Mulai dari awal

52 5 0
                                    

(Di meja makan) "Selamat pagi ayah bunda yang aku sayang" ucapku sambil mencium dan memeluk manja ayah dan bunda.

"Pagi juga sayang" Ucap ayah bunda berbarengan.

"Kamu siapkan pergi ke sekolah hari ini?" Tanya ayah sambil memegang tanganku yang hendak mengambil roti.

"Siap ayah, kan aku kuat." Jawabku.

"Ayah bunda aku telat nih soalnya mau ada bimbingan sama dosen ku. Aku berangkat duluan yah bye ayah bunda dan adik jelek". Ucap Abang Roy sambil melambaikan tangannya.

"Tuh kan bener kata aku juga apa pasti dia telat."

"Kenapa nes?" Tanya bunda.

"Ngga ko Bun hehe, ayah hari ini nganterin aku dulu kan ke sekolah. Aku aga sedikit malu ya." Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Iyah dong sayang, yaudah yuk berangkat nanti kamu juga telat."

Ayahpun langsung mengantar ku kesekolah. Rumah ku ke sekolah hanya berjarak 20 menit saja jika menggunakan mobil pribadi, kalo pake motor paling 10 menit juga sampai.

Sampailah aku pada gedung yang bernuansa biru ini. Setiap sudut mengingatkan ku tentang kenangan indah semasa aku sekolah disini.

"Ayo kita masuk."

Langkah demi langkah aku pijaki, aku memasuki gerbang sekolah dan kupandangi semua sudut ruangan yang ada disana. Ku tengok kanan terdapat lapangan basket yang dimana dulu Aldi menembakku. Ku tengok kiri terdapat pohon rindang yang dimana aku biasa berkumpul dengan pacar dan sahabat-sahabatku. Mengingat semua kenangan itu membuatku menjatuhkan air mata.

"Aku gaboleh cengeng, aku harus kuat." Ucapku dalam hati.

Tak kusangka ternyata aku sudah berada di depan pintu yang bertuliskan "Kepala Sekolah" Ayah mengetuk pintu dan dari dalam kulihat suara khas yang dulu sering kudengar. Ternyata seperti ini suara Bu Susi. Ya, Bu Susi adalah kepala sekolah SMA Nusa Bangsa. Beliau adalah sosok kepala sekolah yang humoris dan sangat peduli terhadap seluruh muridnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hai anes how are you? Welcome back."

Ya begitulah Bu Susi, beliau selalu menggunakan bahasa gado-gado Indonesia-Inggris. Biasalah anak Jaksel. Sebenarnya dia selalu bilang sedikit-sedikit kita harus bisa terbiasa dengan bahasa Inggris karena zaman sudah semakin maju. Di masa yang akan mendatang saingan kita sudah dengan pegawai-pegawai asing. Makanya jika kita ingin sukses kita harus mempunyai skill dalam berbahasa asing khususnya bahasa Inggris.

"Silahkan duduk-duduk."

Ayah dan Bu Susi pun mengobrol panjang lebar untuk menjelaskan kedatanganku kemari. Sebenarnya ayahku sudah pernah bilang tapi ada hal lain yang dibicarakan. Mulai dari biaya sekolah, penempatanku dan hal lain sebagainya. Aku hanya bisa mendengarkan sambil mengamati sekeliling dengan Synesthesia yang aku miliki ini.

Setelah selesai Bu Susi pun memanggil Pa Wawan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Aku pun diantar ke ruang kelas 12 Bahasa 1 .

Selama diperjalanan setiap siswa disini memperhatikanku. Sebetulnya aku cuek-cuek saja si tapi yah agak risi saja kalo dilihatin terus menerus.
Sampailah aku ke kelas 12 Bahasa 1. Akupun diperkenalkan dan ternyata semuanya sudah pada tahu. Mungkin gosip tentang aku dan teman-temanku dulu sudah menyebar disini.

"Assalamualaikum, hallo nama gue Anesthesia kalian boleh manggil gue Anes."

"Waalaikumsalam, hai ka anes."

"Sorry karena kita sekarang sekelas panggil Anes aja yah."

Semuanya pun mengangguk mengiyakan.

"Kamu bisa duduk di sebelah Reza yah dia kebetulan ketua kelas disini." Ucap Bu Henny wali kelas 12 Bahasa 1.

"Sama cowo Bu?"

"Iyah."

Aku pun langsung duduk di sebelah Ketua kelas itu. Dia mengulurkan tangan lalu memperkenalkan diri.

"Gue Reza, akur2 yah sama gue. Tenang gue buka pedofil."

"Idih sok asik banget si." ucapku dalam hati

"Yaudah kita mulai aja yah pelajaran hari ini. Buka buku paket kalian yah." Ucap Bu Henny.

"Aduh buku paket darimana yah." Ucapku kebingungan.

"Berdua aja sama gue." Tawar Reza

"Eh, ok thanks."

2 jam kemudian Bel istirahat pun berbunyi. Aku pun membuka bekal yang tadi disiapkan oleh bunda.

"Bawa bekal? Ga ke kantin?" Tanya Reza.

"Iyah dibawain bunda. Ngga mau di kelas aja."

"Yaudah gue temenin deh."

"Eh?".

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang