Epilog

815 33 0
                                    

Sampai di bagian akhir gue menulis cerita ini gue masih enggak tahu Rachel pindah kemana. Yang gue ingat setelah kejadian malam itu gue terbangun lemas di kasur kamarnya dan Rachel bercerita hingga menangis ke papanya yang sudah tiba pada pagi harinya. Rachel menangis terisak karena kejadian malam itu.

Dua hari kemudian ia dan keluarganya pergi entah kemana. Bahkan sepulangnya gue kuliah malam, gue enggak melihat satu lampu pun di rumah Rachel yang dinyalakan. Gue bertanya ke Mang Rojak dan dia pun bercerita kalau Pak RT baru saja pindahan dan enggak tahu pindah kemana.

Yang menjadi misteri adalah gue sama sekali nggak tahu siapa Pak Yono yang Rachel bilang dan dua anak kecil itu. Jujur gue nggak sanggup kalau gue disuruh membayangkannya lagi. Pikiran gue bener–bener lemas dan takut pada saat itu.

***

"Pamit dulu ya mang."

"Ah eneng mah ninggalin mang."

Pada hari ini, hari Rabu di bulan Oktober gua memutuskan untuk pindah kost dan menghilangkan rasa trauma dalam diri gue. Sedikit demi sedikit gue mengumpulkan uang untuk pindah kost. Jika kalian bertanya darimana gue mendapat uang, gue bekerja paruh waktu dan gue sengaja nggak kasih tahu ke kakak gue kalau gue bekerja dan uangnya ini untuk pindah kost. Gue harap dari cerita yang gue tulis, ini menjadi pengalaman menyeramkan terakhir kali.

"Kan masih ada anak-anak lain."

Jika kalian pikir kost Pak Broto itu sepi kalian salah, kostnya masih ramai walaupun tidak penuh. Para penghuni kost tidak ada yang tahu soal angkernya depan rumah yang karena gue, termasuk Mang Rojak mencoba untuk menutupinya. Hitung-hitung membantu Pak Broto juga agar kost nya tidak sepi, kasihan juga kalau kostnya sepi, kasian Mang Rojak juga.

"Nah, itu neng taksinya sudah datang."

Taksi pesanan gue sudah tiba dan gue pun langsung memasukkan koper dan beberapa tas gue ke dalam bagasi taksi sambil dibantu oleh Mang Rojak.

"Mang pamit dulu. Ini ada kenang-kenangan buat mang."

Gue menyelipkan amplop cokelat besar berisi uang yang tidak banyak dan satu buah salinan cerita ini, hitung-hitung menceritakan pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan.

"Ih makasih neng." ujar dia yang sebenarnya belum tahu apa isi amplop besar itu.

"Gue langsung menyalaminya dan berbisik."

"Ingat mang, mereka ada dan mereka nyata."

"iya neng, mang tahu." ujar Mang Rojak singkat sambil tersenyum.

Setelah itu gue masuk ke dalam taksi dan menuju kost baru yang bisa melupakanku akan Rachel, rumahnya dan di antara rumah yang kosong itu.


Di Antara Rumah yang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang