Part 10 : Run Away

318 37 0
                                    

Do Kyungsoo
Ada waktu ?

Ting ... suara pesan menggema membuat sang pemilik ponsel, mau tak mau mengalihkan pandangannya kearah benda pipi disampingnya. Matanya bergerak malas membaca siapa yang mengirimi pesan

Do kyungsoo, nama itu tercetak begitu jelas disana. Mau apa pria itu mengiriminya pesan, ingin mengganggu hari cerahnya mengerjakan tugas he.

Nayeon mematikan ponsel, mencoba tak perduli dengan isi dari pesan yang pria itu kirim padanya. Ia memasukan ponselnya kedalam tas, namun ponselnya malah kembali bersuara dengan cukup keras dan itu menganggunya.

Pria itu menelphonenya. Ia bersumpah kalau itu tak penting akan ia banting ponselnya.

" terlalu sibuk heh ?" Ucap pria disebrang sana dengan tanpa rasa bersalah. Sementara nayeon memutar mata dengan malas.

" ada apa ? Aku akan mematikan ponsel ini kalau yang kau katakan tidak penting" ancamnya tak perduli.

" aku maksudnya, keluargaku mengajakmu makan malam dirumah"

Nayeon berjalan agak menjauh dari rombongannya dan bersandar di tepi pilar. Ia tengah berada dirumah sakit sekarang dan pria di telpon ini sungguh menganggunya.

" aku tidak bisa"

" aku tidak menanyakan kau bisa atau tidak. Tapi memang harus, aku menjemputmu di rumah sakit nanti"

" hey kau tak bis--" ucapannya terhenti kala mendengar sambungannya terputus begitu saja." Yak ... seenaknya memutuskan begitu saja" keluhnya dengan ponselnya.

Wajahnya lagi-lagi memerah karena kesal. Nayeon mematikan ponselnya dan kembali masuk kedalam beberapa ruangan yang sudah terjadwalkan untuk mereka para mahasiswa.

Para mahasiswa masuk keruangan ganti untuk memakai pakaian khusus untuk mengotopsi, juga beberapa masker yang sudah disediakan disana.

Nayeon mual kala pertama kali melakukan hal itu. Namun untuk kesekian kalinya ia sudah terbiasa melakukannya. Kadang ia yang bertugas menjadi pencatat, kadang juga ia yang bertugas mengurus mayat tersebut.

Namun kini ia kembali menjadi pencatat salah satu mayat yang ada didepannya sekarang Kasusnya adalah bunuh diri.

Ya memang sudah begitu familiar untuk mendengar kata bunuh diri disana. Dipicu stress yang berlebih juga depresi berat. Namun semuanya bisa dicegah dengan berkonsultasi dengan ahli atau bisa berkomunikasi baik dengan keluarga dan teman yang baik.

Namun bagi nayeon kematian adalah pintu yang tak terkunci baginya. Mungkin saja ia bermain-main didepan pintu itu dan tak sengaja masuk kedalam pintu tersebut tanpa bisa ia cegah.

Sesekali nayeon menggeleng mencoba kembali memfokuskan pada materi yang tengah ada didepannya. Ia dengan serius mencatat setiap rincian yang rekannya katakan. Mereka tak boleh asal prediksi karena semua alasan kematian mayat tersebut tergantung pada otopsi kali ini.

Tak terasa hari terlihat menggelap. Bulan telah menggantikan matahari untuk bersinar. Nayeon mencuci tangannya dan bersiap-siap untuk pulang. Ia melupakan sesuatu.

Tepat didepan gerbang pintu keluarnya mobil dengan plat no yang samar-samar ia ingat berhenti didepannya. Tak lama kaca hitam itu terbuka dan menampakan pria yang ingin ia hindari saat ini.

Dengan tanpa permisi nayeon berjalan melewati mobil itu begitu saja. Ia sampai di halte bus dengan berlari, nafasnya terengah-engah. Sampai disana halte bus sepi.

Rupanya mobil terakhir telah mengangkut penumpang dan ia tertinggal. Tentu saja itu karena ia sejenak terpaku dengan mobil yang terparkir didepannya tadi.

" ingin melarikan diri ?" Nayeon terkejut saat seseorang menarik tangannya dan dengan cepat memasukannya kedalam mobil dengan kasar.

" hey !! Yak. Tak bisakah lembut sedikit ha" teriaknya dan berusaha membuka pintu mobil tersebut. Namun sayangnya pintu sudah terkunci otomatis.

" buka pintunya ... aku ingin turun" pintanya dengan nafas yang masih belum teratur. Sementara kyungsoo sudah menyalakan mobilnya dan menulikan telinganya, tak perduli dengan apa yang wanita disampingnya itu katakan.

Nayeon masih saja berusaha membuka pintu mobil itu, dengan mendorongnya dengan kasar dan memukul keras kaca mobil tersebut dengan sengaja. " turunkan aku disini do kyungsoo" teriaknya membuat pria itu muak juga.

Kyungsoo menepikan mobilnya namun tetap mengunci pintu mobilnya. Nayeon menatap tajam pria itu begitupun sebaliknya.

" turunkan aku"

" kau mau membuat mobilku rusak ha ?" Balasnya dengan tajam. Nayeon memutar mata tak perduli.

" aku hanya mengajakmu makan malam dirumah. Bukan menculikmu, jangan bertingkah seolah kau sedang diculik bodoh" kyungsoo menatap dingin nayeon dan melihat bahkan wanita itu belum memakai sabuk pengaman.

Dengan perlahan ia mendekat. Nayeon membeku disana, terlalu tiba-tiba. Sampai terlalu dekat dan nayeon memejamkat matanya. Namun tak ada pergerakan apapun sampai suara belt yang terulur menyadarkannya.

Melihat bahwa pria itu tersenyum miring membuatnya terlihat benar-benar bodoh sekarang. Ia hanya diam dan membuang muka, tak perduli lagi dengan bagaimana ia harus melarikan diri. Tapi bagaimana ia mengangkat kembali derajatnya dihadapan pria menyebalkan disampingnya.

.
.
.

Seomin memeluk nayeon sebagai tanpa perpisahan. Setelah makan yang dilakukannya terpaksa akhirnya ia sudah selesai dengan itu. Hanya perbincangan biasa dan sesekali menyinggung masalah hubungan mereka, namun nayeon acuh-tak acuh akan hal itu.

" sering-seringlah berkunjung" pinta seomin dengan halus sambil mengelus puncak kepala wanita itu.

Hati nayeon sedikit bergetar. Wanita paruh baya didepannya terlalu berlaku selayaknya ibu sunggungah. Maksudnya bukan seperti ibunya, yang seorang sosialita dan lebih mementingkan dirinya sendiri.

Matanya pun teduh menenangkan saat bertatapan dengannya, nayeon tersenyum. " akan ku usahakan bibi"

Seomin menggeleng kuat. " mulai sekarang panggil aku eomma ... arra ?" Nayeon menoleh kearah kyungsoo yang tengah tersenyum tipis kearahnya. Ya begitu tipis sampai harus ia teliti lagi kalau pria itu benar-benar tengah terseyum.

" baiklah bi-- ups eomma" balasnya dengan tawa kecil dengan deretan gigi kelinci miliknya.

" kalau begitu aku antar nayeon pulang dulu" pamitnya lantas membawa nayeon masuk kembali kedalam mobilnya.

Senyum nayeon tak pudar sejak mereka pamit kepada kedua orang tuanya. Kyungsoo memperhatikan itu sejak tadi, ia seperti tersihir senyum lembut yang begitu jarang ia lihat, kali ini terlihat begitu tulus.

" terima kasih ..." ucapnya tiba-tiba. Nayeon pun menoleh dan menatap kyungsoo bertanya.

" karena sudah bersikap baik didepan orang tuaku. Walau aku memaksamu untuk pergi" ujarnya kembali tanpa melihat lawan bicaranya. Namun sesekali meliriknya dari kaca mobil.

" tak masalah, eommamu baik aku menyukainya" kyungsoo menoleh dan mendapati nayeon yang tengah tersenyum kearahnya.

Seketika rasa canggung menyelimuti mereka berdua. Kyungsoo mendehem untuk menghilangkan rasa canggungnya. Ia seperti orang bodoh yang tak tahu harus bagaimana sekarang.

Mereka memilih diam dan tenggelam dalam fikirannya masing-masing.

Kyungsoo memang melihat itu, saat makan malam nayeon berbincang dengan begitu santai dengan ibunya. Ia tak tahu itu hanyalah bualan untuk menyenangi hati ibunya atau memang nayeon menyukai ibunya seperti apa yang ia bilang.

Entah lah namun ia senang melihat itu. Setidaknya ia bisa katakan temannya aman sekarang.

" sudah sampai ..." ucapnya saat berhenti tepat digerbang besar rumah kediaman keluarga Im.

Nayeon membuka pintu mobil tersebut lalu keluar namun belum saja ia menutup kembali kyungsoo memanggilnya untuk berhenti. " wae ?"

" sekali lagi terima kasih" ujarnya dan balas dengan anggukan dari nayeon lalu menutup pintu mobil tersebut dan masuk kedalam rumahnya.

....ToBeCountine....

I Am Sasaeng Fan [ Do Kyung-soo X Im Nayeon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang