-07-

50 7 0
                                    

Setelah bang Jen melepas helm. Dia kembali duduk diantara aku dan Charlie.

"Tuh udah menang. Ayo Char, ajarin gue MTK." Aku berdiri bersiap mengambil beberapa buku MTK yang akhir-akhir ini menjadi penghuni kotor di rak buku yang kebanyakan berisi komik milikku.

"Mana bukunya. Lo ayo-ayo tapi nggak bawa buku," Charlie malah mendelik.

"Allahuakbar ini gue udah berdiri mau ngambil buku. Sabar elah ya ahli kubur," balasku tak kalah tajam.

"Yah udahan? Gue baru mau main nih sama Charlie." Bang Jen mengerucutkan bibirnya. Bukannya lucu, tapi malah membuatku jijik sebagai adik.

"Lo main aja sendiri sama tembok. Gue mau belajar," sahutku lalu kembali mengumpulkan niat naik ke atas tangga mau mengambil buku.

Bang Jen memutar bola mata malas. Sedangkan aku dengan gontai menuju kamar dan kembali membawa buku-buku MTK yang sengaja bapak Yasser belikan untukku sebulan yang lalu.

Masih ada plastiknya, belum di sentuh sama sekali.

"Ini boleh gue perawanin?" tanya Charlie begitu kami duduk di ruang tamu dengan tv yang padam karena niat kami akan belajar.

"Elah santuy. Mangga mamang," sahutku sambil membuka beberapa toples berisi camilan.

Charlie benar-benar mengajariku. Dari dasar sekali. Bahkan dari penjumlahan satu digit, hingga pembagian dua digit.

Dalam hati bersyukur, karena Charlie begitu sabar dan tidak mencak-mencak dengan ketololan yang sudah aku derita sejak kecil. Sebenarnya bukan salahku juga, ini karena bang Jen yang mendorong ayunan begitu keras sehingga aku terjatuh dan kepalaku terbentur pohon mangga sampai keluar saos merah. Eh, darah.

Setelah satu jam belajar dengan Charlie, aku merasa kantuk melanda. Karena kekurangan oksigen, aku pun menguap.

"Lo ngantuk, Fi?" tanya Charlie layaknya orang dongo.

Udah tahu, nguap. Ya pasti ngantuk lah!

"Iya nih. Udah dulu ya belajarnya. Besok sambung lagi aja. Besok kan hari Minggu," cepat aku membereskan buku-buku yang berserakan di karpet bentuk Doraemon yang sedari tadi memisahkan pantatku dengan lantai.

"Oh kalo gitu gue balik dulu ya. Udah malem," pamit Charlie lalu mengambil tas hitamnya.

Tumben, tidak ada kata umpatan yang terlontar. Haha.

Tiba-tiba aku teringat motor sekupi Charlie yang terparkir di dekat kaktus.

Lain dari ibu-ibu yang lebih menyukai tanaman anggrek sebagai tanaman hias, ibu Trisha yaitu ibuku malah lebih suka menanam kaktus di pekarangan rumah.

"Eh, Charlie udah mau pulang? Nggak nginep aja sekalian? Besok kan hari Minggu. Nanti biar Tante yang bilang ke Bu Debra," sahut Bu Trisha dari dapur.

Ibu negara sudah menyiapkan makan malam yang sebentar lagi akan disusul kepulangan ayah Yasser untuk memulai upacara makan malam kali ini. Ibuku dan ibu Charlie sudah bersahabat, dan saling kenal. Jadi tidak aneh jika menawari menginap seperti tadi, toh Charlie tidur dengan bang Jen. Bukan denganku, eh.

"Pulang aja Tante. Rumah nggak ada yang jaga. Lagian Bunda sama ayah lagi ke hajatan kampung sebelah," Charlie menolak dengan halus.

Alhamdulillah, kaga jadi. Akhirnya setelah menunggu Charlie mengucapkan sayonara kepada bunda dan bang Jen. Karena ayahku belum pulang, maka kami berjalan menuju pintu depan.

Sebelum menyalakan mesin motor, Charlie memulai obrolan.

"Besok belajar di perpustakaan kota gimana?" tawarnya.

"Boljug. Tapi nyamper jangan pagi-pagi. Hari ini gue mau marathon anime," balasku.

"Oke. Besok gue jemput jam 10." Charlie menyalakan motornya, meninggalkan asap yang perlahan menguap ke udara.

Baru saja, aku akan menutup gerbang. Mobil hitam yang sangat familiar, membunyikan klakson membuat mood ku hancur seketika.

Itu mobil ayah Yasser.

"Cie habis di apel sama siapa tadi?" goda ayah begitu ia turun dari mobil.

Aku mengunci gerbang, "Bukan siapa-siapa. Cuma bocah laknat yang lagi ke sasar."

Ayah malah tertawa, "Pasti Charlie ya. Anaknya pak Charles."

"Tau ah."

Lah cenayang ayahku.















Hai, konbanwa minnaa..

Ini cerita cuma kegabutanku ya. Jadi bawa santai saja, konfliknya juga bakal ringan kok. Kayak daun kering yang ketiup angin. Ahayyy.

Jadi jangan terlalu serius ya bacanya. Anggap aja ini hiburan, dan pelipur halu kalian terhadap crush ku satu ini.

Oke, sekian.
Istrinya bang Char mau lanjut hibernasi, Bubay:*

Calon Imam [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang