Haechan lebih memilih memakan camilan yang berada di hadapannya, daripada harus melihat kepada sang sahabat yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
"Kau benar-benar akan memaafkan mereka begitu saja?" tanya Sanha serius seraya mengambil alih toples berisi cookies dari tangan si manis.
"Kembalikan!! Itu Punya ku" rengek Haechan seraya mengulurkan lengannya kedepan, meminta agar sahabat tampan-nya itu segera mengembalikan camilan nya.
"Jawab pertanyaanku dulu" ucap Sanha seraya menjauhkan toples berukuran sedang itu dari
jangkauan si manis."Baiklah!! Tentu saja aku tak akan mengampuni mereka begitu saja, tapi untuk sekarang ini kita ke samping kan mereka terlebih dahulu. Para jalang sialan itu yang kini menjadi fokus utama kita" Jawab Haechan sebal seraya menghela nafas dengan kasar.
"Bagus! Sekarang kau sudah tak sebodoh dulu lagi" ucap Sanha merasa bangga dengan perkembangan sahabat manisnya itu.
"Tapi berbicara seperti itu didepan mangsa mu sendiri, apa kau tak akan takut jika mereka menjadi waspada terhadapmu?" Sanha kembali berucap seraya menatap keenam saudara itu yang kini tengah menatap keduanya dengan datar.
"Karena mereka semua bodoh, jadi menurut ku tak akan menjadi masalah" ucap si manis santai seraya kembali me-makan camilan-nya dengan tenang.
"Bear!" Haechan menoleh ke arah Mark yang kini tengah berjalan menghampirinya.
"Apa?!!" tanya si manis sinis seraya memeluk toples berisi cookies itu dengan erat-erat, takut jika pemuda camar yang berada dihadapannya itu akan memintanya.
"Jangan seperti itu sayang, kau terlihat semakin menggemaskan ketika tengah marah" timpal Renjun seraya menoel-noel pipi bulat si manis dengan gemas.
"Jangan menyentuh ku begitu!! Kau itu baru saja memegang kotoran, jadi jangan menyentuh ku jika tanganmu itu belum benar-benar bersih" Renjun hanya mampu meringis kecil kala mendengar ucapan sarkas si manis barusan.
Pemuda gemil itu tengah merajuk kepadanya karena ia yang tak sengaja menyentuh Lilia ketika wanita itu hendak terjatuh, ia hanya refleks. Seharusnya ia biarkan saja calon mantan kekasihnya itu terjatuh dari atas tangga.
"Jangan marah sayang, aku tak sengaja. Sungguh!!" bujuk Renjun seraya mendekap tubuh berisi belahan hatinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Lagi pula untuk apa kau menemui jalang sialan itu?, apa kau ingin kembali berkencan dengannya!!" tanya Haechan kesal seraya berusaha melepaskan lengan pemuda rubah itu yang tengah bertengger di pinggangnya.
Cup
"Kau yang menyuruhku sayang" jawab Renjun seraya secepat kilat mencium bibir berbentuk hati itu, sebelum si pemilik kembali melontarkan kata makian untuknya.
Plak
"Yak!! Jangan main ambil kesempatan begitu!!" teriak Chenle kesal seraya memukul kepala kakak keduanya itu dengan keras.
"Sakit bodoh!!" ringis Renjun seraya mengusap kepalanya yang sekarang ini terasa sangat panas.
"Ini kedua kalinya kau mencium bibir kekasihku, kau itu benar-benar suka sekali mencari kesempatan ya" ucap Jeno seraya menatap pemuda rubah itu dengan tajam.
"Kalau memang ada kesempatan kenapa harus aku sia-siakan?, dan lagipula Haechan itu kekasihku bukan kekasihmu" ucap Renjun santai seraya menatap si manis yang sekarang sudah berada di tangan Jaemin dengan genit.
"Seharusnya kami meninggalkanmu saja tadi" ujar Jaemin kesal seraya menjauhkan tubuh berisi Haechan dari jangkauan kakak keduanya yang sangat mesum itu.