Kosongnya rumah Ibu Sari di sebelah kiri rumahku membuat rumahku kini diapit oleh rumah-rumah kosong. Kali ini aku akan menceritakan rumah kosong di samping kananku. Rumah dengan cat kuning yang telah memudar dan atap kanopi yang sudah ambruk ditambah rumput panjang yang ada dimana-mana.
Jujur aku selalu was-was kalau melewati depan rumah ini malam-malam, kadang siang pun begitu juga sih. Makanya itu aku lebih suka berjalan yang melewati depan rumah Ibu Sari dibanding dengan jalan di depan rumah ini karena hawanya yang aku rasakan selalu berbeda.
Aku masih ingat pada pemilik rumah ini, yaitu Ibu Tiara yang tinggal bersama suaminya yang aku lupa namanya dan juga kedua anaknya. Ketika aku masih kecil dulu, aku sering diberi mainan oleh suaminya. Pekerjaan suaminya adalah seorang pelaut, dia sangat jarang berada di rumah. Sekalinya pulang, ia membawa mainan untuk kedua anaknya dan juga untukku padahal dua anak laki-lakinya dan aku jarang sekali bermain bersama karena waktu kecil aku lebih suka bermain sendirian. Mainan pemberian suami Ibu Tiara bermacam-macam, mulai dari boneka Barbie hingga peralatan masak yang kata orang tuaku mahal harganya.
Papa dulu sampai mengatakan kepada suami Ibu Tiara untuk tidak usah repot-repot memberi mainan untukku, namun suaminya dan Ibu Tiara berdalih itu semua hanyalah oleh-oleh ketika ia berlayar. Waktu suaminya memang dihabiskan di tengah laut. Papa bilang semua mainan pemberian suami Ibu Tiara dibeli di luar negeri karena suaminya sendiri berlayar di area Eropa hingga China.
Namun ketika aku SD, lebih tepatnya kelas tiga SD, suami Ibu Tiara meninggal dunia. Padahal umurnya tidak begitu tua dan masih terlihat muda. Mungkin Tuhan berkehendak lain sehingga suaminya meninggalkan keluarganya. Aku masih ingat betul ketika aku datang ke rumahnya bersama papa dan mama. Mama mencoba menenangkan Ibu Tiara dan ayah menemani anaknya yang masih terlihat bingung melihat ayahnya meninggal. Setelah suami Ibu Tiara meninggal, tidak ada lagi yang memberikanku mainan.
Jujur, kedua orang tuaku jarang sekali memberikan aku mainan. Mereka hanya memberikanku mainan ketika aku berulang tahun. Aku sendiri tidak merengek akan hal itu karena dulu jika aku bosan bermain, aku bisa bermain sambil ditemani mama yang masih menjadi Ibu Rumah Tangga.
Tapi sekarang, mama sudah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu kantor pemerintahan di kota ketika aku beranjak kelas lima SD. Sepeninggal mama yang bekerja, toh sebenarnya aku tidak merasakan kesepian juga karena pada saat itu sepulang sekolah aku selalu ikut bimbingan belajar yang di suruh oleh papa mama dansetelah bimbel selesai aku pun pulang bersama mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumah yang Kosong
Terror- SETIAP RUMAH MEMILIKI KISAHNYA SENDIRI - Gue Dini Rahmawati. Cewek berusia 19 Tahun yang akan mengenyam dunia perkuliahan. Kampus gue yang berada di luar kota memaksa gue harus merantau dan meninggalkan kakak gue sendirian yang ada di kampung. Ngg...