Sepulang sekolah aku nongkrong di pos satpam bareng Rui yang sedari tadi masih terfokus dengan ponselnya. Rui Fangirl garis keras, apalagi hape nya nyantol WiFi ruang guru yang manteng sinyalnya.
Rui auto jadi autis.
Sedangkan aku, makan cilung yang tadi sudah aku makan setengah. Uang cilung nya sih hasil malak dari Rui, karena uangku takut buat jaga-jaga kalau bang Jen nggak bisa jemput. Jadi aku bisa naik angkot deh.
"Eh Na. Lo tahu nggak? TEMEN GUE FOTBAR SAMA REECE DONG!!!!! ADA YANG DIPELUK SAMA BLAKE JUGA," Rui memekik.
"Yaelah. Si receh sama blek kerupuk lagi. Nggak ada yang laen napa?" Aku sirik.
Karena akhir-akhir ini Rui berteriak-teriak tentang grup band asal UK yang sedang mengisi acara festival musik di Jakarta selama dua hari kemarin. Acaranya sih udah bubar, tapi efek samping buat fan yang cuma modal wipi sekolah macam Rui gini nggak ilang-ilang.
"Eh, gue pengen beli cilung lagi nih. Laper."
"Ongkos buat balik aman?" sahut Rui tanpa melihatku sama sekali.
"Bang Jen mau jemput katanya."
"Udah Lo chat belum?"
"Udah tadi. Katanya habis ada kelas langsung jemput gue,"
Dengan begitu aku dengan santai bisa membelanjakan uang saku terakhirku untuk membeli cilung di mang-mang yang sudah mangkal di depan gerbang.
Posisi pos satpam yang tidak jauh dari gerbang, membuatku bisa membeli cilung hanya dengan menggeser pantat dan sedikit berteriak.
"Mang beli cilung dua."
Tanpa menunggu lama. Cilung dengan bumbu kacang yang berasap sudah siap dinikmati.
"Lo mau?" Tawarku pada Rui.
"Widihh. Boleh nih?" Aku melihat Rui mulai berbinar.
"Beli Sono!" Aku terbahak, lalu melahap habis cilung dengan kenikmatan tiada tara dengan sekali gigitan.
Rui menekuk mukanya masam. Tapi ia kembali mengautis. Bodo amat, yang penting aku ada teman menunggu selagi bang Jen otewe kesini.
Saat aku bergerak membuang tusuk beserta plastik dengan saus yang masih tersisa. Hp di saku rok berdenting, ada line masuk.
Bang Zaynudin:
Lu balik bareng Charlie ya. Abang mau nganterin calon kakak ipar dulu nih. Baik-baik di jalan, Charlie jangan Lo apa-apa in.
/Read/
Cobaan apalagi ini yalord. Uang udah ludes di tangan mang cilung.
Maafin Baim ya Allah.
Selama ini Baim kurang bersyukur, astaghfirullah.
Tidak ada hujan dan geluduk. Charlie datang dengan motornya yang sudah siap berhenti di depan pos satpam tempatku berdiri sekarang.
Charlie gercep juga ternyata.
"Selamat siang tuan putri. Ini helm-nya," Charlie menyodorkan helm berwarna hitam yang aku tahu pasti hasil minjem dari Shawn teman bobrok sekaligus suramnya.
Kalau masih ada sisa uang, aku tidak akan sudi duduk di jok motor Charlie. Tapi ya, itung-itung hemat ongkos juga si. Kalo pakai uang tabungan kan sayang, nanti gagal nonton konser Louis Tomlinson lagi tahun depan.
Bokongku baru saja mendarat di jok belakang motor.
"Acie. Akur-akur ya sama calon imam lu," ejek Rui.
Lah loh lah,, ni bocah autis napa jadi gini dah? Oh pantes, kacamatanya lagi miring.
"Bacot Lo miper!" kataku cepat lalu menepuk bahu Charlie memberi isyarat agar ia segera enyah dari sini daripada menanggapi Rui yang mulai gila.
"Fi Fi, kalo siang ada bintang kaga?" tanya Charlie tiba-tiba.
"Ya nggak ada lah. Suka aneh-aneh Lo,"
"Kata siapa?"
"Kata gue barusan."
"Ada tahu. Ini bintang nya lagi gue bonceng di belakang,"
"Kardus supermi dasar!"
Gatel banget pen nulis. Dahal masih harus ngerjain soal olim MTK huhu:"(
Jangan lupa vomment:*
I'm nothing without you guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam [END✓]
Fanfictionc h a r l i e p u t h fanfiction "Bisa nggak sih Lo jauh-jauh dari hidup gue?!" bentak Fiona. "Gue nggak bisa, Na. Nanti Lo kangen sama gue. Siapa yang repot? Gue juga. Nanti bulu mata gue rontok semua gara-gara Lo kangen," Charlie tertawa renyah. G...