Lose you

827 68 2
                                    

Hari ini Shanum akan pulang. Tadi Iman sudah mengabarinya, dia tidak bisa menjemput. Untuk itulah kini ada Afifah yang membantunya berkemas dan Banu yang menunggu di parkiran.

" Kau sudah merasa benar benar sehat?"  Tanya Afifah di sela kesibukannya mengemas pakaian Shanum ke dalam tas. Gadis itu hanya mengangguk.

" Kau juga benar benar serius menerima Iman untuk menjadi suamimu?" Tanya Afifah lagi.

Shanum menatap Afifah dengan wajah memerah. Dia mengangguk sambil tersenyum malu. Afifah tertawa pelan. Shanum melotot menatapnya. Tangannya memukul pelan lengan sahabatnya itu. Mereka kemudian tergelak. Afifah senang melihat sahabatnya itu terlihat bahagia.

" Sudah beres, aku ke toilet sebentar ya." Ujar Afifah sambil bergegas keluar dari ruang rawat tanpa meminta persetujuan Shanum.

Shanum menatap kepergian Afifah dengan senyum. Lalu tidak lama tirai kembali terbuka. Shanum menatap tirai yang kini terbuka lebar.

" Kenapa kau kem..bali ....." Suara Shanum terbata dan menggantung.

" Hei. Kau Shanum kan, calon istri Iman?"

Seorang wanita cantik berhijab dengan suara sinis memasuki ruangannya. Shanum menatap wanita yang tidak dia kenali itu. Dia diam tidak bersuara.

" Hei, bukankah kalau ditanya kau harus menjawab?"

Suara sinis itu kembali terdengar. Kali ini terdengar lebih tinggi. Shanum gelagapan dibuatnya.

" Maaf, maaf..aku tidak mengenalmu."

Suara Shanum terdengar tergagap. Dia menatap wajah cantik yang tersenyum kecut itu.

" Kau tahu, Iman akan menikahimu hanya karena kasihan padamu. Kau yatim piatu, tidak punya rumah dan bekerja serabutan. Kau juga harus tahu, gadis impian Iman itu bukan gadis sepertimu. Gadis impiannya yang bergamis dengan hijab menjuntai. Dia tidak menyukai gadis liar sepertimu, yang pergi dengan pria mana saja demi untuk sebuah acara yang menghasilkan uang. Iman juga menginginkan gadis dari keluarga baik baik. Sementara kau, kau bahkan tidak mengenali siapa orang tuamu."

Wanita itu menatap tajam Shanum yang terbengong bengong menatapnya. Dia meresapi setiap kata yang wanita itu ucapkan. Dia menunduk, butiran bening yang sedari tadi menggantung kini menitik jatuh ke pangkuannya. Lalu ketika dia mengangkat wajahnya, wanita itu sudah tidak ada di sana.

Dengan sedikit terhuyung Shanum membawa langkahnya keluar dari ruangan. Tangannya yang masih lemah menjinjing tas yang berisi pakaiannya. Dia memutuskan untuk tidak menunggu Afifah yang masih belum kembali dari toilet.

Shanum mengambil jalan samping, agar tidak bertemu Banu yang menunggunya di parkiran. Dia berjalan sedikit tergesa untuk mencapai halte bus terdekat. Dia sudah memikirkan, kemana dia harus pergi.

" Shanum, ayo kita pulang. Shanum..Shanum...kemana sih kamu."

Afifah yang kembali dari toilet mendapati ruang rawat Shanum telah kosong. Dia juga tidak mendapati tas sahabatnya itu.

" Apa mungkin dia sudah pergi lebih dulu ke parkiran.?" Guman Afifah.

Gadis itu membawa langkahnya keluar dari ruangan. Tangannya sibuk mencari nama Banu di kontak ponselnya dan melakukan panggilan.

" Banu, Shanum sudah ada disitu?" Tanyanya cepat begitu panggilannya tersambung.

Jawaban Banu membuat Afifah menghembuskan napas kasar. Dia bingung harus bagaimana. Akhirnya dia memutuskan ke parkiran dan menerima tatapan Banu yang terlihat heran penuh tanya.

" Antar aku ke Sekolah, nanti kujelaskan." Ucap Afifah sambil mengisyaratkan Banu untuk menjalankan mobilnya.

Sepanjang jalan Afifah terus berpikir kenapa dan kemana Shanum pergi. Dia berkali kali berdecak kesal. Lirikan heran Banu tidak dihiraukannya.

Sesampai di parkiran Sekolah dia bergegas turun dan meninggalkan Banu yang terbengong bengong menatapnya.

Dia menerobos memasuki ruangan Iman dan mendapati pria itu sedang berbincang dengan suaminya.

" Shanum pergi, dia pergi ketika aku pergi ke toilet. Aku tidak tahu kenapa dia pergi."

Suara Afifah yang diiringi tangis terdengar bergetar. Iman dan Syaiful menatapnya.

" Apa maksudmu?" Tanya Iman, pria itu bangkit dari duduknya. Wajah terkejut pria itu menatap Afifah yang terisak.

" Dia pergi, Man. Pasti ada sesuatu yang membuatnya melakukan itu." Lirih Afifah disela isaknya.

" Kau sudah menghubunginya?" Tanya Syaiful sambil merengkuh tubuh istrinya yang bergetar karena tangisnya.

Afifah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja.

" Dia meninggalkan ponselnya."

COMPLICATED LOVE ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang