Its will be right, ok?

29 3 0
                                    

Aku terus berlari kencang sampai-sampai aku kehilangan keseimbangan. Sepertinya kakiku tekilir sakit sekali, reza datang menghampiri dan menanyakan keadaanku ada apa dengan dengan diriku.

"Kenapa si lu nes, tiba-tiba lari gitu jatoh kan akhirnya."

"Gue liat za, gue liat."

"Liat apa si nez? Kan daritadi lu di kelas."

Dengan spontan aku langsung memeluk Reza dan menangis dipelukannya. Reza mulai membalas pelukanku sambil mengusap lembut punggungku.

"Yaudah gapapa nangis aja, pelan-pelan ceritain semua ke gue yah. Jangan takut ada gue disini."

Aku melepas pelukanku lalu Reza membantu membangunkan ku yang sedari tadi merasakan sakit di kaki.

Tanpa permisi Reza langsung menggendongku dan dibawanya aku ke UKS. Lagi lagi ketempat ini.

"Sini gue obatin." Reza mengambil obat pijit dan langsung mengoleskannya ke kakiku. Aku mengernyit kesakitan.

"Pelan-pelan ngapa za, mau bunuh gue lu."

"Ini gue pelan-pelan ko. Udah untung gue bantuin."

"Oh jadi ga ikhlas nih? Yaudah gue balik lagi aja dah ke kelas."

Aku berusaha berdiri namun tak bisa.
"Tuh kan, udah tau lu sakit. Ngeyel si." Ucap Reza kesal.

Apa daya aku hanya bisa menuruti keinginannya.

"Tenang, gue jago ko mijit. Engkong gue kan spesialis pijit."

"Hah serius?"
"Kaga lah canda. Hahahaha"

"Jadi, mau cerita ga?" Lanjutnya

"Lu ga bakal tau apa yang gue rasain."

"Tau ko, lagi sakit kaki kan lu? Gue juga pernah."

"Bukan itu." Ucapku kesal

"Ya, terus apa sayang?" Rayunya.

"Apaan si lu sayang-sayang."

Tanpa sadar ternyata pipi ku menjadi merah. Aku baru sadar ternyata 2 tahun kebelakang ini sudah lama tidak ada cowo yang memanggilku sayang selain Ayah dan Abang.

Biasanya Aldi selalu memanggilku sayang, kapan pun dan dimana pun.

"Yeh malah bengong."

"Gue pengidap Synesthesia."

"Hah? Senorita? Kaya lagu aja. Canda yah Luh."

"Ih za, bukan senorita. Budeg kali Lu."

"Iyah gue denger ko. Syenesthesia kan? Btw gue baru denger tentang Synesthesia dah. Synesthesia itu apa?"

"Orang bilang si penyakit langka, gue bisa mendengar warna dan melihat suara. Lu ngomong aja gue kek liat tangga nada suara. Walaupun gue tutup mata tapi gue masih bisa liat warna. Karena gue denger warna-warna. Gue alamin ini setelah kecelakaan dua tahun lalu. Tapi menurut gue ini bukan penyakit, gue menganggapnya anugerah dari Allah SWT."

"Gue setuju sama lu. Keren si gue bisa punya temen kek lu."

"Makasih. Tapi gue bingung"

"Bingung kenapa nez."

"Gue kan biasanya cuma bisa denger warna atau lihat suara itu yang terdekat aja. Paling kurang lebih 30 langkah dari gue. Tapi belakangan ini gue jadi bisa sampe jauh, bahkan sebelum kejadian gue udah bisa liat. Contohnya tadi pas lagi di kelas. Gue tau ada yang naik tangga ke loteng dan dia itu nangis sampe akhirnya ngejatuhin diri sendiri. Gue liat za."

Tak terasa air mataku jatuh kembali. Reza menghapus air mataku dengan tangannya sambil berkata "ini bukan salah lu ko."

"Ini salah gue, coba gue langsung lari dan tarik dia supaya ga bunuh diri za."

"Husss udah jangan dipikirin, jangan salahin diri lu sendiri."

"Senyum dong." Reza mulai merayu ku.aku pun tersenyum.

"Nah kan kalo senyum cantiknya nambah"

"Apaan si ga lucu za." Ucapku sambil memukul pundaknya.

Kami pun langsung pulang karena kegiatan pembelajaran dihentikan.

Ternyata yang bunuh diri adalah Tesa kelas 12 IPS 5, Dia bunuh diri karena depresi dirinya hamil diluar nikah.

Keesokan harinya, sekolah tetap berjalan seperti biasanya. Kaki ku masih terasa sakit karena terkilir. Aku berjalan sambil terpincang-pincang.
Setibanya di kelas, kelas sudah ramai dengan suara-suara gosipan kasus bunuh diri kemarin.

Di luar terlihat polisi hilir mudik sedang memeriksa TKP. Aku duduk di bangku sambil lagi-lagi menbaca novel Pram. Reza nampaknya kesiangan dia langsung duduk di sampingku.

Tiba-tiba dia menatapku sambil berkata "Its will be right,ok?"

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang