Spoil you

1K 73 22
                                    

Iman terus terang merasa begitu bahagia. Dia sampai terus mengatakannya kepada siapa pun yang ditemuinya.

" Aku bahagia, sangat bahagia. Kalau tahu menikahinya menjadi sebahagia ini, aku tidak akan mengulur waktu untuk berpikir lagi."

Lalu Iman akan tertawa sampai mata teduh pria itu itu berbinar terang. Terlihat sekali dia bahagia.

Lalu orang orang yang mendengarnya terlarut dalam kebahagiannya. Tapi tidak dengan Halimah, gadis itu tetap saja menatap sinis.

"  Tidak akan lama lagi, kau akan menyadarinya, Man. Bahwa wanita itu bukanlah wanita idamanmu."

Ucapan ketus itu ditanggapi Iman dengan senyum dan ketika mata pria itu menangkap kehadiran istrinya di balik dinding. Dia segera saja melangkah untuk menghampirinya. Meninggalkan Halimah yang kini berjalan menuju rumah Ibunya dengan raut kesal.

" Mendengarkan, hm."

Iman menatap istrinya yang tersipu karena ketahuan menguping. Dia membawa tubuh yang perutnya mulai kelihatan sedikit membuncit itu menuju dalam rumah. Menempatkan dengan hati hati di sofa dan mencium keningnya.

" Jangan dengarkan apa pun yang membuatmu berpikir dengan rumit. Aku mencintaimu." Ucap Iman lembut.

" Aku tidak menguping, kebetulan akan ke rumah Ibu. Bi Yumi tadi mengatakan kalau Mang Darta sedang mengambil jambu Mawar di rumah temannya. Aku tidak mau menunggu dia mengantarkannya. Aku ingin mengambilnya." Jawab Shanum tegas. Bibirnya terlihat mengerucut lucu.

Iman menepuk pipinya pelan, lalu dengan sayang menciumnya.

" Istri cantikku jadi manja. Aku senang sekali melihatnya."

Shanum mencebik. Iman tergelak senang. Dia merangkul pundak Istrinya.

" Ayo aku antar ke rumah Ibu." Ucap Iman sambil melangkah. Shanum bergeming.

" Kenapa, ayo aku antar."

Iman menatap istrinya dengan sayang. Shanum menggeleng dengan wajah memberengut. Iman begitu senang melihat istrinya yang manja begitu.

" Abang baru pulang, nanti cape." Ucap Shanum pelan.

Iman tergelak. Merasa geli dengan ucapan istrinya yang merengek manja itu. Shanum malah menekuk wajahnya. Cemberut marah.

" Jangan marah gitu, Abang tidak pernah merasa cape kalau dekat Istri Abang yang manja ini. Ayo ke rumah Ibu. Kasian tuh yang udah nunggu mau jambu Mawar."

Ucap Iman lembut, tangannya perlahan mengusap perut Shanum yang kemudian mengulas senyum manja. Iman tidak mampu lagi berucap dengan perasaan bahagia yang memenuhi dadanya.

Lalu mereka menuju rumah Ibu. Iman yang merangkul pundak Shanum dan wanita itu memeluk pinggang suaminya. Tawa manja terdengar begitu pria itu iseng menciumi telinga istrinya sambil berbisik bisik.

" Waduuh..mesranya. Bi Yumi jadi mau." Ucap Bi Yumi begitu mereka memasuki rumah Ibu. Mereka tertawa.

" Bi, Mang Darta sudah pulang?" Tanya Shanum yang masih memeluk tubuh suaminya.

" Abang wangi, wangi sekali Bang." Ucapnya sambil mengendus tubuh suaminya. Iman tertawa melihatnya.

Bi Yumi juga ikut tertawa melihatnya. Dia tidak jadi menjawab pertanyataan Nyonya mudanya itu. Shanum yang seolah sadar menunduk malu. Iman membawa kepala itu merapat ke dadanya. Lalu merangkum tubuh itu dengan pelukannya. Tawanya belum berhenti. Begitu juga Bi Yumi.

Ibu yang tiba tiba hadir di sana bersama Halimah menatap mereka dengan sorot mata penuh tanya. Halimah berdecih sinis.

" Man, Yumi. Ada apa, kenapa anak Ibu yang cantik ini ditertawakan?" Tanya Ibu dengan suara lembut seperti biasanya.

Halimah menatap Ibu dengan tatapan terpananya. Yumi menggeleng, lalu melangkah menuju ke dapur.

" Yumi mau memanggil Darta, Bu." Ucapnya masih dengan tawa disela ucapannya.

Ibu menatapnya heran. Dia kemudian menatap Iman yang kini menahan tawanya dengan melipat bibirnya ke dalam.

" Istri Iman ini jadi manja, Bu. Iman bahagia sekali. Cucu Ibu di dalam perut ini nakal, Bu. Dia membuat Bundanya manja sekali." Ucap Iman ringan.

Ibu menghampiri mereka. Senyum terlukis di bibirnya. Tangan lembut Ibu mengusap perut Shanum. Lalu dengan suara pelan Ibu berucap.

" Sehat terus ya Cucunya Enin. Tidak masalah membuat Bundanya manja, yang pasti Ayahnya senang."

Halimah yang menatap itu menjadi sedikit kesal, tapi dia merasakan tidak punya lagi kesempatan. Hatinya berkata dia harus menyerah, walaupun pikirannya menolaknya. Lalu dengan perlahan dia berbisik pada dirinya.

" Aku harus mundur teratur. Tidak ada tempat untukku." 



COMPLICATED LOVE ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang