Suara guntur yang terdengar begitu memekakkan telinga itu tak seberapa di pedulikan oleh seorang pemuda manis yang sudah termakan amarahnya sendiri.
"Masih ingin balas dendam?" pertanyaan yang terdengar begitu memuakkan itu sama sekali tak di tanggapi olehnya.
"Haechan kau itu hanyalah orang miskin yang tak memiliki apapun, memangnya orang seperti dirimu itu dapat melakukan apa?" pertanyaan yang terdengar sangat menyebalkan itu kembali mengudara, bersahutan-sahutan bersama dengan suara guntur yang kian terdengar keras apalagi kilat pun kini ambil bagian.
"Lalu aku harus diam saja setelah apa yang mereka lakukan padaku?!!" Sahutnya dengan nada marah, bahkan kini kedua lengannya sudah terkepal dengan erat.
"Pertama! Mereka membuat hidupku hancur dan sekarang mereka bahkan seolah tak peduli dengan kehadiran ku!, kau pikir aku ini jalang yang akan langsung pergi begitu sudah di bayar?!!" ucap pemuda manis itu dengan amarah yang sudah sangat meluap.
"Bagaimanapun caranya aku berjanji akan menghancurkan mereka semua dengan tangan ku sendiri!" lanjutnya dengan mata yang sudah berkilat, seolah siap menghancurkan siapapun yang mencoba menghalanginya.
"Haechan-ah" pemuda yang berada dihadapannya itu menatap iba pada ia yang sudah termakan oleh api balas dendam.
"Ikutlah dengan ku! Jika kau memang ingin balas dendam itu akan terjadi jika kau tetap hidup" ucap pemuda tampan itu pada akhirnya seraya menarik lengan sahabat manisnya itu untuk segera memasuki mobilnya.
"Sanha! Kau bodoh! Jangan terlalu mendekati ku sialan, jika kau tak ingin turut campur dalam masalahku lebih baik anggap saja kita tak saling mengenal" ucapan si manis hanya di tanggapi kekehan oleh pemuda tampan yang merangkap menjadi sahabatnya itu.
"Tak masalah" jawabnya enteng tanpa beban.
Plak
Satu tamparan mendarat di kepala pemuda tampan bersurai abu-abu itu.
"Bodoh!!" ucap Haechan kesal.
"Yak!! Jangan memukul kepala ku begitu, kau ingin kita mati karena aku yang tiba-tiba membanting stir karena kaget?!!" ucap Sanha tak kalah kesal-nya.
Haechan hanya diam tak membalas ucapan sahabatnya itu, sekarang ini otak mini-nya tengah berusaha keras memikirkan ide untuk rencana awalnya.
"Apa rencana awal mu?" tanya Sanha memecahkan keheningan.
"Tak tahu" jawab si manis kala tak ada satupun ide yang melintas di pikirannya.
"Maaf aku yang salah, seharusnya aku tak terlalu berharap pada otak bodoh mu itu" sahut Sanha jengkel, ia tak habis pikir bisa-bisanya pemuda manis yang berada di sampingnya ini. Ingin membalas dendam tapi ia tak memiliki rencana apapun.
"Makannya bantu aku berpikir, sialan!!" ucap Haechan kesal seraya mengacak surai-nya sendiri, membuat surai hitam itu berantakan karenanya.
"Pantas saja mereka mudah sekali menjebak mu, ternyata kau hanya pandai memaki" ejek Sanha yang langsung mendapatkan tatapan tajam
dari si manis."Aku pintar sialan!! Jangan mencemooh ku begitu" ucap Haechan jengkel, pada akhirnya pemuda manis itu memilih menyerah ternyata membuat sebuah rencana tak sesederhana itu.
"Yang pertama harus yang paling sederhana" kata Sanha memberi saran.
"Sederhana ya?" gumam Haechan pelan.
"Bagaimana dengan mencuri celana dalam mereka?!!" ucap Haechan riang, ia merasa sudah mendapatkan rencana yang begitu luar biasa.
"Itu terlalu sederhana bodoh!!" sahut Sanha kesal, bisa-bisanya sahabat manisnya itu memikirkan ide konyol seperti itu untuk memulai balas dendam.
"Tidak ya? Baiklah!! Ini saja, bagaimana kalau kita menyembunyikan salah satu sepatu milik mereka?" cukup!! Sanha rasa ia ingin mengubur dirinya dalam-dalam sekarang ini juga.
"Dengan membuat salah satu di antara mereka buta, ku rasa itu cukup untuk awal balas dendam mu" ujar Sanha memberikan pendapatnya.
"Ide bagus!!" teriak si manis senang seraya bertepuk tangan.
'Tadi saja lagak-nya yang seperti seorang psycopath, tapi lihatlah sekarang dia malah tak memiliki ide bagus untuk membalas para keparat itu' batin Sanha frustasi.
Keduanya memilih diam setelahnya, Sanha yang tengah fokus pada jalanan supaya tak terjadi hal yang tak diinginkan.
Sedangkan si manis yang tengah terhanyut pada pikirannya sendiri.
'Ternyata jatuh cinta itu merepotkan ya' batin Haechan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kini pemuda manis itu tengah berdiri di depan sebuah gedung apartemen yang menjulang tinggi di hadapannya.
"Ayo masuk" ajak Sanha yang menyadarkan si manis dari lamunan-nya.
"Bantu aku" ucap Haechan tiba-tiba.
"Aku tak peduli bagaimanapun caranya, aku harus memasuki rumah itu kembali dan menghancurkan mereka semua dari dalam" lanjut Haechan dengan datar, membuat Sanha sedikit merinding kala melihat wajah pemuda manis itu.
"Mereka semua sudah melihat wajah mu, kau hanya akan setor nyawa jika nekat kembali memasuki rumah itu" ucap Sanha mencoba membuat pemuda manis itu untuk tak bertindak gegabah.
"Tunggu!! Kau tak berniat untuk melakukan operasi plastik kan?!!" tanya Sanha was-was, gila saja jika pemuda manis itu sampai melakukan operasi plastik hanya untuk membalas dendam.
"Kita lihat saja nanti" ucap Haechan seraya tersenyum manis, yang mana itu malah membuat Sanha semakin berpikir yang tidak-tidak.
Sanha hanya menghela nafas lelah, ia tak ingin bertanya lebih jauh lagi untuk sekarang ini ia akan membiarkan si manis bertindak sesuka-nya, ketika pemuda manis itu sudah melewati batas wajar-nya seperti melakukan operasi plastik yang di takuti-nya tadi. Baru ia akan mengambil tindakan.
"Huh! Sudahlah lebih baik untuk sekarang ini kau berganti pakaian terlebih dahulu, pilih saja apa yang ingin kau pakai di lemari. Mungkin akan sedikit kebesaran ketika kau pakai nanti" ucap Sanha kala keduanya sudah memasuki kamarnya, yang hanya di balas anggukan oleh si manis.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Bersenang-senang tanpa ku, huh?!!" si manis menggeram kesal kala melihat laman berita di salah satu situs webnya, yang tengah memperlihatkan beberapa foto bajingan yang sudah menipunya itu tengah melakukan liburan di luar negeri.
"Akan ku ubah senyuman menyebalkan kalian itu menjadi tangisan" ujarnya berbahaya, persetan dengan rasa cinta yang masih hinggap di hatinya untuk para bajingan itu.
Mereka sudah berani mengusik-nya, maka jangan salahkan ia yang kali ini pasti akan membalas rasa sakit yang sudah mereka berikan pada hatinya. Dan kehancuran keluarga mereka lah yang pantas untuk itu menebus dosa itu.
"LEE HAECHAN! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN SIALAN?!, JIKA INGIN MENJEMUR PAKAIAN DALAM ITU DI BALKON!. JANGAN DI DALAM KULKAS DASAR DUNGU!." teriak Sanha yang menggelegar di seluruh penjuru apartemen itu.
"Dasar bawel!!" ucap Haechan kesal seraya berjalan ke arah dapur, menemui pemuda tampan yang kini tengah menggerang kesal karena tingkahnya.
"Kau tak lihat di luar tengah hujan deras?, mana bisa kering jika di jemur di balkon" ucap Haechan tanpa beban.
"Lalu apa gunanya pengering di mesin cuci?!!" Sanha benar-benar bisa gila, sepertinya ia harus mengatur jadwal dengan dokter rumah sakit jiwa nanti untuk mengecek kondisi kejiwaan nya.
TBC
Ini kali pertama aku nulis Haechan harem jadi mungkin ceritanya gak bakal sesuai ekspektasi.
Ini sebenarnya lapak cerita horor dulu yang pernah aku buat tapi karena males lanjutin jadi aku ganti aja.
Buat cerita yang pernah aku publis di book ini nanti bakal aku pindahin ke book lain ya.