Guanlin menghela nafas pelan seraya melongarkan dasi-nya yang kini mulai terasa sesak, kemudian pandangannya tertuju kearah ketujuh putranya yang kini tengah menatapnya dengan penuh harap. Menunggu keputusannya yang masih menggantung di tenggorokan lantaran sendari tadi ia terus bungkam tanpa mengatakan sepatah katapun.
Sedangkan sang istri sudah menyetujuinya terlebih dahulu, mungkin pasangan hidupnya itu tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Maka dari itu dirinya langsung mengiyakan tanpa pikir panjang jika itu memang bisa membuat putra-putranya bahagia ia tak mempunyai alasan untuk menolak. Karena selama ini putra-putranya itu sudah sangat banyak menderita karena keegoisan-nya.
"Akan papa pikirkan nanti, lebih baik sekarang kalian bawa dia ke kamar. Kasihan jika dia tidur dengan posisi tak nyaman seperti itu terus" ucap Guanlin pada akhirnya seraya melepaskan kacamata transparan yang sendari tadi terus bertengger di hidung mancung-nya.
"Kenapa harus nanti pah? Kenapa tak sekarang saja?" tanya Chenle tak sabaran.
"Ada banyak hal yang harus papa pertimbangkan, jadi kalian pergi saja dulu. Nanti papa akan memberikan kalian jawabannya" ucap Guanlin seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia melenggang pergi dari ruangannya meninggalkan ketujuh putranya yang kini mulai merasa was-was. Takut jika sang papa tak akan menyetujui permintaan mereka.
"Kalian tak perlu khawatir, mama yang akan membujuk papa untuk sekarang kalian bawa calon menatu mama ke kamar ya" ketujuh-nya hanya mengangguk lesu seraya beranjak dari duduknya dengan malas.
Kini tubuh berisi si manis sudah berpindah tangan kepada Jaemin yang tengah menggendong-nya ala koala, membawanya ke arah kamar Donghyuck yang kini sudah resmi menjadi kamar pemuda gemil itu.
Ya Haechan meminta jika dirinya ingin tinggal dikamar milik Donghyuck dengan mendepak sang pemilik ke kamar tamu, tinggal beberapa hari dikamar yang lumayan luas itu membuat Haechan tak ingin beranjak dari dalamnya. Maka dari itu mau tak mau Donghyuck harus menyetujuinya. Walaupun tempat itu yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah sendari kecil, tapi jika sang pujaan hati yang menyuruhnya untuk pindah Donghyuck tak mungkin menolak kan.
"Dia benar-benar sangat menggemaskan" ucap Renjun seraya menggigit pipi dalamnya kala melihat wajah polos si manis, ingin rasanya ia menggigit pipi bulat itu keras-keras namun itu adalah hal yang sangat mustahil untuk dilakukan. Ia masih menyayangi nyawanya maka dari itu ia lebih memilih jalur aman saja daripada harus menerima bogem mentah dari para saudaranya.
"Lebih baik kau simpan saja niat mu itu didalam hati, jika tidak ingin wajah pas-pasan mu itu terkena tinju-ku" ucap Jeno yang seolah tahu apa yang tengah di pikiran oleh kakak keduanya itu.
"Ck!! Aku tahu!!" ucap Renjun sewot.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jinyoung tersenyum remeh kala melihat kedatangan Hana bersama dengan keenam putrinya, tampak dari raut wajah wanita itu sangat tak bersahabat dia seolah bersiap untuk melampiaskan amarahnya kapan saja. Namun Jinyoung yang sebelumnya sudah menduga hal ini akan terjadi ia terlihat sangat santai seraya menyeruput secangkir teh ia bahkan masih sempat-sempat nya membaca majalah.
"Apa maksudnya ini semua Young?!! Kenapa putri ku pulang dengan keadaan terluka?, dan kenapa juga kau tiba-tiba saja membatalkan perjodohan mereka?!!" tanya Hana yang langsung mencerca nyonya Lai itu dengan berbagai macam pertanyaan yang menurut pemuda manis itu sangatlah tak penting.
"Kenapa aku sampai membatalkan perjodohan putra-putra ku dengan ketujuh putri sialan mu itu, kau yakin ingin mengetahui alasan yang sebenarnya?" ucap Jinyoung seraya tersenyum menyeringai.
"Jawabannya mudah saja Hana, karena ketujuh putra ku itu sudah menemukan orang yang sangat mereka cintai" Jinyoung kembali berucap seraya menatap wanita licik dihadapannya itu dengan tampang tengil-nya, membuat orang yang sudah menjadi sahabatnya selama lima tahun itu semakin kesal wajahnya pun bahkan sudah memerah.
"Tapi bukannya mereka semua mencintai putri-putri ku?!" tanya Hana yang masih mencoba untuk bersabar.
"Hmm, menurutku itu hanya asumsi mu saja" ucap Jinyoung seraya terkekeh kecil, jelas ada nada mengejek didalamnya yang semakin membuat ketujuh orang yang berada dihadapannya itu semakin kesal bukan main.
"Mama jangan seperti itu, mama tahukan jika aku sangat mencintai Jisung. Aku minta maaf jika sikapku kemarin sudah tak sopan kepada Donghyuck oppa" ucap Sooyun seraya berjalan menghampiri Jinyoung, dengan wajahnya yang tampak sangat sedih berharap jika pemuda manis yang berada di hadapannya itu sedikit merasa iba.
"Maafkan mama sayang, tapi mama sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Sekarang putra-putra mama itu sudah sangat susah untuk diatur" ucap Jinyoung sedih seraya mengusap surai
Sooyun yang berakhir menjambak surai wanita itu sampai dia mengaduh kesakitan."Mama!! Apa yang mama lakukan?!!" teriak Sooyun seraya berusaha melepaskan rambutnya dari cengkeraman pemuda manis namun berbahaya itu.
"Young!! Apa yang kau lakukan pada anaku!!" teriak Hana histeris seraya berniat menghampiri putri sulungnya, namun dengan sigap kedua bodyguard yang sendari tadi berdiri di samping Jinyoung segara menghentikan aksinya itu.
"M-ma-ma" ucap Sooyun terbata seraya menitih-kan airmata nya, yang mampu membuat Jinyoung langsung melepaskan jambak-nya seraya menghempaskan wanita itu sampai tersungkur ke atas lantai.
"Bawa mereka semua keluar, dan jangan sampai mengizinkan mereka masuk kerumah ini lagi" perintah Jinyoung yang langsung dituruti oleh semua bodyguard yang ada didalam sana.
"Jinyoung!! Akan ku pastikan kau menyesal karena sudah menghina ku seperti ini, lihat saja nanti"
TBC
Maaf aku kurang bisa bikin konflik, jadi kemungkinan ceritanya gak akan terlalu berat.