After Dawn

4.2K 386 41
                                    


"Bagaimana?" Jihoon mendongkak menatap wajah dokter Hwang Minhyun yang tengah melepas masker dan sarung tangan berbahan karet itu sebelum membuangnya di tong sampah medis khusus. "Lukanya cukup dalam, sulit untuk mengeluarkan peluru itu dari balik katup jantungnya" dokter bermata rubah itu melirik kearah Hwall yang tertidur di lorong ruang operasi-pemuda itu memaksa menemaninya ketika Jihoon histeris melihat aksi bar-bar sang kakak tepat di depan matanya.

"Yang lain ?" Jihoon menjilat bibir bawahnya gugup. "Dia okay kan?"

Minhyun terkekeh, mengusak rambut pemuda manis itu sembari mengangguk "Tekanan darah dan organ lainnya sudah lebih baik" Minhyun terkekeh saat mendengar helaan nafas Jihoon yang sedang tersenyum lebar menatapnya.  "Dia siapa?" Dokter bedah tampan itu menatap Jihoon dengan wajah penuh tanda tanya "Sebagai seniormu selama di Harvard satu-satunya hal yang kau pedulikan adalah buku dan juga manusia itu" Minhyun mengarahkan dagunya pada Hwall.

"Dia" Jihoon meremat kemeja kusut itu "Temanku" jawabnya meskipun ragu.

Minhyun mengangguk, mengerti dan tak ingin menekan Jihoon lagi dengan pertanyaannya "Biarkan temanmu itu istirahat dulu, setelah itu baru kau-"

Jihoon mengangguk "Aku akan pulang dulu untuk mengantar Hwall dan kembali saat ia sudah di kamar rawat" Jihoon membungkuk sopan kearah Minhyun-berjalan menuju Hwall dan membangunkan pemuda kurus itu.

Melihat tingkah Jihoon, Minhyun menyunggingkan senyum simpatiknya "Melihatmu peduli pada orang lain ternyata sangat menyenangkan" gumannya.

°°°

"KAU MEMBUNUHNYA?" Mingyu berdiri dari kursi ruang tapat sembari menatap sosok Woojin yang santai meliriknya "Aku hanya menembaknya tolong"

"Ya tepat di dada kirinya" Jinhyuk terkekeh "Astaga Woojin bisakah kau mengurangi sifat emosionalmu itu" Pangeran kota Gangtown itu menepuk bahu Woojin yang menoleh ke arah Jungwoo, pemuda bermata teduh itu berdiri membalas tatapannya dari sebrang sana "Tak boleh ada yang menyakiti orang-orang yang penting bagiku" geram Woojin.

"Lucas sama sekali tidak pernah mendekati Somi kau tahu itu sejak awal" Guanlin mulai mengungkit kisah masa lalu Woojin dan gadis yang sempat bertunangan dengannya empat tahun lalu "Saat itu kalian juga hanya dijodohkan dan Somi menggunakan Lucas untuk membatalkan perjodohan kalian"

"Sudahlah" Seungwoo memijit pelipisnya yang berkedut "aku memanggil kalian karena harus membahas hal penting" Pria itu duduk dikursi pemimpin rapat "Bisakah kita mengurangi ego selama lima belas menit kedepan untuk membahas ini?"

Keempat temannya itu terdiam-mengangguk setuju beberapa detik sebelum Seungwoo menoleh kearah Jungwoo dibelakangnya "Sekretaris Kim bisa kita mulai?"

"Ya sir" Jungwoo tergopoh, matanya bergerak gelisah saat menyadari Woojin tak melepas tatapan padanya, tubuhnya semakin merinding begitu posisi mereka dekat ketika Jungwoo membagikan draft rapat mereka hari ini. "Kau sudah makan siang?" Suara berat Woojin menyentakan pemuda itu. Jungwoo mengangguk. Pipinya panas dan masih menunduk sebelum memutar kemeja lainnya.

"Lima juta dollar?" Jinhyuk menatap seorang komisaris dari perusahaan Seungwoo yang menunduk takut "Tidak begitu banyak tapi ini lumayan  membingungkan" desis pria itu.


"Aku rasa bukan jumlahnya hyung" Guanlin mengarahkan jemarinya pada bagan grafik dari kertas ditangannya "Tapi apa yang orang itu lakukan" mata bulat Guanlin beralih kearah Seungwoo yang tersenyum tipis sebelum mengangguk "Tepat-bukan jumlahnya tapi apa yang  hacker itu lakukan pada sistem keamanan perusahaan dan juga data-data penting tentang kita." Geramnya dengan wajah ramah yang perlahan berubah menjadi dingin dan kelam.

"Bukan orang sembarangan yang bisa meretas data penting ini" desis Mingyu.

"Ya dan merusaknya dengan virus" Woojin meremat kertasnya, satu-satunya orang yang bisa menangani hal ini adalah orang yang tadi siang ia tembak tepat di dada kirinya. "Apa yang harus kita lakukan?" Woojin tidak peduli lagi pada egonya-berhasil menembak Lucas Wong adalah obsesi terbesar Woojin sejak empat tahun lalu. Dan berhasil ia lakukan sekarang.

"Hanya Lucas yang bisa mengurus hal ini" Seungwoo mendesis.

Mingyu mengangguk setuju, berganti menoleh kearah Woojin disebrang kursinya "Ku harap kau tak membuatnya kehabisan darah Park"

Woojin mengeleng "Adikku pasti akan menyelamatkannya" tangan kanan Woojin mengepal kuat.

"How?" Guanlin terlihat bingung, ini pertama kalinya mendengar Woojin mengatakan adiknya mau menyelamatkan orang lain.

"Saat aku menembak bajingan itu, Jihoon mendorong tanganku dan peluru tak tepat mengenai jantungnya"

Mereka menyimak cerita Woojin dengan ekspresi tak percaya "Saat melihat Lucas terjatuh dengan luka itu aku pertama kali melihat Jihoon menangis dengan perasaannya"

Woojin menatap langit-langit diatasnya "Bagaimana bisa selama dua puluh empat tahu dia hidup tanpa merasakan emosi-berpura-pura menangis bahkan didepan ayah kami.."

Woojin kehilangan kata untuk melanjutkan ucapannya.

°°°  

Ruangan bawah tanah itu gelap. Aroma lembap bercampur tembakau berasal dari lintingan-lintingan rokok yang berserakan dilantai. Layar-layar monitor berukuran 15-20 inch terpasang dari masing-masing PC yang menampilkan data-data serta diagram bergerak aktif membuat seorang Lee Taeyong meyeringai puas, rambutnya yang dicat ungu masih setengah basah, lidahnya keluar dengan piercing logam bulat menyusuri bibir tipis berwarna merah muda miliknya. Jari-jari kurus milik Taeyong bergerak lincah menekan-nekan keyboar dan matanya tetap fokus.

Sedikit lagi.

Click! 

File Tersimpan 100%

Taeyong menyeringai lagi sebelum mebuka file tersebut, membaca draft-draft data dengan kode rahasia yang kini sudah bukan rahasia lagi baginya.


Tubuh langsing dengan kulit putih penuh tattoo itu merosot puas dari kursinya. Tawa renyah Taeyong  bergema di ruangan miliknya itu.

Sedikit lagi proses penghancuran Han Seungwoo bukanlah rencana lagi bagi Lee Taeyong.

"Kau akan pulang?" Woojin tersenyum kaku ketika Jungwoo tersenyum terlebih dahulu kearahnya.

"Hmm ya Tuan Han menyuruh saya untuk pulang lebih dulu" Jungwoo meremat coat coklat kusamnya tak bisa menyembunyikan rona merah di pipi halusnya. Woojin mengangguk melirik sekali lagi kearah Jungwoo dengan ragu, teman-temannya yang lain langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Lucas dan Woojin sengaja menunggu Jungwoo di basement sebelum keluar lagi untuk menemui pemuda itu. Demi apapun Woojin awalnya hanya bersimpati pada pemuda dengan mata teduh dan senyuman semanis madu yang kini tersenyum lebih lebar lagi menyentakannya.

"Ada yang bisa dibantu lagi sir?" Tawar Jungwoo kearahnya.

"Ah" Woojin bisa mendengar jantungnya yang kini berdebar semakin kencang.

Tidak, tidak mungkin dia jatuh cinta semudah itu...

"Kau bisa menemaniku kerumah sakit?"




TBC

Bunda Loves You 💋





Undercover [CrackPair 🔞] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang