Sembari berjalannya detak pada detik sang pengingat waktu, fikiran semakin menggila atas pertanyaan yang terus-menerus terulang. Siapa pemilik senyum yang membuatku candu itu? Bisakah bertemu lagi? Ahh.. lelahnya otak berfikir tentang ini lagi dan lagi, seseorang bantu aku.
Secercah harapan, memaksaku kembali melangkahkan kaki. Kala itu, Hari yang mendung seraya hati yang pilu, akankah senyumannya hari ini kembali kutemui setidaknya bisa menghangatkan dinginnya hari. Toko buku kembali menjadi destinasi pertama, saking seringnya kesana sang penjaga toko sampai mengenal saya. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari ku kunjungi tempat ini hanya dengan segelintir harapan yang hanya tinggal sisa..
Namun, jangan salah.. Hal lain yang membuatku kemari adalah sastra yang mulai menjadi jalan bagiku untuk berbicara, namun senyummu yang terus-menerus menjadi candu bisa dibilang menjadi tujuan utama.
Hari itu sama seperti sebelumnya, kembali anganku tinggal angan semata.
"Tak apa, mungkin belum hari ini" ucapku seraya menyemangati diri sendiri
Sepertinya tak ada lagi yang ingin kulakukan hari ini, bergegaslah aku kembali menuju rumah, tentu saja bersama perasaan yang tidak baik-baik saja. Langkah membawaku perlahan pulang dengan sejuta kecewa, Hari yang buruk sama seperti biasanya, Fikirku saat itu..
Seraya melangkah, siulan membisukan hati yang agak geram, Siulan itu seakan menembus jiwa yang sedang gundah ini. Sudahlah.. tak usah dihiraukan, tak lama setelah itu hujan membasah dengan deras, memaksa langkahku untuk tidak diam saja, larilah aku kesebuah toko yang tak lagi buka. Dengan tubuh yang mulai mendingin, duduklah aku dibangku sembari menunggu hujan redah.
Siulan tadi kembali terdengar, sepertinya sangat dekat. Spontan penglihatanku berbalik, ternyata dia lagi. Wanita aneh itu kembali kutemukan, terdiam aku dengan hanya menatapnya dengan perasaan bingung, tak lama setelah itu dia tiba-tiba berbalik kearah ku.
"Sial" ucapku dalam hati sambil menundukkan kepala
Tak terjadi apa-apa, sampai tak lama berselang, hawa seseorang sepertinya duduk disebelahku. Ahh.. sial, kenapa jadi salah tingkah begini!
Dia terus-menerus menatapku dengan alis tertekuk namun bibir terus tersenyum, sesekali ku berbalik namun posisinya tak berubah sama sekali, dia terus saja tersenyum seperti itu."Kenapa?!" Tanya ku dengan salah tingkah
"Dasar penguntit" Jawabnya sambil tertawa pelahan
Anjir.. seperti de javu di toko itu.
"Kenapa bengong?" Tanyanya dengan wajah yang sumringah
"Ng..nggak kok, cuman kebetulan neduh disini" jawabku dengan terbata-bata
"Kebetulan?" Tanyanya dengan terus tersenyum
"Kau mengikuti ku, kan. Mengaku saja, aku terbuka kok dengan fans" sambungnya dengan tawa yang tertahan
"Sial.. kumohon, Bibir ucapkanlah sesuatu" Ucapku dalam hati dengan bibir yang seperti membeku
Hening sejenak
"Ahh.. males ah, ngomong sama orang bisu" jawabnya sambil memasang earphone
"Waduh.. sial, kenapa bibirku membeku disaat-saat seperti ini" ucapku didalam hati, dasar payah
Hening kembali, rintik hujan seakan satu-satunya bunyi. Bersebelahan dengannya membuatku hangat namun juga dingin, mungkin karena grogi. Payahnya aku..
Lama saling berdiam, rintik hujan juga mulai mengurang pertanda hujan mulai redah. Belum sempat beranjak untuk berdiri, tanganku tertarik olehnya."Tunggu sebentar" ucapnya sambil menarikku untuk segera duduk
Lagi-lagi bibirku membisu, dan keringat mulai keluar secara pelahan
"Mana handphone mu?" Tanyanya sambil menadah tangan
"Ahh? Ha..andphone ku?" Tanyaku dengan kebingungan
"Iya handphone mu" ucapnya
Dengan perasaan yang penuh kebingungan, pelahan ku keluarkan HP dari saku celanaku
"Ahh.. lama" ucapnya sambil merampas HP ku
"Anjirr.. nih cewek, kelewatan agresif" Fikirku
"Passwordnya?" Tanyanya sambil memberikan HPku dengan wajah cengengesan
Mau tak mau, ku bukakan dia HP ku itu. Lama kelamaan hening kembali, aku terus menatapnya dengan wajah penuh kebingungan, setelah beberapa menit
"Sudah, Terima kasih" sambil mengembalikan HP ku
"Ahh?" Kebingungan asli
"Udah malam, Aku duluan yahh" ucapnya sambil bergegas meninggalkan ku
"Tunggu" ucapku
"Sudah.. kita lanjutkan saja melalui medsos, nomor teleponku sudah kusimpan disitu. Dadahhh!" Teriaknya sambil berlari meninggalkanku
Perlahan ku lihat kembali handphoneku yang masih menyala. Benar, ada kontak baru "Alysa Imut" begitulah nama kontak yang ia simpan
"Imut? Haa.. bener juga sih" Fikirku sambil tersenyum sendiri
Ahh sial.. sudah sangat larut, Berlarilah aku menuju rumah dengan wajah yang sangat sangat bahagia, kali ini tak seperti biasa. Entah mengapa perasaan mulai memaksa bibir untuk tersenyum, ahh.. anehnya.
Sial.. aku sampai lupa tentang anganku, apa aku harus kecewa? Sudahlah.. sepertinya hari ini aku akan sangat-sangat senang. Wanita aneh itu memang benar-benar aneh, tanpa sadar angan yang awal ku dambakan mulai memudar.. Biarlah
Bisakah ku temukan DIA?

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Break
Teen FictionKutipan Cerita Dari Cerita Mereka Yang Tak Dapat Bercerita