Bab III Sepersekian Detik

44 9 0
                                    

Hanya sekelebat mampu meruntuhkan pertahanan yang ku bangun selama bertahun-tahun, akankah ini yang dinamakan keadilan?!

-Hayfa Larasati-

Hayfa POV

Aku dan mentari saat itu dalam perjalanan menuju kantin,  untuk mengisi sejengkal yang berarti. Namun, ketika berada di penghujung tepat didepan anak tangga ku melihat dua orang pria dan salah satu mereka hampir jatuh kebelakang dengan sigap, aku pun menarik jacket jeansnya agar dia tidak terjatuh.

Naasnya kami tetap terjatuh dengan dia yang tepat di atasku yang bertumpu pada tangannya agar tidak menimpaku akan tetapi kepalaku yang terasa sakit karena berbenturan dengan lantai. Akan tetapi ku tak bisa membuka suara hanya untuk sekedar menyuarakan kesakitan yang kurasakan.

Tiba-tiba dia yang terlebih dahulu membuka suara"terimakasih ya udah nolong gue,  kalau bukan karena lo ntah gimana nasib gue" ucapnya.

Pakkk

Temannya pun memukul kepala belakang sedikit keras dan menambali ucapan dia "emang dia gitu kak gak hati-hati maaf kan temen gue ya kak. Kami duluan ya kak"sahutnya  "ya sama-sama lain kali hati-hati mas" jawabku sembari memberikan senyumanku dan kembali melanjutkan langkah kami yang sempat terhenti.

"gila gila gila fa cakep abiss cowo tadi,  kenapa kalian gak sampai kiss kissan yak. gak seru ah"ucap mentari antusias dibarengi dengan menuruni tangga dengan perlahan namun mengguncang-guncang lenganku dengan antusiasme yang tinggi "apaan sih lu tar,  yang ada lu yang gila. Iya kali kami sampai kiss kissan mau taruh dimana muka gue arrrggh"gerutunya terhadap mentari.

***
Aku bukanlah penyair yang mampu menyampaikan apa yang terlintas dengan kata-kata yang indah,  aku hanya gadis kecil bagi kedua orang tuaku yang kini sibuk dengan dunia masing-masing yang menyisakan diriku ditengah kesunyian yang tercipta.

Di malam yang dingin ini aku mencoba tuk mencari sesuatu yang bercahaya dilangit malam hanya sekedar tuk menemani kesendirian, dan saat itu ketika aku hendak mengambil peralatan melukisku tuk mengabadikan keindahan malam yang sedikit bercahaya. Tepat di rak paling atas rak buku ku,  ada sesuatu yang mengusik diri ini saat hendak ingin mengambil peralatan melukis namun, aku tidak mengambil  yang seharusnya sebaliknya aku mengambil sesuatu yang tidak seharusnya yaitu album foto kecilku.

Aku pun membuka album foto kecil yang menampilkan dunia fana yang terasa indah untuk sesaat ketika ku mengenangnya. Dengan lembaran-lembaran yang bersisa aku menutup album itu dan meninggalkan kebahagiaan yang telah menjadi sebuah pengharapan disana "Anne...baba eyfa rindu kalian" ucapku dengan sendu,  yah aku merindukan kedua orang tua ku aku memanggil ibuku dengan sebutan Anne yang berarti ibu dan baba yang memiliki arti ayah dan eyfa sendiri adalah panggilan kesayangan dari masa kecilku hingga sekarang yang hanya diketahui orang-orang terdekatku.

Dan kini aku mengurungkan niat yang semula menginginkan tuk mengabadikan malam ini yang tampak indah dengan cahaya temaramnya.  Sayangnya,  niat itu sekarang telah luntur karena aku tak mau mengenang malam yang telah menyeruakkan kenangan yang menyedihkan yang seharusnya sudah tertutup rapi yang mungkin seharusnya menjadi kenangan indah

***
"Aku tak ingin menyukai siapapun, aku tak ingin memiliki rasa kepada siapapun apalagi memiliki hubungan dengan pria manapun yang lebih dari teman" ucapku terus berulang sembari  ku berbaring diatas kasurku dengan menutup seluruh tubuhku hingga ke wajah dengan selimut.

Meskipun begitu,  ku tak bisa memejamkan mataku. Seperti biasa aku selalu menghidupkan musik ketika akan hendak tidur karena agar aku merasa ada seseorang yang menemaniku. Sudah lama aku seperti ini kurang lebih ketika orang tuaku sibuk dengan dunia mereka sendiri saat aku masih di jenjang sekolah menengah pertama.

Ketika aku hendak menutup mataku, entah bagaimana pria itu,  pria telah ku berikan pertolonganku muncul tiba-tiba menampilkan senyumnya yang membuatku terngiang-ngiang selepas kami berdua saling bertatapan ketika dia tepat berada dia atasku.

"seandainya kamu berada disisiku" bayangku tanpa sadar "gila ya lu fa membayangkan seseorang  yang baru lu kenang sadar woi sadar" ucapku pada diriku sendiri dan entah mengapa aku menggunakan sebutan aku, kamu yang hanya ku sebutkan ketika disituasi tertentu.

"astaga ingat akan ucapanmu"ingatku pada diriku sendiri lagi tapi entah mengapa itu sulit,  dia selalu terngiang-ngiang didalam pikiranku dan memenuhinya "Hanya sekelebat mampu meruntuhkan pertahanan yang ku bangun selama bertahun-tahun, akankah ini yang dinamakan keadilan?!"ucapkan dengan sendu.

Mengapa bisa semudah itu aku melanggar apa yang telah kusepakati dengan diriku sendiri, mengapa dia pria tanpa nama bisa dengan mudahnya mengusik diriku ini hanya karena sebuah senyuman dan entah mengapa   ketika membayangkan dirinya aku seperti bisa mencium aroma tubuhnya yang membuatku tenang.

______________________________________

Hai guys maaf keun author yang terlalu sikit ya updatenya..

Author harap kalian menyukainya ya dan semoga bisa merasakan feelnya..

Kalau ada yang mau memberi saran author terima guysss..

LOVE U ALL OF U🧡🧡
JANGAN LUPA

FOLOW, COMMENT AND VOTE YA GUYSS😍😍

THANK U🧡🧡

Paint of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang