#5

252 31 23
                                    

🐯 Special Update! 🐯
(Akhir bulan sengaja aku double up, biar cepet END juga 😂)
°
♥♡♥
♥☆→★♥
♥💬♥

°
°

"Kau yakin akan pulang sekarang Yoohyeon-ah, tak ingin menginap barang semalam?" tanya Siyeon ketika Yoohyeon berpamitan untuk pulang ke rumah keluarga Tn Kwak.

"Tidak unnie, mungkin lain kali aku akan kembali untuk menginap. Lagipula besok pagi-pagi aku ada janji dengan pasien. Jika aku menginap disini, tidak mungkin aku bisa datang ke klinik tepat waktu"
.

Ya, Kim Yoohyeon adalah seorang dokter. Dokter kecantikan. Ia memiliki potensi dan juga passion yang sama dengan mendiang Ibunya. Tak tanggung-tanggung, Ia bahkan telah mengantongi sertifikasi sebagai salah satu dokter spesialis kulit terbaik di Korea Selatan, bahkan Ia telah membuka kliniknya sendiri.

Namanya memang klinik, tapi bangunannya sendiri hampir menyerupai sebuah rumah sakit. Klinik Kecantikan Dazzling Beauty, siapa yang tidak mengetahuinya. Salah satu klinik terbesar dengan reputasi terbaik di Negri Gingseng tersebut.
.

"Kalau begitu, aku akan ikut denganmu. Aku juga ingin menemui Paman dan Bibi Kwak".

"Jangan dulu unnie, unnie beristirahatlah dulu disini beberapa hari. Aku janji akan kembali menjemputmu dan membawamu menemui mereka. Mereka juga pasti sangat merindukanmu, tapi jangan sekarang. Tolong dengarkan aku". Pinta Yoohyeon yang kemudian dibalas anggukan pasrah oleh Siyeon.

"Baiklah, aku memang selalu mendengarkanmu Hyeon-ah. Kau berhati-hatilah di jalan. Jika terjadi sesuatu, segera beritahu aku. Kalau sudah sampai, jangan lupa untuk menghubungiku juga"

"Tantu unnie, tenang saja. Kalau begitu aku pamit. Bibi Goh, aku akan pulang sekarang" pamit Yoohyeon pada Siyeon dan juga bibi Goh.

"Aigoo, baiklah cucuku. Berhati-hatilah, ingat pesan unnie-mu. Bibi akan mendoakan keselamatanmu" balas bibi Goh sambil menggenggam tangan Yoohyeon. Yoohyeon lantas memeluknya, kemudian memeluk Lee Siyeon dan berbisik di telinga Unnie-nya.

"Ingat unnie, jangan mentang-mentang aku tidak ada jadi kau bisa berbuat yang aneh-aneh. Aku telah memasang alat penyadap dan mikro kamera di setiap sudut ruangan, terutama kamar tidur dan juga kamar mandimu"
.

Setelah membisikkan hal itu, Yoohyeon menarik dirinya dan tersenyum miring. Sementara Lee Siyeon membulatkan matanya kesal, bibi Goh yang juga melihat dan mendengar kata-kata Yoohyeon hanya terkekeh. Bagaimana tidak, gadis itu berbisik namun suaranya masih bisa ditangkap dengan jelas oleh telinga tua bibi Goh.

Yoohyeon bergegas memasuki mobilnya yang telah disiapkan oleh paman Choi, salah satu pekerja disana. Kemudian Ia mulai mengemudikannya meninggalkan tempat itu.

"Ada apa dengan gadis itu, tak bisakah sekali saja dia tidak membuatku kesal?! Kamar mandi? Apa dia serius? Ah yang benar saja, aku harus segera memeriksanya. Dasar anak anjing menyebalkan!"

Siyeon menggerutu kemudian bergegas naik ke kamarnya. Bibi Goh hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum geli melihat kelakuan gadis-gadis itu yang seperti kucing dan anjing.

***
.

Keesokan paginya, Lee Siyeon terlihat sedang menikmati sarapannya sambil menonton televisi ditemani Lee Yoobin atau akrab dipanggil Dami, cucu bibi Goh yang berdiri di belakang sofanya.

"Ya, Dami-ah. Apa yang kau lakukan di belakang sana? Mari kesini, duduk di sebelahku". Siyeon menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. Dengan ragu-ragu Yoobin mendekat dan kemudian duduk dengan kaku.

"Jangan sungkan padaku, Dami. Apa kau lupa jika dulu kita adalah teman kecil?" tanya Siyeon sambil melirik gadis berambut pendek disebelahnya yang menundukkan wajahnya segan.

