4

295 47 2
                                    

Jika kalian bertanya bagaimana Wooseok bisa dekat dengan Eunsang, sejujurnya Wooseok sendiri juga tidak tahu. Eunsang memang salah satu dari sekian banyak orang random yang hadir dalam hidupnya, namun juga merupakan salah satu dari sedikit orang yang memilih untuk tetap tinggal dan tidak pergi meninggalkannya di saat-saat sulit.

Wooseok pertama kali bertemu anak SMA itu di café tempatnya kerja 2 tahun yang lalu. Awalnya ia pun berusaha menjauh dari Eunsang. Walaupun Wooseok memang dari awal sudah menjauhkan diri dari para staff café lainnya, Eunsang adalah salah satu yang paling ia hindari. Bukan karena ia membencinya—ia cuma malas saja kalau harus berurusan dengan Eunsang yang lemot dan kelewat polos itu—kadang kelewat budek juga.

Mereka berdua pernah kena damprat karena memberi makanan yang salah ke customer—salahkan Eunsang juga yang keliru mencatat pesanan.

"Sang, plis deh, dia pesan Penne Carbonara bukan Petite Shortcake. Yang satunya pasta, yang satunya dessert. Beda jauh," Wooseok menepuk jidatnya.

"Hehehehe maaf Kak, habis Eunsang dengernya cuma priki priki gitu. Hehehehe."

Mau nabok Eunsang tapi Wooseok takut dipecat dengan alasan kekerasan pada sesama pekerja.

Sejak saat itu Eunsang pun dibebaskan dari tugas mengambil pesanan customer. Wooseok pun heran kenapa sang manager masih saja mempekerjakan Eunsang. Yang ia dengar dari rekan-rekan kerjanya, Eunsang yang selalu tersenyum itu adalah eyecandy untuk para customer wanita, tua maupun muda.

( "Ya kali saya mau memecat orang yang mendatangkan keuntungan. Nggak kayak kamu yang sambat mulu." — Manager Nayoung to Wooseok )

Yang mengubah pandangan Wooseok terhadap Eunsang adalah kepeduliannya yang tidak pandang bulu itu.

Jika Eunsang tidak hadir di hidupnya, entah bagaimana jadinya.

Wooseok memang susah untuk percaya pada orang, namun karena Eunsang, Wooseok pun akhirnya memutuskan untuk memberinya kesempatan.

.

.

Flashback, 2 tahun yang lalu...

Wooseok memijat keningnya. Pusing, pening....ingin pulang rasanya.

Ia memang sengaja kerja lembur hari inibutuh uang untuk bayar kontrakan. Nggak enak juga pada yang punya kontrakan, sudah menunggak 1 bulan.

Sudah terhitung hampir 10 jam ia ada di cafe tempatnya bekerja. Waktu menunjukkan pukul 7 malam, dan cafe itu masih didatangi pengunjung. Semua staff yang bekerja di shift pagi-sore sudah pulang dan sudah digantikan oleh para staff shift sore-malam, hanya tinggal Wooseok seorang yang masih bertahan dari pagi.

Bertahan pun sudah hampir tumbang juga—Wooseok dari berangkat saja sudah tidak dalam kondisi sehat. Ia belakangan ini terlalu sering lembur, hingga puncaknya adalah hari ini, ketika badannya panas namun masih memaksakan diri untuk bekerja.

Manager Nayoung—yang walaupun galak tetapi tetap mengutamakan karyawannya—sedari tadi sudah menyuruh Wooseok untuk segera pulang. Namun tidak digubris karena Wooseok memang butuh uang.

Dan akhirnya setelah 10 jam, Wooseok pun tumbang juga. Tubuhnya terjatuh begitu saja ke lantai dapur yang dingin, piring-piring yang sudah dicuci tidak jadi dikembalikan ke dalam rak penyimpanan.

"Kak..?"

Itu suara Eunsang yang hari itu mengambil shift malam.

"Ada apa—astaga, Kak Wooseok!" Eunsang mengguncang-guncangkan tubuh Wooseok yang terkapar di lantai.

Rainy Days and Fridays || SeuncatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang