-02-

51 9 0
                                    

Hari ini aku ada latihan basket sepulang sekolah. Makannya, sehabis bel berbunyi aku segera keluar dari kelasku yang berada di lantai bawah dengan pintu bertuliskan 11 IPS 1.

Ada Rena di sampingku. Sebenarnya, aku dan Rena tidak terlalu dekat. Kita cuma kenal nama dan kebetulan satu ekstrakurikuler yang sama yaitu basket.

Jadi aku dan Rena berjalan ke toilet bersama, untuk mengganti pakaian menjadi kaos dan juga celana pendek.

Tidak usah berlama-lama hingga kami tiba di lapangan basket indoor. Lapangan ini yang sering digunakan oleh siswa-siswi yang ikut basket ketika di luar sedang panas-panasnya.

Kan lumayan, nggak hinyai. Hehe.

Aku menaruh tas dan juga sepatu sekolah di tribun penonton. Di sana sudah ada Rui, sobat ambyar yang menjadi bab--, eh maksudnya temanku.

"Gue nitip tas sama sepatu ya," ucapku.

"Bayar," balas Rui.

Nah loh lah, ngeselinnya kumat.

"Monyet. Nih dalem tas gue ada bekel. Belum gue makan," balasku tak mau ambil pusing dengan Rui.

"Widihh enak nih. Sana-sana Lo latihan. Udah ditungguin Rena tuh,"

"Bacot anjing. Udah kasi makan diem Lo,"

Rui hanya terkekeh lalu memakan dengan ganas seperti orang kelaparan yang hilang di hutan selama seminggu. Ini lapar apa doyan? Yaelah woy, di situ udah ada sendok sama garpu. Tapi si Rui malah pake tangan buat makan tuh naget pake nasi.

Bukan temen gue.

Akhirnya, aku turun dari tribun dan bergabung dengan anggota tim basket lainnya untuk pemanasan. Tapi ada sesuatu yang menggangguku.

Ada anggota baru. Dia cowok.

Tepat saat aku memikirkannya, orang itu berbalik.

ALLAHUMA LAKA SUMTU WABIKA AMANTU WAALA RISKIKA AFTORTU BIROHMATIKA YAA ARHAMAROHIMIN.

SETAN! ITU CARLI TUKANG RUSUH NGAPA DI SINI YAK?

AMPUNI DOSA BAIM YA ALLAH..

Sekarang Carli di sana lagi naik-turunin alis sambil ngelihat ke arahku. Sontak, aku menghadiahi orang itu dengan tatapan tajam menusuk bak pisau Bu Siti pemilik kantin terbesar di sekolah ini.

Setelah pemanasan selesai. Aku bermain seperti biasa dengan Rena, saling melempar dan menangkap bola.

Tiba-tiba.

Ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh.

Nah kan, pasti si mputh.

"Apa?" aku memutar bola mata malas.

"Lo nggak seneng gitu gue gabung basket?" Carli ngangkat alis bolak-balik.

"Ga," singkat, padat, mirip esbatu.

"Idih jahat bener Lo sama calon imam sendiri,"

"Berhenti manggil diri Lo calon imam gue ya!" suaraku naik satu oktaf.

"Ya mau gimana lagi, Na. Orang Lo itu nantinya bakal jadi makmum gue."

Sial, ni bocah ngalus terus. Kalo gue baper gimana? Percuma dikasarin, ni bocah ga akan mudeng. Ini gegara bang Jen ngasih lampu ijo si. Repot kan jadinya.

"Udah car. Mending sana Lo latihan lagi. Lo anggota baru, harus banyak latihan."

Aku mulai lunak, nggak ada gunanya teriak-teriak ke si Otto. Lama-lama malah darah tinggi, terus mati, kan ga lucu.

Dan setelah gue bilang gitu, si pirang langsung latihan nimbrung ke yang lain. Aneh banget, kalo dibentak malah makin jadi, kalo diusir tapi pake nada lembut malah nurut-nurut aje.

Besok-besok gue usir pake makhluk halus. Biar jauh-jauh dari gue.







Hohoho...

I'm back guys. Don't forget to vomment this story':*

I'm nothing without you!

Calon Imam [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang