Motor Charlie berhenti di depan gerbang berwarna hijau tua milik orangtuaku. Setelah menapaki jalan, aku segera peka dan membukakan gerbang agar motor sekupi hitam milik Charlie bisa parkir di dalam.
"Udah mirip babu sama majikan ya," celetuk si botak yang aku hadiahi pelototan tajam.
Tanpa menunggu lagi, Charlie melajukan motornya ke dalam dan memarkirnya dekat pohon kaktus.
Menyuruh Charlie masuk sebagai basa-basi, tapi malah Charlie mau beneran. Kan asw.
"Assalamualaikum," kata sambutan pertama yang aku dan Charlie berbarengan mengucap.
"Waalaikumsalam," sahut ibuku. Trisha Malik dari balik dapur. Suaranya begitu lantang, sehingga menggema ke seluruh rumah. Untung saja, guci kesayangan papah tidak pecah.
"Eh ada anaknya pak Charles. Gimana? Bu Debra sehat?" seru ibuku dengan suara mengalahi toa hajatan.
"Alhamdulillah sehat Bu Trisha. Bang Jen belum pulang ya?" tanya Charlie sambil celingak-celinguk.
Aku mencibir, "Belum kayaknya. Kalo udah pasti dia udah terbangan sambil nyanyi lagu tolaal Badru kalo Lo dateng Charlie."
Setelah mengatakan itu aku pamit ke atas untuk mengganti baju. Biasanya, Charlie akan lama jika mampir ke sini. Dia sudah sangat akrab dengan bang Jen beserta antek-antek nya yaitu ibu dan ayahku.
Setelah mengganti pakaian menjadi kaos hitam oblong dan celana selutut, aku menyusul Charlie untuk bermain PS di ruang tengah.
Charlie seperti biasa, dengan watados dia senderan pakai boneka Doraemon kesayanganku. Tangannya sibuk memencet tombol-tombol bulat, kotak, segitiga, dan teman-temannya sambil sesekali mencomot kue coklat yang tersusun rapi di dalam toples teritori Charlie.
"Katanya Lo mau ngajarin gue MTK?" tagihku kepada cowok yang masih berseragam putih abu.
"Oh iya. Lupa gue. Bentar satu kali match lagi," Charlie menegakkan tubuhnya lalu menatap ke arahku.
Aku mengambil sedikit ruang di dekat Charlie lalu meraih toples berisi kue kering dan mendekatkan toples itu ke pangkuan. Aku melihat Charlie yang memainkan game soccer dengan begitu serius.
Hingga sampai, ketika tangannya bergerak-gerak meraba ke lantai. Aku tebak ia sedang mencari toples yang sudah aku pindah tangankan ini. Matanya masih fokus kepadaayar televisi. Hanya sesekali melirik.
"Nyari apaan Lo?" bentak ku mengacaukan fokusnya.
"Mana kue tadi?"
"Ini maksud Lo?" Aku menyodorkan toples berisi kue coklat itu.
Mata Charlie sedikit berbinar saat menangkap bayangan kue yang ia cari-cari. Tanganku bergerak mengembalikan toples itu ke pangkuanku lagi.
Charlie dengan santai mengambil kue lalu memakannya tanpa dosa. Hingga pekikan seseorang dari ambang pintu membuat keributan.
"ASTAGHFIRULLAH ITU TANGAN CHARLIE NGAPAIN? INGET CHAR.. INI MASIH SORE.. NTAR MALEM LAH," bang Zayn dengan suara toa berhasil mengagetkan kami berdua.
Stik PS yang tadi setia mengisi tangan Charlie pun lepas. Sedangkan, aku tak henti-henti memelototi bang Jen. Awas saja, kalau mamah denger, apalagi tetangga.
"Brisik alay," ketus. Aku memutar bola mata setelah menatap bang Jen yang masih lengkap menggunakan jaket dan helm bentuk semangka favoritnya.
Tanpa permisi, bang Zayn mengambil ruang di sela-sela aku dan Charlie yang memang sudah sempit. Apalagi kedatangan bang Jen menambah kesesakan ini.
"Idih. Lo sanaan dong. Sempit tahu," aku memarahi bang Zayn.
Sedangkan apa yang dilakukan Charlie? Kalian ingin tahu? Dia hanya senyum-senyum sendiri tanpa dosa sambil terus memainkan game lapangan hijau itu.
"Lagian Lo berdua sabar dong. Masih SMA juga," balas bang Jen.
What the He--.
"Lepas dulu tuh semangka sebelum ceramah!"
Yap! Semangka yang kumaksud adalah helm yang bang Jen kenakan.
TBC
Hai, maaf banget untuk keterlambatan update. Tapi sekarang aku udah mulai ngegabut lagi. Jadi, bakal rajin-rajin sekarang mah.
Vomment
Vomment
Vomment ya guys!
Aku sayang kalian:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam [END✓]
Fanfictionc h a r l i e p u t h fanfiction "Bisa nggak sih Lo jauh-jauh dari hidup gue?!" bentak Fiona. "Gue nggak bisa, Na. Nanti Lo kangen sama gue. Siapa yang repot? Gue juga. Nanti bulu mata gue rontok semua gara-gara Lo kangen," Charlie tertawa renyah. G...