Beradaptasi dengan anugerahku

30 4 0
                                    

"Gue panggil nes gapapa kan yah?"

"Hmm kan udah gue bilang tadi" jawabku cuek sambil menyantap nasi goreng sosis ala bunda

"Cuek bat dah." Ucap reza sambil mengeluarkan gitar dari tasnya lalu mulai memainkannya.

"Bisa main gitar?" Tanyaku.

Sebenarnya cuma basa basi aja si, habis kasian kan kalo sama aku dicuekin Mulu. Mau gamau akub harus mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini. Hufht.

"Menurut Luh?" Jawabnya ketus sambil memainkan gitarnya

"Hmmm"

Sudah berusaha bersikap baik, dianya malah balas ketus, menyebalkan bukan.

Tiba-tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku. Mungkin sedari tadi aku melihat suara-suara yang baru ku kenal hal ini membuatku sakit kepala tiba-tiba saja aku tidak sadarkan diri.

(Di UKS)
Di alam bawah sadarku, aku mendengar warna-warna bernuansa putih, baju, dinding, kasur, semuanya berwarna putih. Sepertinya ada satu orang tapi kenapa aku tidak bisa memprediksi siapa dia. Warnanya suaranya tak bisa ku jelajahi.
Perlahan aku mulai membuka mataku, benar saja aku berada di UKS. Hufht sepertinya selama aku sekolah disini, baru kali ini aku dibawa ke UKS.

Aku hanya memandang langit-langit ruangan dengan pasrah. Di sampingku sudah ada Reza, dia menanyakan tentang keadaanku. Tapi aku enggan menjawab. Aku merasa hanya ingin diam dan hilang saja dari bumi. Aku merasa tak sanggup lagi hidup. Atau aku ingin hidup tapi aku ingin di rumah saja, di dalam kamarku yang hanya bisa melihat suara ayah, bunda dan abangku.

Tiba-tiba ada suara seseorang "Nes, kamu harus hidup. Maafin aku yah yang udah buat kamu kaya gini. Kamu harus bisa ngendaliin hal itu. Kamu pasi bisa nes. Kamu kan kuat dan selalu ceria. Aku disini baik-baik aja nes. Kamu harus bahagia." Hah aku yakin, itu suara Aldi. Ya, Aldi.
Tiba-tiba aku merasakan air yang asin. Hufht ternyata air mataku. Reza tanpa henti menanyakan keadaanku.

"Are you ok nes? Don't worry Im here for you."

"Eh Iyah hm, gue baik-baik aja ko. Hehe maaf yah ngerepotin."

"Syok anjir gue, eluh pingsan terus pas bangun malah ngelamun dan nangis. Eluh yakin baik-baik aja?"

"Iyah ko. Gue kan aneh hehe."

"Hushh apaan si. Eluh mau gue Anter pulang?"

"Kagalah, gue mau balik ke kelas aja."

"Lah ngapain balik lagi ke kelas, orang ini udah sore. Orang-orang udah pada balik."

"Hah sore?" Ternyata aku pingsan lumayan lama juga yah. Hmm aku harus mulai beradaptasi nih. Aku gabisa kalo harus gini terus semangat Anes.

"Iya, tas eluh udah gue bawain. Mau dianter ga?"

"Gausah, bokap gue udah janji jemput."

"Yaudah gue Anter sampe gerbang yah."

"Terserah eluh deh."

Reza pun mengantarkan aku ke depan pintu gerbang sekolah. Tiba-tiba ponselku berbunyi, terlihat bahwa di layar handphone terdapat tulisan "Ayah sayang call you."

"Hallo yah? Aku udah di depan gerbang sekolah nih."

"Maaf yah nes, ayah gabisa jemput nih tiba-tiba ada meeting mendadak. Kamu naik ojek online aja yah."

"Yahh, okdeh yah."

"Hati-hati yah di jalan. I love you."

"Love you too."

"Kenapa ayah Luh gabisa Jemput? Yaudah gue Anter aja yah. Gaboleh nolak. Eluh tunggu sini gue ambil motor dulu. Ok?"

Hahh mau bagaimana lagi, aku hanya bisa mengangguk mengiyakan.

Selang 5 menit, dia pun menghampiriku dengan membawa motor Kawasaki ninja
ZX-10R yang berwarna hijau.

"Ayo naik ratu."

"Apasi."
Aku pun menaiki motornya dengan perlahan. Aku menaruh tas di depan agar aku tidak terlalu menempel dengannya.

"Siap ratu?"

"Iyah udah."

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang