5

830 157 5
                                    

Si manis menengguk ludahnya kasar kala melihat keenam mantan kekasihnya itu kini tengah menatapnya dengan tajam.

"Baru pulang?" suara Renjun yang terdengar amat tenang itu, mampu membuat lututnya terasa lemas seketika.

"Kau melewatkan rapat dengan para investor, kau tahu berapa kerugian yang akan kita dapatkan setelah ini?" si manis hanya diam, enggan menatap Renjun yang kini tengah berjalan menghampiri nya.

"Kau menjadi teledor Hyuck, tak seperti biasanya kau akan begitu gila kerja sampai melewatkan jam makan siang. Bahkan kau pun tak pernah ingat untuk pulang" ucap Renjun yang kini sudah berdiri di hadapan si manis.

"Kau tahu! Harus ada hukuman untuk sikap teledor mu kali ini" pemuda rubah itu kembali berucap seraya mencengkeram bahu si manis dengan kasar.

"Ahk! Sakit.." Haechan meringis pelan kala merasakan bahunya yang terasa sangat nyeri.

"Selama satu minggu ini kau harus berada di rumah tanpa pergi kemanapun, aku tak ingin melihat mu berada di luar rumah mulai besok jangan coba-coba untuk melawan. Jika kau tak ingin konsekuensi yang lebih dari ini" ucap Renjun seraya berlalu pergi meninggalkan si manis yang tengah mengaduh kesakitan, karena cengkeraman pemuda rubah itu memang tak main-main walaupun tubuhnya lebih pendek dari si manis tapi jangan pernah meragukan kekuatannya.

"Kau menjadi lemah-eh?" ejek Jaemin yang kini sudah berdiri di hadapan Haechan.

"Sudah menjadi anak penurut? Ku akui kalau kesalahan mu kali ini memang tak bisa di maafkan dengan mudah, tapi tak biasanya kau hanya akan diam mendengarkan ucapan Renjun seperti tadi. Kau bagaikan anjing yang jinak di hadapan majikannya barusan, atau kau memang sudah kehilangan taring mu?" Jaemin kembali berucap seraya menatap si manis dengan remeh.

"Ku rasa dia memang sudah melemah" timpal Jeno yang mampu membuat amarah si manis yang sendari tadi di tahanya langsung meluap.

"Diamlah!!" ucap Haechan seraya menatap kelima pemuda itu dengan tajam, kemudian setelahnya ia berjalan dengan tergesa ke arah kamar Donghyuck yang berada di lantai dua.

"Daripada terlihat seperti harimau, dia malah terlihat seperti anak beruang" ucap Mark yang sendari tadi hanya diam, sibuk dengan laptop yang berada di atas pangkuannya.

Ucapan pemuda camar itu barusan sukses membuat keempat saudaranya sibuk dengan pemikirannya masing-masing, memikirkan hal yang sebelumnya tak pernah terlintas di pikiran mereka.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Si manis menatap tak suka ke arah seorang wanita yang masuk tanpa permisi kedalam rumahnya, ah ralat maksudnya rumah para mantan bajingan-nya. Rasanya ia ingin sekali menjambak rambut jalang itu lalu menyeretnya keluar rumah.

"Dimana Jisung? Aku ingin bertemu dengan kekasihku itu" ucap jalang sialan itu seraya menatapnya dengan datar, jika boleh mungkin Haechan sudah menyiram wajah menyebalkan itu dengan jus yang tengah di minumnya.

"Cari saja sendiri!! Kau kan punya kaki untuk berjalan" Jawab Haechan sarkas yang sukses membuat jalang itu mendesis marah.

"Akan ku suruh Jisung untuk mengusir mu dari rumah ini!!, aku muak melihat wajahmu itu yang terlihat mirip dengan jalang sialan yang sudah membuat ku jengkel" ucap jalang itu seraya menaikkan dagu-nya dengan angkuh.

Sedangkan si manis langsung terdiam begitu mendengar ucapan wanita sialan itu barusan.

'Apa jalang sialan yang dia maksud itu aku?' batin Haechan bingung, kalau memang benar lalu kenapa jalang sialan itu sampai membencinya seperti ini.

Karena ia sendiri pun tak merasa mengenal wanita di hadapannya ini, mungkin? Jika memang mereka pernah bertemu seharusnya ia dapat mengingatnya walaupun samar.

"Sooyun! Mau sampai kapan kau membenci Donghyuck hyung hanya karena wajahnya yang mirip dengan Haechan?" tanya Jisung yang baru saja keluar dari kamarnya, tapi sudah disuguh-kan pertengkaran hebat antara sang kekasih dan sang kakak.

"Lihatlah wajahnya!! Terlihat begitu menjijikkan, aku bahkan bisa melihat bayang-bayang jalang sialan itu ketika melihat wajah hyung mu" Jawab jalang sialan itu seraya menatap si manis dengan sinis.

"Sudah cukup!! Aku berdiam diri selama ini hanya ingin menghormati mu sebagai kakak dari kekasihku, dan juga menepati janjiku kepada bibi Hana untuk terus melindungi kalian tapi sekarang aku sudah tak peduli lagi dengan itu. Dengan kau yang berani menghina adikku di rumahnya sendiri itu sudah cukup menjadi alasan untuk kami terbebas dari hubungan konyol ini" teriak Renjun marah seraya menatap jalang sialan itu dengan tajam.

Jalang itu terdiam kala mendengar ucapan Renjun barusan ini adalah kali pertama ada seseorang yang berani membentaknya, bahkan kedua orang tuanya sekalipun tak pernah meninggikan suara ketika berbicara dengannya. Seketika mata jalang sialan itu berkaca-kaca seraya melirik ke arah sang kekasih? Yang sendari tadi masih berdiri di depan kamarnya.

"Maaf aku tak bermaksud begitu" ucap jalang sialan itu seraya menundukkan kepalanya, sesekali isakan-nya akan terdengar. Berharap dengan itu bisa membuat Renjun ataupun Jisung akan merasa iba kepadanya.

Tapi bukannya merasa iba kedua kakak beradik itu malah pergi dari sana tanpa sepatah katapun, Jisung yang kembali masuk ke dalam kamarnya dan Renjun yang mengajak si manis untuk naik ke lantai atas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah kejadian di ruang tamu tadi kini Haechan tengah termenung di dalam kamar milik Donghyuck, memikirkan ucapan jalang sialan tadi yang masih tergiang-ngiang di pikirannya.

"Jadi begitu ya?" ucap si manis seraya merebahkan tubuh berisi-nya di atas ranjang.

"Tapi itu semua belum lengkap, aku belum menemukan titik terang mengapa wanita jalang itu sampai membenci ku" ujar si manis seraya beranjak dari atas ranjang, kemudian ia berjalan ke arah walk in closet milik Donghyuck yang lumayan besar.

Sekitar setengah jam si manis berada di dalam sana hanya untuk memilih pakaian yang cocok untuk rencananya kali ini, walaupun pakaian itu sedikit kebesaran di tubuhnya tapi tak sampai menelan semua jemari lentik si manis.

Haechan meraih ponsel milik Donghyuck yang berada di atas nakas, jemari lentik-nya menari di atas
benda pipih itu mencari kontak jalang milik Donghyuck. Ia harus memastikan siapa saja yang menjadi musuhnya. Jemari lentik itu berhenti ketika menemukan kontak yang bernama Hyejin dengan emoji love.

"Pasti dia" ucap si manis tanpa pikir panjang langsung medial nomor itu.

Si manis berdecak sebal kala jalang sialan itu tak langsung menerima telponnya, butuh waktu beberapa detik sempai suara seorang wanita terdengar.

'Ada apa?' tanya jalang Donghyuck itu tanpa mau berbasa-basi terlebih dahulu.

"Bisa kita bertemu? Aku merindukanmu, ayo kita berkencan sayang" jawab Haechan yang merasa jijik dengan ucapannya sendiri.

'Tentu, jemput aku di tempat biasa' ucap jalang sialan itu seraya langsung menutup sambungan teleponnya.

"Sialan!! Apa Donghyuck sudah tak waras sehingga menjadikan wanita jalang yang tak punya sopan santun itu sebagai kekasih?" teriak si manis kesal, jika jalang itu jelas terlibat dalam masalah ini. Ia pastikan jalang sialan itu tak akan pernah bisa kembali ke rumahnya lagi.

"Tunggu!! Aku harus menjemput wanita sialan ini di mana?" ucap Haechan bingung, ah jika sudah begini hanya ada satu orang yang bisa ia mintai tolong. Orang yang paling bisa ia andalkan.

TBC

Buat nama cewek-ceweknya itu aku ngarang ya, jadi maaf kalau namanya aneh.

BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang