Haechan terdiam menatap pantulan dirinya yang kini terlihat menyedihkan di cermin, sesekali ia akan mengusap air matanya yang keluar tanpa permisi dengan kasar.
"Jisung sialan!!" si manis terisak seraya memeganggi dada nya yang terasa nyeri.
Bayangan Jisung yang memaki dirinya hanya karena membela seorang jalang rendahkan, kembali membuat emosinya meluap.
"Akan ku hancurkan kau sialan!!" bisik Haechan penuh kebencian.
Dengan perasaan yang campur aduk pemuda manis itu menidurkan tubuhnya di atas ranjang milik Donghyuck, berusaha melupakan kejadian barusan yang mampu membuat hatinya sakit.
"Ini baru jalang Jisung yang muncul, lalu bagaimana jika jalang para bajingan itu muncul secara bersamaan?" gumam si manis seraya menatap langit-langit kamar milik Donghyuck.
"Satu-persatu mereka harus segera aku Singkirkan" ucap Haechan seraya menggepalkan tangannya dengan kuat.
Tok tok tok
Si manis hanya diam kala pintu kamar milik Donghyuck di ketuk oleh seseorang, ia sama sekali tak berniat membukakan pintu untuk si pengetuk.
"Hyuck!! Kau di dalam?" Haechan menghela nafas lelah kala mendengar suara Renjun di balik pintu bercat putih itu.
"Jangan meganggu ku!" teriak si manis yang hanya akan percuma saja, sebab kamar milik Donghyuck itu kedap suara.
Cklek
"Hyuck?" ucap Renjun seraya membuka pintu kamar sang adik dengan perlahan.
"Kau tak apa?" tanya Renjun khawatir seraya berjalan menghampiri si manis, yang tengah tertidur memunggungi-nya.
"Hyuck! Kau sudah tidur?" Renjun kembali bertanya seraya mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang, matanya masih menatap awas ke arah si manis yang sendari tadi tak menunjukkan pergerakan.
"Jisung tak serius, kau tahu? Dia masih belia belum mengerti dengan apa yang kau bicarakan tadi. Dia masih sangat ke-kanakan kau tahu itu kan?" ucap Renjun seraya mengusap surai sang adik dengan penuh kasih sayang.
"Berbaikan dengannya ya, dia sampai tak mau makan karena kau tak mau berbicara padanya" si manis hanya diam, walaupun dirinya tak tidur tapi ia enggan untuk menanggapi ucapan mantan kekasihnya itu.
"Pergilah!! jangan meganggu ku" ujar Haechan dengan suara serak, bukti jika pemuda manis itu baru saja menangis.
"Hyuck! kau sakit?" tanya Renjun khawatir seraya meraba dahi si manis dengan pelan, ia sedikit tersentak kala merasakan suhu tubuh sang adik yang naik.
"Hyuck! Kau demam astaga" dengan panik pemuda rubah itu membalik tubuh si manis untuk menghadap ke arahnya.
"Hyuck-ah" Renjun menggigit bibirnya kala melihat wajah Haechan yang tampak sangat pucat.
"Hyung panggilkan dokter yah" si manis menggeleng menanggapi ucapan pemuda rubah itu.
"Aku baik-baik saja" ucap Haechan seraya menaikkan selimut yang tengah ia pakai.
"Tolong matikan ac-nya" pinta si manis dengan tubuh yang mulai mengigil.
Renjun hanya mengangguk seraya turun dari atas ranjang, kemudian ia berjalan ke arah sofa di mana remote ac itu berada.
Cklek
"Hyuck?" pintu kamar Donghyuck kembali terbuka, menampilkan Jeno yang tengah mengintip ke dalam kamar.
"Jangan berisik, Donghyuck tengah tidur" ucap Renjun seraya berjalan menghampiri Jeno.
"Sudah tidur? Jisung belum mau makan, coba kau bangunkan dia sebentar. Aku takut nanti Jisung akan sakit" pinta Jeno seraya menatap sang kakak penuh harap.