"Bukan begitu un- (ralat), Nona Lee. Bagaimanapun kau adalah pemilik dari rumah dimana nenekku bekerja. Tentang masa kecil, kumohon maafkan aku Nona. Karena dulu aku masih kecil jadi belum mengerti batasannya, sekarang a-"

"Sudah, jangan diteruskan. Jangan jadikan kasta sebagai batasan pertemanan kita, kau bebas berada di sisiku sebagai temanku. Orang tuaku tidak pernah mengajarkanku untuk membeda-bedakan orang. Aku juga senang memperlakukanmu, bibi Goh serta yang lainnya seperti keluarga. Dengan begitu aku merasa kita setara dan aku tidak begitu kesepian" kata Siyeon panjang lebar, membuat Dami terpaku.

Ia kagum dan tidak menyangka jika anak dari mendiang majikan neneknya memiliki sifat yang luhur. Dibalik tampang judesnya yang mengintimidasi, terdapat hati yang sangat lembut dan hangat.

"Panggil aku Unnie" kata Siyeon lagi dan saat itu juga satu manik Dami jatuh dari matanya.

"Heol, apa yang kau tangiskan? Apa aku begitu berkilau hingga matamu menjadi perih, huh? Hahaha kemarilah"

Siyeon membentangkan tangannya dan menarik Dami ke pelukannya. Dami merasa terharu diperlakukan seperti itu, air matanya terus menetes namun bibirnya juga menyunggingkan senyuman.

Tak dipungkiri, hampir 20 tahun Ia merasa kehilangan sosok majikan, teman dan juga kakak karena peristiwa itu. Sejak saat itu, dia menjadi gadis yang murung dan pendiam. Berbanding terbalik saat dirinya kecil dulu, saat Ia masih menjadi gadis yang cerewet dan ceria.

"Terima kasih unnie, kau memang yang berbeda. Tidak pernah kutemui sosok yang lebih baik darimu selama kita berpisah. Terima kasih unnie, terima kasih telah kembali"

Siyeon ikut terharu mendengar kata-kata Dami. Ia semakin mempererat pelukannya. Dalam hati Ia menyesali ketakutannya selama ini, yang tidak pernah berani untuk kembali. Padahal di rumah inilah, ada orang-orang yang tidak hanya merasa kehilangan sosok orangtuanya, tapi juga dirinya sendiri.

"Iya Dami-ah, aku kembali. Maafkan aku karena sudah sangat terlambat, kali ini aku tak akan pergi lagi. Jangan menangis"

***
.
.

Pukul 10:00 KST

"Ya, unnie! Apa kau sudah bersiap? Aku sudah menunggumu selama satu jam" Teriak Lee Yoobin dari balik pintu kamar Lee Siyeon. Namun sesaat Ia berteriak, pintu itu tiba-tiba terbuka.

"OMO!!" Teriaknya lagi, kaget, kemudian Ia memegangi dadanya sendiri.

"Ayo berangkat sekarang" Kata Siyeon santai sambil beranjak dari sana.
.
.

"Biarkan aku yang menyetir, unnie" cegah Dami ketika Siyeon hendak masuk ke sisi kemudi di sebelah kiri.

"Kkkk sudah tak apa Yoobin-ah, anggap saja aku tengah melatih ingatanku tentang jalanan disini. Lagi pula, tempat yang akan kita kunjungi tidak jauh dari sini"

"Baiklah kalau begitu, hanya sekitar 30 menit darisini, itupun jika kau tidak tersesat"

"Akan kubuat menjadi 15 menit, dan kalau aku tersesat, ada navigator di sebelahku" jawab Lee Siyeon asal sambil memutar kunci mobil.

"Kenapa masih disitu, apa kau ingin membiarkanku pergi sendiri dan tersesat?" Sambungnya ketika melihat Dami yang masih berdiri di depan pintu sisi kemudi. Mendengar itu, Dami seolah baru tersadar dan bergegas membuka pintu penumpang di belakang.

"Yayaya!! Apa kau sekarang menganggapku Sopirmu?? Duduk di depan!!" perintah Siyeon, Dami hanya menurut.

"Hah, sepertinya aku harus membeli mobil tanpa pintu belakang" gerutu Siyeon lagi.

Kemudian setelah Dami duduk dan mengenakan safetybelt-nya, Siyeon menginjak gasnya dengan keras membuat Dami menggenggam safetybelt-nya sendiri dengan kencang.

"Ya, Unnie!! Yang benar saja, kita masih di halaman rumah!! Jangan ngebut, kau sudah lama tidak mengemudi!!"

Dami berteriak-teriak sementara Siyeon tak memperdulikan sama sekali dan terus saja memainkan kemudinya dengan senangnya sehingga mobil itupun berjalan meliuk-liuk yang membuat Dami merasa sedang menaiki wahana roller coaster.
.
.
TBC

"Jangan jadikan kasta sebagai penghalang pertemanan"
Lee Siyeon (Abandoned)
🐯
°

✍️🏻 : 13 Oktober 2019
📤 : 31 Oktober 2019

Abandoned - {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang