4.berdosa

1.9K 141 0
                                    

Fathur menatap jendela kamar hotelnya. Pagi ini kota Makassar sedang di guyur hujan deras. Hujan bulan November ini membuat Fathur malas bangun. Tadinya dia ingin pulang pagi, tapi dia urungkan, dia berniat pulang agak siangan.

"Kok perasaan ku gak enak ya?" Gumam Fathur pada dirinya sendiri. Dokter muda itu mengecek heandponenya. Tidak ada pesan singkat dari adiknya, tidak biasanya adiknya seperti ini. Biasanya Hana akan mengirimkan pesan singkat kepadanya, saat dia tidak ada di rumah. Kenapa sekarang tidak ada?

Biasanya heandponenya terdapat notif pesan yang berisi,

'Kakak tersayang, jangan lupa sholat tahajud. Allah menanti doamu.'

Tidak mau terus berfikir negatif, Fathur langsung bangun dari tidurnya dan berjalan masuk kedalam kamar mandi. Jika sampai Hana tahu selepas sholat subuh dia tidur lagi, Fathur yakin, sekarang ini Fathur sedang berada di ruang keluarga dengan Hana yang berdiri di depannya sembari bertausiah.

"Kenapa aku sangat menghawatikan adikku yaallah?" Tanya Fathur dengan perasaan risau. Dia berniat mandi dan langsung pulang sekarang. Perasaannya semakin tidak karuan.

***

Angga sungguh terkejut ketika dia bangun tadi, dia berada di kamar yang bernuansa putih berpadu dengan merah muda. Yang bikin Angga bingung, sekarang ini dia sedang bertelanjang bulat.

Suara air yang berasal dari kamar mandi membuat Angga yang sedang memunguti bajunya berhenti sejenak.

Angga sadar, ini rumah siapa!

"Hana..., Han....."

"Keluar!!" Teriak Hana dengan bibir bergetar.

"Han, aku..."

"Keluar!! Aku bilang keluar!!" Teriak Hana semakin menjadi-jadi. Angga keluar dengan tubuh lunglai. Dia mendorong motor ninjanya keluar dari perkarangan rumah Hana menuju rumahnya.

Angga masuk kedalam rumahnya dengan perasaan bingung, resah, dan kecewa.

"Bagus!! Bagus sekali pergi pagi, pulang pagi. Mau jadi apa kamu, hah?!" Bentak Bagas, dia berdiri di anak tangga terakhir. Jujur saja hari ini Angga sangat capek, dia malas berdebat dengan papanya.

"Papa kerja gak pernah pulang itu buat kamu, buat masa depan kamu. Jangan karena papa jarang ada di rumah, kamu bisa seenaknya." Lanjut Bagas, dengan suara lantang. Angga menatap papanya tajam. Tidak ada rasa takut di dalamnya.

"Jangan cuma bisanya nyalahin aku, Pa. Memang papa tahu apa yang aku lakuin selama ini? Apa yang aku kerjakan tanpa papa? Dan kejadian apa yang menimpaku hari ini?" tanya Angga serak, dia tidak pernah menangis. Bahkan saat dia dihajar oleh papanya sendiri, dia tetap diam dengan tatapan dingin.

Angga sudah terbiasa dibilang anak pungut, karena dia tidak punya mama. Sedangkan papanya sibuk bekerja, seakan tidak perduli dengannya. Dan itu terlihat bahwa dia tidak memiliki seorang papa.

Angga sudah terbiasa melawan rasa sakitnya sendiri ketika dia kecil. Jika Anak seumurannya sakit di sayang oleh kedua orang tuanya, berbeda dengan dirinya. Papanya hanya akan mengirim uang untuk dia periksa kedokter.

Jika wisuda semua orang di wakili oleh kedua orang tuanya, berbeda dengan Angga. Angga selalu di wakili oleh orang tua Alan.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang