24. kenapa tidak kamu saja yang mati?

2.2K 149 4
                                    

Hana berjalan terburu-buru menyusuri koridor kampus. Hari ini dia sedang ada kelas pagi. Gara-gara telat bangun jadilah dia terlambat.

Jilbab yang Hana kenakan sampai harus berantakan karena dia tidak sempat membenahinya.

Bruk...

Hana meringis sakit ketika ada yang menabraknya dari belakang. Hana tersungkur hingga lututnya terluka.

"Ups..., maaf ya Kak Hana tersayang, Sakit ya? Aku gak lihat." Sinis Meli, membuat Hana menunduk. Berulang kali dia membaca istigfar di dalam hati, jangan sampai dia memusuhi sepupunya sendiri.

"Apa kabar, Mel?" Tanya Hana, sambil tersenyum manis kepada Meli.

"Gak usah sok baik deh. Minggir, aku mau nganterin bekal buat calon suami aku. Mending kamu cepat-cepat cerain Mas Angga, karena dia tidak mencintai kamu. Dari pada menjadi istri yang tidak di inginkan?" Sinis Meli, dia melewati Hana begitu saja. Air mata Hana meluncur lewat kedua matanya. Bibirnya tersenyum getir, apa sebegitu hina dirinya di depan suaminya? Hingga suaminya sampai tidak menginginkan dirinya.

Kaki Hana berjalan keluar dari kampus. Rasanya dia malas masuk kedalam kelas. Entah bagaimana nilai Kuis yang diadakan dosennya, dia tidak perduli. Air mata Hana menetes di sepanjang jalan. Dia tidak perduli jika dia terlihat rapuh di depan semua orang. Toh memang nyatanya begitu.

Hana berjalan masuk kedalam kedai es krim yang letaknya dekat penginapan Hotel milik Angga. Dia memesan es krim rasa Coklat kesukaannya.

"Ini mbak es krimnya." Ucap pelayan yang langsung pergi saat Hana sudah menganggukkan kepalanya. Pagi ini matahari sangat terik, banyak sekali pemuda-pemudi yang mampir di kedai Es krim ini.

"Apa es krimnya enak?" Tanya seorang lelaki tampan yang sedang memakai kemeja biru laut serta lengan yang di gulung.

"Kak Davit?" Hana tersenyum kearah Davit. Dia mulai memanggilnya kakak setelah tahu kalau Davit itu adalah kakak dari Angga.

"Kakak?" Tanya Davit, sambil menaikkan satu alisnya.

Hana tersenyum menanggapi pertanyaan yang keluar dari bibir lelaki di depannya.

"Iya, usia kakak kan di atasku." Sontak jawaban yang Hana berikan membuat Davit tertawa. Dia duduk di depan Hana sambil menatap wajah perempuan manis di depannya.

"Kenapa kamu tidak kuliah?" Tanya Davit, sambil mengeluarkan heandpon di saku celana bahannya.

"Gak kenapa-napa." Dusta Hana. Davit tersenyum simpul. Dia tahu, perempuan di depannya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Mau membohongiku hem...?" Davit menaikan satu alisnya. Senyum yang lelaki itu berikan mampu membuat Hana salah tingkah.

"Yaallah, jangan engkau membuatku berdosa dengan mengagumi lelaki yang tidak mahramku." Batin Hana, berkata.

"Kamu bisa membohongi dunia, tapi tidak dengan aku. Gelagat yang kamu tunjukkan sudah cukup memberi tahu diriku tentang keadaan dirimu yang sekarang." Davit tersenyum misterius.

"Kakak sendiri ngapain jam segini disini? Bukannya ini masih jam kerja?" Tanya Hana, sambil mengalihkan pembicaraan.

"Bos kan bebas." Kekeh Davit yang langsung di hadiahi plototan mata oleh Hana.

"Gak boleh gitu kak." Tegur Hana, dia menasehati Davit dengan perkataan lembut.

"Bercanda kok, cuma mau ngadem bentar." Jawab Davit, sambil tersenyum kepada Hana.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang