Yohan melirik jam tangannya. Sudah jam 5—menandakan film yang ditonton oleh Sihun dan teman-temannya yang lain sudah berlangsung selama 1 jam. Mau menyusul mereka pun juga sudah terlambat.
"Aahh.. Tau gini harusnya gue ikut mereka aja."
Yohan masih bete dengan kejadian barusan di rumah ibu dan kakak tirinya.
Iya, dia akui dia juga salah. Keceplosan mengata-ngatai Wooseok terlalu negative-thinking, pantas dicambuk dan lain sebagainya.
Tapi dia juga salah, orang gue nawarinnya baik-baik malah disemprot. Kan kampret, pikir Yohan.
Sejak kapan pula Wooseok mulai bisa nyolot seperti itu? Sejak Seungyoun meninggalkah? Atau sejak Minhee kabur dari rumah? Atau sejak kakaknya itu diusir dari mansion keluarga Kim? Wooseok yang sekarang itu bagaikan gabungan dari Dongpyo yang super ngegas ketika sedang mengghibah soal musuhnya di sekolah dan Midam, seniornya yang merupakan asisten dosen paling killer di Universitas X101.
Haaah... Yohan benar-benar bete sekarang. Ia kini menyenderkan kepalanya pada setir mobilnya yang ia berhentikan di pinggir jalan, memikirkan apakah ia sebaiknya langsung pulang saja atau mampir membeli boba tea dulu untuk membuat mood-nya lebih baik.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengendarai mobilnya menuju salah satu cafe favoritnya, Bare Bears Cafe, yang biasa ia kunjungi untuk nongkrong sambil mengerjakan tugas bersama teman-temannya.
Ah, rasanya sedikit hampa bagi Yohan ketika menghampiri cafe itu sendiri, karena biasanya ia akan menyeret Yuvin yang memang suka nongkrong di cafe, atau Hangyul yang kelewat gabut karena dia terlalu santai mengerjakan tugas.
("Gue lama-lama kismin kalo lu ajak nongkrong terus di sini, besok-besok ikut gue sama Kukon ke warung pak kumis aja" —Hangyul to Yohan)
("Di warung pak kumis gak ada wifi, lu mau tethering-in gue kerjain tugas Dosen Yoon?" —Yohan to Hangyul)
("Gak usah pura-pura miskin kuota lah lu, tiap ke Bare Bears aja mesti pesen yang diatas 5000 won." —Hangyul to Yohan lagi)
Yohan juga sering menyeret adik-adiknya Junho dan Dongpyo ke cafe itu. Atau si kecil Dohyon yang kadang juga ia seret ketika Junho dan Dongpyo sedang ada acara sendiri bersama teman-teman mereka.
Hah... Biasanya ketika ia dan gengnya atau saudara-saudaranya ke sini, pasti ujung-ujungnya diusir juga oleh staff cafe karena mereka terlalu berisik. Sungguh, sekarang, dengan tidak adanya semua kebisingan itu, Yohan merasa agak aneh. Tidak ada si cerewet Yuvin yang suka memberinya wejangan soal menggombali cewek. Tidak ada Junho yang selalu berbicara sendiri. Tidak ada Dongpyo yang hobi menggosip soal teman seangkatannya yang katanya sudah pernah "begituan".
Yohan dengan langkah gontainya berjalan menuju counter depan cafe itu untuk memesan minuman. Untung hari ini antriannya tidak terlalu panjang.
"Lah, tumben sendiri," ujar si kasir yang melayani pesanannya. Di dadanya terdapat nametag bertuliskan 'Lee Chaeyeon'.
"Sekali-kali lah gue dateng ke sini tanpa harus berakhir diusir sama Mbak Chungha," sindir Yohan sambil menyebut nama manager-nya Chaeyeon, yang sudah seperti emak-emak yang suka marah kalau anaknya menghilangkan tupperware mereka.
Chaeyeon pun tertawa. "Mbak Chungha-nya malah lagi gak di sini. Salah timing lu."
"Bah, kalo gak gara-gara Yuvin sama Hangyul gue gak bakal di-blacklist Mbak Chungha juga," keluhnya, yang membuat Chaeyeon tertawa lagi.
"Yaudah, gue pesen yang biasa aja."
"Mau nugas lagi?" tanya Chaeyeon sambil mencatat pesanan Yohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Days and Fridays || Seuncat
Fanfic"Bunga tumbuh di tempat yang banyak terkena hujan dan sinar matahari. Sama halnya dengan benih-benih cinta, mereka bisa tumbuh di hati yang sering terkena hujan dan sinar matahari. Namun siapa pula yang ingin menjadi matahari untuk mengimbangi hujan...