duduk ditepi kasur, menundukkan kepalanya sambil menangis sesenggukan, air matanya mengalir deras. Ridal pun hanya diam, tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya menyaksikan pertengkaran tersebut.

"SAYA HANYA MENGHILANGKAN RASA PENAT SAYA. KARNA PEREMPUAN-PEREMPUAN ITU SELALU BUAT SAYA  HAPPY. JADI KAMU JANGAN PERNAH LAGI IKUT CAMPUR SOAL ITU!!," lagi-lagi Tino membentak Nitta sambil menunjuknya.

Nitta mendongak, menatap Tino lirih dengan mata nya yang sembab. "KAMU GAK TAU APA YANG SAYA RASAIN MAS! SAKIT! SAKIT HATI SAYA SAAT TAU KAMU MAIN PEREMPUAN! GIMANA NASIB ANAK-ANAK KETIKA TAU PAPANYA SEORANG LELAKI BERENGSEK?!," .

Tino melayangkan tangannya ke udara, berniat menampar Nitta. Namun niatnya terhenti ketika Ridal menghampirinya. "CUKUP PA!!," cegah Ridal sambil memasang raut wajah kesal. Ia memang diam tadi, namun ia tidak akan tinggal diam bila bundanya ingin disakiti oleh Papanya.

"JANGAN PERNAH SEKALI-KALI NYAKITIN BUNDA!!," ujar Ridal yang suaranya meninggi.

"Diam kamu!! Kamu gak tau apa-apa tentang masalah Papa," balas Papanya tegas.

Ridal melengos, menatap Papanya sinis. "Ridal udah gede Pa. Ridal tau masalah ini. Apa untungnya Papa nyewa perempuan-perempuan murah itu? Harusnya Papa mikir!!," ucap Ridal sarkastik.

Tino ingin menampar Ridal, namun tangannya menggantung diudara. Karena ia tidak ingin anaknya tersakiti karena tangan kotornya.

"APA? PAPA MAU NAMPAR RIDAL? TAMPAR PA TAMPAR!! TAMPAR SAMPAI PAPA PUAS. KENAPA BERENTI? TAKUT DIBILANG BANCI SAMA ANAKNYA?," ucap  Ridal yang emosinya masih meluap.

Tino menurunkan tangannya. Mengusap wajahnya kasar. Menatap Ridal tajam lalu pergi dari sana.

Ridal mengepalkan tangannya, berusaha menstabilkan amarahnya. Sedangkan Nitta--bunda Ridal, ia masih terisak dan menagis. Menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan.

Ridal membalikkan badannya menghadap Nitta. Duduk di sebelahnya dan memeluk Nitta untuk menenangkannya.

                             🌨🌨

Setelah menenangkan bundanya, Ridal pun menuju kamarnya. Ia melihat pintu kamar Keyra terbuka. Ridal melongo, ia mendapati adiknya sedang duduk diatas tempat tidur, menekuk kakinya dan memeluk kedua pahanya serta menyembunyikan wajahnya dalam ringkuhan.

Ridal menghampiri Keyra, duduk disampingnya dengan perlahan. Terlihat pundak kecil milik Keyra berguncang. Ridal tahu adiknya sedang menangis, dan ia tahu apa penyebabnya.

Keyra menangis karena pertengkaran kedua orangtua nya. Ia takut ketika mendengar bentakan Papanya pada bundanya.

Ridal memegang pundak Keyra. "Keyra," Ridal memanggil adiknya lembut.

Keyra mendongak. Wajahnya memerah, matanya sembab.

"Kenapa?," tanya Ridal pura-pura tidak tahu.

Keyra hanya menggeleng.

Ridal mengelap air mata Keyra dengan jemarinya. Mengelus puncak kepala Keyra. "Keyra gak boleh bohong. Cerita aja sama abang, kenapa nangis?," ucap Ridal lemah lembut.

Keyra menormalkan nafasnya. "Bunda sama Papa," balas Keyra.

Ridal tersenyum samar. "Keyra jangan takut. Kan ada abang," sahut Ridal yang benar-benar manis.

THE POSSESSIVE ICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang