09

40 5 7
                                    

Keterbiasaan yang membuat semuanya menjadi baik-baik saja. Mungkin itulah yang Dinda rasakan sekarang. Sudah lima bulan pasca perpisahan kelas dua belas. Adnan dan teman seangkatannya yang lain sudah mulai sibuk kuliah ditempatnya masing-masing.

Ada yang masih saling temu, ada juga yang bahkan mengetahui kabarnya saja tidak. Dinda sudah duduk dikelas sebelas. Begitu banyak perubahan yang terjadi didirinya.

Begitu banyak pengalaman lain yang Dinda temukan dan rasakan selama itu. Bertemu orang-orang baru, mengenal lebih banyak kelas dua belas yang sekarang.

Bahkan Dinda telah menemukan sosok yang baru. Tidak, tidak untuk dia miliki. Sekedar untuk dia kagumi saja, sama seperti kisahnya pada Adnan. Hanya saja yang kali ini tidak sesesak kisah Adnan.

Tapi tetap saja, terasa sesak juga ketika tahu bahwa laki-laki ini baru saja memiliki pacar. Seorang adik kelasnya sendiri. Baiklah, mumpung belum jatuh terlalu dalam, Dinda memilih untuk melupakannya. Meski seringkali ingatan tentangnya mengorbit dikepala.

Dinda kembali melanjutkan perjalanannya, hingga dia kembali menemukan sosok kakak kelas—yang entah kebetulan atau apa—berada dikelas Adnan dulu.

Dinda berusaha mengenalnya lebih jauh—lagi-lagi hanya untuk dikagumi, bukan untuk dimiliki. Dia pintar, parasnya selalu membuat Dinda suka mengkhayal sendiri, dan dia memiliki senyum begitu manis.

Apakah semua sosok itu berhasil menghapus Adnan seratus persen? Tentu saja tidak. Adnan, masih tetap tinggal. Namun sudah menjadi bagian dari masa lalunya saja.

"Eh anjir, Bang Keano ultah" ujar Dinda tiba-tiba. Gadis itu buru-buru membuka instagramnya, dan benar saja, instastory Keano—sepupunya—penuh oleh ucapan-ucapan selamat ulang tahun.

"Ucapin nggak ya?" tanya Dinda pada dirinya sendiri. "Eh, nggak usahlah, Bang Keano juga udah punya pacar, ntar dikira gue pho lagi idih,"

Konflik batinpun dimulai. Namun tak berlangsung lama, pada akhirnya Dinda memutuskan untuk tetap mengucapkan selamat ulang tahun untuk Keano.

Dinda memasukkan foto itu diinstastory, lalu membiarkannya beberapa saat. Bentar doang, ntar dihapus kok kalo dia udah liat.

Ting!

Sebuah dm masuk keponselnya. Dinda pikir Keano, widih, cepet juga balesnya. Pikir Dinda.

Jemarinya dengan lihai memencet tombol ini itu hingga terbukalah dm instagram.

"Hah? Bang Darren?" Dinda terpaku sepersekian detik, untuk pertama kalinya Darren men-dm-nya.

"Bang Darren, temennya Bang Keano kan? Berarti, seangkatan Kak Adnan?" gumam Dinda.

Dan tanpa Dinda ketahui, semenjak itulah kisahnya dimulai.

•••

Hoho akhirnya part ini tiba juga. Sebenarnya pas Dinda-Darren itu baru inti dari cerita ini. Soalnya deskripsi cerita itu adalah tentang Darren sebenarnya, bukan Adnan hehe.

Liat aja nanti, awas baper. Eh gadeng, aku yang baper.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang