Selamat membaca!!!
(Dulu)
Pov Devano Mahendra
____________________________
Saya merasa risi ketika sepasang lengan menempel dengan manja dilengan kanan saya. Dia, Annisa. Teman sekelas yang bisa melakukan apapun hanya untuk mendapatkan perhatian saya.Saya baru saja selesai latihan futsal untuk lomba yang akan dilaksanakan satu bulan lagi. Badan saya penuh dengan keringat. Tapi, gadis yang mesih menempel dengan saya sama sekali tidak merasa bau dengan tubuh saya. Gila.
Tatapan seluruh anak yang ada dikantin kini tertuju pada saya dan gadis ini. Beberapa kali saya sudah menghindar dari jangkauan dia, tapi tetap saja, dia selalu punya cara untuk bisa dekat dengan saya.
Kami sudah duduk disalah satu kursi yang berada ditengah. Menjadikan kami lagi-lagi pusat perhatian.
Saya heran mengapa banyak sekali orang-orang yang selalu menatap saya seperti ini. Seolah saya adalah sesuatu yang tidak boleh terlewatkan.
"Disini aja dong" Ucap Annisa yang masih menempel dilengan kanan saya. Dia kini berada di samping saya sambil menempelkan sebelah pipinya di bahu saya.
Saya berusaha sabar. Karna kalaupun saya memarahinya, itu bukanlah hal yang benar.
Memarahi perempuan didepan banyaknya orang adalah hal nomor satu yang paling saya hindari.
Tetapi, ketika tingkahnya sudah tidak bisa lagi saya toleransi, ketika dengan tidak tahu malunya dia menempelkan dadanya pada lengan saya, dan mendekatkan wajahnya hingga dia akan mencium saya, disinilah kesabaran saya habis.
Saya bangkit dan menggebrak meja hingga cewek ini berjengit kaget.
Brakkk
"Berhenti ngelakuin hal menjijikan kayak gini!"
Meskipun saya sudah kehilangan kesabaran, tetapi wajah datar saya tidak akan membuat orang-orang mengetahui apa yang saya rasakan.
Saya berjalan keluar dari kantin ini dengan langkah yang saya buat sesantai mungkin. Saya malas ketika harus bersikap bahwa hal yang saya lakukan adalah benar.
Cukup saya yang hanya bisa merasakan apa yang baru saja saya lakukan.
Langkah ini membawa saya menyebrangi lapangan yang sedang panas-panasnya. Ingin segera membersihkan diri dan mengganti pakaian yang sudah sangat lengket ini.
"Woi!"
Teriakan seseorang dibelakang, membuat saya membalikkan tubuh.
Seorang gadis yang nampaknya berusaha untuk mengatur pernapasannya yang sepertinya habis berlari. Apa dia baru saja mengejar saya?
Ah, saya ingat. Dia anak baru tu yang berasal dari Jakarta. Saya dapat merasakan irama jantung saya yang berdetak tidak seperti biasanya.
Dia mendongak keatas karna tubuhnya yang lebih pendek dibanding saya.
"Sadar nggak? Apa yang baru aja kamu lakuin?"
Saya mengernyit. Tidak mengerti dengan apa yang tengah gadis ini bicarakan.
Lalu, sejurus kemudian saya menyadari perubahan emosi pada diri dia. Wajahnya memerah hingga telinga dan kedua tangannya terkepal menahan gejolak amarah yang kapan saja siap ia lontarkan.
Netra saya menatap sekeliling, sekarang sudah banyak siswa-siswi yang mengerubungi kami. Saya dengan gadis ini.
Saya diam. Menunggu kalimat apa yang akan dia katakan kepada saya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye (On Going || Belum Revisi)
Teen Fiction"Ketika masa lalu kembali kuceritakan" -22 Oktober 2019