11

35 3 6
                                    

"Tentang takdir, siapa yang tahu?"

"Lo kenal nggak sama ini?" Dinda menyerahkan ponselnya kepada Meila, memperlihatkan sebuah akun instagram yang kemarin men-dmnya.

"Darren? Kenal, Bang Darren alumni sini kan?" tanya Meila.

"Iya, oh lo kenal ya" ujar Dinda. "Kok gue nggak tahu ya, kayak jarang lihat"

"Apaan jarang lihat, tuh orang sering kok lewat depan kelas, waktu itu gue bilang kalo dia lumayan, lah masa lo lupa"

"Yeee mana inget gue, gue aja nggak pernah ngerasa lo ngomongin dia"

"Ck pernah pokoknyaaa" geram Meila. Dinda terkekeh lalu mengiyakan saja. Sebenarnya Dinda sama sekali tidak ingat kalau Meila pernah membahas soal Darren. Kalau memang pernah, pasti Dinda sudah mengenal Darren.

"Tau ah," Dinda menutup kembali ponselnya lalu kembali fokus belajar.

Dalam hatinya menanamkan sifat tidak peduli. Tidak ingin ada lagi yang masuk kekehidupannya. Pikirnya mungkin sudah, mungkin cerita Darren hanya selesai sampai disini. Iya, lambat laun Dinda berhasil melupakan Darren.



Sudah dua minggu berlalu, sebentar lagi ulang tahun Dinda. Gadis itu begitu exited menyambut hari ulang tahunnya. Ya meskipun tidak dirayakan atau apapun, tapi setidaknya dia bahagia. Siapa sih, yang tidak bahagia dengan hari ulang tahunnya sendiri?

Semakin hari itu ditunggu, semakin terasa lambat waktu berjalan. Hingga akhirnya hari ulang tahun tiba. Banyak orang memberi Dinda ucapan dan doa. Bahkan Dinda sampai memenuhi instastorynya untuk membalas ucapan-ucapan itu.

Hingga pada saat Dinda sedang melihat-lihat instagramnya, tiba-tiba notifikasi dm masuk.

Darren: Hbd dek, semoga panjang umur

Senyum Dinda mengembang. Ternyata Darren masih ingin berkontak dengannya. Entah apa yang istimewa, tapi Dinda merasa hal itu spesial.

Mungkin terdengar lebay, tapi, siapa sih yang tidak tersipu ketika seseorang mengucapkan selamat, dan seseorang itu adalah spesial?

Dinda: Makasih loh Bang

Darren: Sama samaaa
Darren: Makan-makan jangan lupa

Dinda: Yok

Darren: Eh beneran
Darren: Becanda doang ituuu

Dinda: Beneran juga boleh:v

Darren: Wkwk malu lah

Dinda: Ih bisa malu juga? Biasanya cowok nggak malu-malu, malahan cewek yang malu

Darren: Iya sekarang mah malu-malu, ntar malu-maluin

Dinda: Yauda bagus kalo malu-maluin hahaha

Darren: Move wa aja

Dinda: Hah
Dinda: Oh iya
Dinda: Mana?

Darren: Bentar

Dinda gregetan sendiri seraya menunggu Darren mengirim nomor whatsappnya.

Gila, mampus, kenapa jadi move wa sih ah, gue nggak kenal cobaaa. Batin Dinda.

Tak lama Darren mengirim nomor whatsappnya lalu segera Dinda save. Benar saja, itu nomor Darren. Semakinlah Dinda merasa canggung dibuatnya. Tapi beruntung Darren orangnya tidak canggung-canggung, dan bahkan benar. Dia memalukan.

Chat dmnya berhenti sampai disitu. Namun ya, berlanjut di whatsapp.

Apakah Dinda membuka hati untuk Darren? Mungkin tidak, bahkan Dinda tidak menyukainya. Tapi apa mungkin suatu saat Dinda akan luluh dan perasaannya berubah. Karena semuanya berawal dari nyaman, dan hal itu yang Dinda dapatkan dari mengenal Darren.

Dan, bisa tidak qoutes yang dulu Dinda temukan itu, can related pada dirinya?

•••

Apa tuh qoutesnyaaa?

Baca part 1 hehe

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang