Mengapa aku bisa melihat ini?

31 3 0
                                    

"Mba sudah sampai." Ucapan Abang OJOL mengejutkanku.

"Eh bang, tadi ada yang kecelakaan bukan si bang?" Tanyaku penasaran.

"Ngga ada mba, tadi aman dan lancar."

Terus, apa suara yang aku lihat dan dengar tadi.

Setibanya di kelas aku langsung duduk dan membaca Novel Anak Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer yang merupakan novel lanjutan dari Bumi Manusia. Alur ceritanya sangat seru, mengagumkan dan tidak bikin cepat bosan. Ceritanya mengalir seperti air, sebagai pembaca aku seolah-olah ada di tengah-tengah tokoh yang diceritakan. Menakjubkan bukan?
Sedang asyik membaca tiba-tiba datang Reza, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki yang belum aku kenal.

"Hallo nes, ini Rengga, Bani, Ica dan Siti. Mereka teman sekelompok kita."

Aku perhatikan mereka satu-persatu Rengga bertubuh tinggi, kulitnya putih, badannya juga berisi sepertinya dia anak olahraga banget nih. Aku lirik sebelahnya ada Bani, kulitnya putih, bertubuh tinggi kurus, hidungnya mancung sepertinya dia keturunan Indo-Arab deh. Aku perhatikan lagi sebelahnya ada Ica, Ica berambut panjang curly  dibawahnya, tingginya sepundak tinggi Bani, sepertinya anak hitz nih karena tampilannya kekinian banget. Disebelahnya ada Siti, sesuai namanya dia emang masih agak kampungan gitu, dia berkerudung dan berkecamata sepertinya dia pintar.

"Woy nes, ngelamun lagi. Terpesona Luh?" Teriakan Reza si cowo tinggi, tubuhnya berisi, hidungnya mancung, rambutnya klimis sontak membuatku kaget. Eh kenapa aku malah mendeskripsikan dia juga. Hufht.

"Eh Iyah sorry, Hallo gue Anes. Semoga kita bisa menjadi tim yang solid." Ucapku sambil melemparkan senyum.

"Hah, apaan si formal banget." Ucap Ica dengan ketus

Kringgggggggg  bel masuk sudah berbunyi. Pembelajaran pun di mulai.

3 jam kemudian bel istirahat pun berbunyi. Seperti biasa bunda membuatkan ku bekal. Baru saja ingin membuka bekal aku malah ditarik Reza keluar. Aku berjalan sambil menenteng bekal ku, Reza menarik bajuku sudah kaya menjinjing kucing. Aku berusaha melepas tapi tarikannya kencang sekali. Jika aku paksa nanti yang ada bajuku robek. Hufth menyebalkan.
"Reza mau kemana si, sakit tau lepasin ga? Gue bisa jalan sendiri."

Akhirnya Reza melepaskan tarikannya.

"Hehe sorry, sorry abisnya kalo ga gue tarik Luh gabakal mau ikut ke kantin."

"Nyebelin banget si." Setelah dipikir-pikir sudah lama juga si aku ngga ke kantin. Kantin yang bernuansa hijau dikelilingi dengan aroma-aroma masakan di warteg mba Minah, dipenuhi dengan aroma bakso mas ajo, mie ayam pa Yamin, somay mang oco adapun diramaikan dengan suara blender yang dikeluarkan oleh pop ice Bu Ade, huaahh aku jadi lapar.

Sesampainya di kantin ternyata disana sudah ada Rengga, Bani, Ica dan Siti.

"Hay za, nes, sini." Teriak Rengga.
Aku dan rez pun menghampiri mereka.

Aku duduk di samping Siti, Siti pun melemparkan senyum kepadaku.

"Kamu mau pesen makan apa?" Tanya siti dengan sikap polosnya.

"Hmm aku bawa bekal nih, mau es jeruk aja deh."

"Gue mau mie ayam bakso yah." Ucap Rengga.

"Gue soto ayam aja dah." Pinta Bani.

"Gue sate ayam deh." Ucap Ica.

"Kalo gue mau Anes aja deh." Celetuk Reza.

"Apaan si gajelas banget Luh za." Ucapku ketus.

Reza tertawa yang lainnya pun ikut tertawa hanya Ica yang berwajah seperti orang yang kesal sambil melirik kearah ku, kenapa yah?.

"Yaudah gue catet yah." Ucap Siti sambil mencatat pesaann mereka lewat smartphonenya.

"Eh kali-kali yang pesen jangan Siti dong, kasian Napa dia Mulu." Ucap Reza.

"Yaudah lu aja dah za." Jawab Rengga.

"Iyah bener." Bani dan Ica menjawab berbarengan.

"Yeh, yaudah dah gue. Sekalian mumpung gue lagi baik gue traktir kalian."

Serentak berkata "Asyyyiiiiikkkk.'

"Caper kali yah lu karena ada Anes." Celetuk Rengga.

"Hm Iyah ngga yah hehehehe."

Aku terdiam sambil sesekali mengcek handphone.

"Makan aja duluan nes, Sans ko kita mah." Tawar Bani.

"Hmm ngga ko, barengan aja sama kalian."

Tak lama kemudian Reza pun Dateng.
"Wehh pak bos sudah datang, lah tapi ko dia gabawa apa-apa. Mana makanannya pa?" Tanya Rangga.

"Ada noh di kulkas." Jawab Reza dengan santainya.

"Yehh, apaan si lu za za." Ucap Rengga sambil mendorong badan reza.

"Yailah sabar si, bentar lagi juga dibawain."

Selang 10 menit semua pesanan sudah berada di meja dan siap untuk disantap.

Mereka pun menyantap makanannya masing-masing. Ica dengan tanpa permisi meminta makanan dan minuman teman-temannya, ya begitulah Ica. Namun, dia masih belum berani untuk meminta makanan Anes baru saja mau ngambil tapi ia langsung menarik tangannya dan makan kembali.

Bel tanda selesai istirahat pun berbunyi, mereka kembali ke kelasnya masing-masing.
Pelajaran pun dimulai, Miss Lia sedang menerangkan pelajaran B.inggris. Tiba-tiba aku melihat suara orang menaiki tangga, sepertinya perempuan. Dia menangis terseguk-seguk. Tapi tunggu, mengapa dia mengarah ke loteng, lotengnya pun sepertinya tidak asing. Apa? TIDAAAKKKKK.

Tanpa sadar aku teriak sampai suaraku terdengar di seluruh kelas. Semua mata tersorot ke arahku. Reza menggoyang-goyangkan tubuhku karena aku hanya diam dengan tatapan kosong menghadap papan tulis. Tak selang berapa lama terdengar suara benda jatuh sangat keras dan teriakan orang-orang di luar.

Semua orang berhamburan keluar kelas, aku mencoba masuk ke dalam kerumunan. Aku langsung merasa lemas karena melihat perempuan yang percis aku lihat di dalam penglihatanku. Aku langsung menangis kenapa aku tidak langsung keluar kelas dan menarik dia agar dia tidak bunuh diri.

Aku langsung berlari ke belakang, dan Reza mengejar ku sambil teriak berkata "Nes kenapa? Nes tungguin gue." Aku tidak menghiraukannya aku terus berlari tanpa arah.

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang